
Gawat! Malaysia & Singapura Menuju Jurang Resesi
Redaksi, CNBC Indonesia
01 June 2020 09:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Satu-persatu ekonomi negara-negara di kawasan Asia Tenggara menghadapi ancaman resesi. Tekanan berat sebagai dampak dari mewabahnya pandemi virus corona (COVID-19) telah membuat kerusakan pada ekonomi negara-negara di kawasan ini.
Setelah Singapuran pekan lalu diramalkan bakal mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga 7%, kini giliran Malaysia yang dihadapkan pada persoalan serupa.
Setelah membukukan pertumbuhan kuartalan paling lambat sejak krisis keuangan global, ekonomi Malaysia diperkirakan akan memasuki resesi dalam empat hingga enam bulan ke depan, kata ahli statistik negara itu.
"Akibat perbatasannya tertutup bagi orang asing dan macetnya perdagangan di seluruh dunia, berbagai industri termasuk pariwisata dan penerbangan telah lumpuh, menambah ketidakpastian pada rebound perdagangan pada kuartal pertama," kata Mohd Uzir Mahidin, kepala statistik Malaysia, dikutip dari MalayMail, Minggu (31/5/2020).
Proyeksi perlambatan ke depan dalam ekonomi dikeluarkan setelah produk domestik bruto (PDB) negara itu hanya tumbuh 0,7% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Itu merupakan angka pertumbuhan terendah sejak kuartal ketiga 2009, jelas Mahidin.
Angka itu jauh lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 3,9% sampai 4,2%. Rendahnya pertumbuhan terjadi karena negara kehilangan 22,8 miliar ringgit (US$ 5,3 miliar) dalam output ekonomi karena memberlakukan kuncian (lockdown) di seluruh negeri, katanya.
Pada bulan Maret, ketika dunia memulai "Great Lockdown", sebuah indikator utama mencatat penurunan tertajam sejak November 1991, kata ahli statistik.
"Dari indikasi awal pada bulan April dan Mei 2020, lingkungan ekonomi diramalkan tidak menguntungkan bagi bisnis Malaysia," menurut laporan itu. "Dengan adanya lockdown global, situasi yang belum pernah terjadi ini telah menyebabkan kontraksi tajam terhadap ekonomi, tidak seperti sebelumnya."
Setelah Singapuran pekan lalu diramalkan bakal mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga 7%, kini giliran Malaysia yang dihadapkan pada persoalan serupa.
Setelah membukukan pertumbuhan kuartalan paling lambat sejak krisis keuangan global, ekonomi Malaysia diperkirakan akan memasuki resesi dalam empat hingga enam bulan ke depan, kata ahli statistik negara itu.
Proyeksi perlambatan ke depan dalam ekonomi dikeluarkan setelah produk domestik bruto (PDB) negara itu hanya tumbuh 0,7% dalam tiga bulan pertama tahun ini. Itu merupakan angka pertumbuhan terendah sejak kuartal ketiga 2009, jelas Mahidin.
Angka itu jauh lebih rendah dari proyeksi pertumbuhan 3,9% sampai 4,2%. Rendahnya pertumbuhan terjadi karena negara kehilangan 22,8 miliar ringgit (US$ 5,3 miliar) dalam output ekonomi karena memberlakukan kuncian (lockdown) di seluruh negeri, katanya.
Pada bulan Maret, ketika dunia memulai "Great Lockdown", sebuah indikator utama mencatat penurunan tertajam sejak November 1991, kata ahli statistik.
"Dari indikasi awal pada bulan April dan Mei 2020, lingkungan ekonomi diramalkan tidak menguntungkan bagi bisnis Malaysia," menurut laporan itu. "Dengan adanya lockdown global, situasi yang belum pernah terjadi ini telah menyebabkan kontraksi tajam terhadap ekonomi, tidak seperti sebelumnya."
Next Page
Singapura Bisa Kontraksi Hingga 7%
Pages
Most Popular