Dapen & MI Borong Obligasi, Masih Hati-hati di Pasar Saham

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
03 June 2020 16:08
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Minat investor asing masuk ke pasar keuangan tanah air kian deras menjelang dibukanya tatanan normal baru. Hingga Selasa kemarin (2/6/2020), investor tercatat masuk ke pasar Surat Berharga Negara (SBN) Rp 105 triliun.

Selasa kemarin, pemerintah melakukan lelang tujuh seri SUN guna memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020. Target indikatif pada lelang sebesar Rp 20 triliun dengan target maksimal Rp 40 triliun, permintaan yang masuk senilai Rp 105,27 triliun, dan pemerintah memenangkan sebesar Rp 24,35 triliun dari tujuh seri tersebut, mengacu data Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR), Kementerian Keuangan.

Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), Suheri mengatakan, di masa seperti sekarang ini, pengelola dana pensiun masih berhati-hati menempatkan dana di instrumen saham. Alasannyasituasi pasar masih dilanda ketidakpastian akibat pandemi Covid-19.


Meskipun dalam enam hari terakhir IHSG terus ditutup positif. Lalu secara perlahan, nilai transaksi di bursa domestik kembali melesat dengan nilai yang cukup besar.

Di sisi lain, penempatan instrumen investasi di obligasi yang diterbitkan pemerintah lebih menguntungkan bagi pengelola dapen karena dari sisi imbal hasil, SBN Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan negara lainnya. Yield tenor 10 tahun Indonesia saat ini berada di level 7,67%.

"Saya kira mereka tetap hati-hati, sebagian ada yang lebih menyukai obligasi daripada saham dalam situasi seperti ini," kata Suheri, saat dihubungi CNBC Indonesia, Rabu (3/6/2020).

Sementara itu dalam kesempatan terpisah, Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba mengatakan, dalam situasi pandemi ini, perseroan mengalokasikan 62% dana kelolaan pada instrumen berbasis suku bunga seperti reksa dana pendapatan tetap, obligasi korporasi maupun SBN.



Sebanyak 30% dana kelolaan lainnya diinvestasikan di instrumen alternatif seperti reksa dana penyertaan terbatas dan 8% untuk saham.

"Untuk saham sektor-sektor yang relevan seperti telekomunikasi, consumer staple sepertinya masih relevan di masa Covid-19 ini," tuturnya, kepada CNBC Indonesia.
(hps/hps) Next Article Komoditas Hingga Perbankan, Sektor Berpeluang Melesat di 2021

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular