
Diguyur Banyak Sentimen Positif, IHSG Siap Menuju 5.000

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan awal pekan ini, Senin (8/6/2020) berpotensi menguat terdorong oleh lonjakan bursa saham Wall Street AS karena laporan pekerjaan yang melonjak.
Sebelumnya, pada perdagangan Jumat lalu (5/6/2020) IHSG berhasil ditutup menguat 31,08 poin atau 0,63% pada 4.947,78, meskipun sempat terkoreksi di sesi I akibat profit taking setelah reli dalam beberapa hari terakhir.
Berdasarkan catatan data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi pada perdagangan Jumat mencapai Rp 9,76 triliun, investor asing tampaknya kembali jual bersih (net sell) sebesar Rp 51 miliar di pasar reguler dan negosiasi. Ada sebanyak 258 saham yang membukukan kenaikan, sementara sebanyak 139 saham turun dan 169 stagnan.
Saham-saham yang mencatatkan kenaikan di antaranya PT Jasnita Telekomindo Tbk (JAST) (34,31%), PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) (15,00%), PT Ciputra Development Tbk (CTRA) (14,39%), Sedangkan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) (14,15%) dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) (11,59%).
Sementara selama sepekan kemarin, IHSG ditutup menguat 4,08% (week on week/wow). Walau gagal jadi jawara di kawasan Benua Kuning, tetapi kepercayaan investor terhadap pasar saham dalam negeri mulai pulih. Hal ini tercermin dari aksi beli bersih (net buy) asing yang mencapai Rp 3,39 triliun di seluruh pasar di sepanjang minggu ini.
Sentimen new normal ternyata masih laku di kalangan para investor. Roda perekonomian yang secara perlahan mulai dipacu kembali mendorong investor untuk lebih berani mengambil risiko.
Sementara dari bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street yang menjadi barometer atau acuan bursa saham global pada penutupan perdagangan Jumat kemarin (Sabtu pagi waktu Indonesia) ditutup di zona hijau.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melonjak 829,16 poin atau 3,2% menjadi 27.110,98, Nasdaq melonjak 198,27 poin atau 2,1% menjadi 9.814,08 dan S&P 500 melonjak naik 81,58 poin atau 2,6% menjadi 3.193,93. Untuk minggu kemarin, DJIA meroket 6,8%, sementara S&P 500 dan Nasdaq masing-masing melonjak 4,9% dan 3,4%.
Reli di Wall Street terdorong oleh laporan pekerjaan bulanan dari Departemen Tenaga Kerja AS yang tampaknya membuktikan bahwa para pelaku pasar benar-benar tumbuh optimis tentang pemulihan ekonomi yang cepat.
Departemen Tenaga Kerja mengatakan pekerjaan penggajian non-pertanian melonjak sebesar 2,51 juta pekerjaan pada bulan Mei setelah anjlok 20,69 juta pekerjaan pada April. Ekonom yang disurvei oleh Dow Jones memperkirakan penurunan lebih dari 8 juta.
Pada catatan pukul 07:05 WIB, kontrak berjangka (futures) indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 0,75% pada 27.275, sedangkan S&P 500 naik 0,70% menjadi 3.208 dan Nasdaq Composite 100 menguat 0,67% pada 9.874.
Pada perdagangan pagi ini Senin (8/6/2020) lonjakan bursa Wall Street menjadi amunisi ekstra IHSG untuk masuk zona hijau lagi.
![]() Analisis Teknikal |
Analisis Teknikal
Pergerakan IHSG dengan menggunakan periode harian (Daily) dari indikator Boillinger Band (BB) melalui metode area batas atas (resistance) dan batas bawah (support). Saat ini, IHSG berada di area resistance, dengan garis BB yang melebar, artinya pergerakan cenderung untuk naik lebih lanjut.
Untuk melanjutkan penguatan IHSG perlu melewati level resistance selanjutnya yang berada di area 4.980 dan berlanjut hingga area 5.015. Sementara untuk merubah bias menjadi bearish perlu melewati support yang berada di area 4.885 hingga area 4.820.
Sementara itu, indikator Moving Average Convergen Divergen (MACD) yang menggunakan pergerakan rata-rata untuk menentukan momentum, dengan garis MA yang melebar di atas area MACD, maka ada kecenderungan masih menguat.
Indikator Relative Strength Index (RSI) sebagai indikator momentum yang membandingkan antara besaran kenaikan dan penurunan harga terkini dalam suatu periode waktu dan berfungsi untuk mendeteksi kondisi jenuh beli (overbought) di atas level 70-80 dan jenuh jual (oversold) di bawah level 30-20.
Saat ini RSI berada di area 81,91 yang sekaligus menjadi area jenuh beli, artinya pergerakan selanjutnya berpotensi konsolidasi atau terkoreksi.
Sementara dari indikator batang lilin atau candlestick terlihat pola hanging man. Pola hanging man yang terbentuk di tengah tren penguatan mengindikasikan adanya perubahan tren alias cenderung untuk menurun.
Secara keseluruhan, melalui pendekatan teknikal dengan pola hanging man digabungkan dengan indikator RSI yang sudah overbought, maka pergerakan IHSG berpotensi konsolidasi atau koreksi.
Indeks perlu melewati (break) salah satu level resistance atau support, untuk melihat arah pergerakan selanjutnya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500