
Rupiah Belum di Bawah Rp 14.000/US$, Tunggu Nasib PSBB DKI?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 June 2020 10:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Namun di pasar spot, rupiah sangat labil.
Pada Kamis (4/6/2020), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.165. Rupiah menguat 0,56% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah bergerak sangat labil. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.085 di mana rupiah melemah 0,25%.
Kala pembukaan pasar, rupiah melemah 0,35%. Selepas itu, rupiah sempat menguat meski belum sampai ke bawah Rp 14.000/US$. Sekarang rupiah kembali ke jalur merah.
Namun rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:
Harap maklum, rupiah dan mata uang Asia lainnya memang sudah menguat tajam di hadapan dolar AS. Dihitung sejak awal kuartal II-2020, rupiah bahkan sudah menguat hampir 14%.
Oleh karena itu, pasti akan tiba saatnya bagi investor untuk mencairkan keuntungan. Ketika ini terjadi, rupiah akan menjadi yang paling terekspos karena penguatannya paling tinggi.
Selain itu, kemungkinan investor juga menantikan nasib kelanjutan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Provinsi DKI Jakarta. Rencananya Gubernur Anies Rasyid Baswedan akan memberikan pengumuman pada pukul 12:00 WIB.
Hari ini adalah hari terakhir PSBB di Ibu Kota. Pelaku pasar sangat menantikan apakah PSBB akan diperpanjang atau disetop sampai di sini. Apabila PSBB tidak lagi berlaku, maka mulai besok Jakarta akan menerapkan kehidupan normal baru (new normal).
Nasib PSBB Jakarta begitu dinanti karena bagaimana pun Jakarta adalah barometer Indonesia. Jakarta akan menjadi acuan bagi daerah lain. Seperti saat Jakarta menjadi daerah pertama yang menerapkan PSBB, kemudian yang lain menyusul. J
akarta juga merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional. Pada 2019, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta adalah Rp 2.840,83 triliun. Jumlah ini adalah 17,94% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Jadi kalau PSBB diperpanjang lagi, maka ekonomi Jakarta bakal mati suri karena aktivitas masyarakat yang sangat terbatas. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terancam.
Akan tetapi kalau PSBB dicabut dan Jakarta menerapkan new normal, maka ada harapan roda ekonomi akan berputar kembali. Ekonomi Jakarta yang menggeliat akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Pada Kamis (4/6/2020), kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.165. Rupiah menguat 0,56% dibandingkan posisi sehari sebelumnya.
Sementara di pasar spot, rupiah bergerak sangat labil. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.085 di mana rupiah melemah 0,25%.
Namun rupiah tidak sendiri. Mayoritas mata uang utama Asia juga tidak berdaya di hadapan dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Asia di perdagangan pasar spot pada pukul 10:07 WIB:
Harap maklum, rupiah dan mata uang Asia lainnya memang sudah menguat tajam di hadapan dolar AS. Dihitung sejak awal kuartal II-2020, rupiah bahkan sudah menguat hampir 14%.
Oleh karena itu, pasti akan tiba saatnya bagi investor untuk mencairkan keuntungan. Ketika ini terjadi, rupiah akan menjadi yang paling terekspos karena penguatannya paling tinggi.
Selain itu, kemungkinan investor juga menantikan nasib kelanjutan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Provinsi DKI Jakarta. Rencananya Gubernur Anies Rasyid Baswedan akan memberikan pengumuman pada pukul 12:00 WIB.
Hari ini adalah hari terakhir PSBB di Ibu Kota. Pelaku pasar sangat menantikan apakah PSBB akan diperpanjang atau disetop sampai di sini. Apabila PSBB tidak lagi berlaku, maka mulai besok Jakarta akan menerapkan kehidupan normal baru (new normal).
Nasib PSBB Jakarta begitu dinanti karena bagaimana pun Jakarta adalah barometer Indonesia. Jakarta akan menjadi acuan bagi daerah lain. Seperti saat Jakarta menjadi daerah pertama yang menerapkan PSBB, kemudian yang lain menyusul. J
akarta juga merupakan kontributor terbesar dalam perekonomian nasional. Pada 2019, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jakarta adalah Rp 2.840,83 triliun. Jumlah ini adalah 17,94% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.
Jadi kalau PSBB diperpanjang lagi, maka ekonomi Jakarta bakal mati suri karena aktivitas masyarakat yang sangat terbatas. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia bakal terancam.
Akan tetapi kalau PSBB dicabut dan Jakarta menerapkan new normal, maka ada harapan roda ekonomi akan berputar kembali. Ekonomi Jakarta yang menggeliat akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular