Gara-gara Hong Kong Membara, Rupiah Belum Bisa Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 May 2020 09:25
rupiah, bi
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah di perdagangan pasar spot pagi ini. Hubungan AS-China yang memburuk menjadi pemberat langkah mata uang Tanah Air.

Pada Jumat (29/5/2020), US$ 1 dihargai Rp 14.720 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,31% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.

Kemarin, rupiah menutup perdagangan pasar spot dengan pelemahan tipis 0,03%. Andai diberi waktu sedikit lagi, bukan tidak mungkin rupiah bisa berbalik menguat.


Hari ini ada risiko yang menghantui pasar keuangan Asia. Sebuah risiko yang bisa membuat risk appetite investor menguap sehingga mengancam rupiah.

Risiko itu adalah perkembangan hubungan AS-China yang memburuk. Setelah Presiden AS Donald Trump mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona, kini Hong Kong menjadi penyebab friksi Washington-Beijing.

China berencana memberlakukan UU keamanan baru yang lebih represif di Hong Kong setelah eks koloni Inggris itu dilanda demonstrasi selama berbulan-bulan tahun lalu. Dengan UU tersebut, AS tidak akan lagi membedakan Hong Kong dengan China. Hong Kong akan diperlakukan layaknya China sehingga segala bentuk hambatan perdagangan dan investasi akan berlaku.


Ini membuat status Hong Kong sebagai salah satu pusat keuangan Asia (bahkan dunia) terancam hilang. Akan ada ketidakpastian baru yang harus masuk dalam kalkulasi.

Apabila sentimen seputar Hong Kong lebih kuat mempengaruhi pasar hari ini, maka rupiah pun bisa 'goyang'. Pelaku pasar yang enggan mengambil risiko akan menghindari negara-negara berkembang, sehingga rupiah bisa kekurangan 'darah' untuk menguat.


Namun ke depan, bukan tidak mungkin rupiah bisa menguat lagi. Selepas kepanikan di pasar keuangan dunia yang terjadi pada awal hingga pertengahan Maret, kinerja rupiah sangat kinclong. Sejak awal April hingga kemarin, rupiah menguat 9,97%. Luar biasa...



Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry memperkirakan rupiah akan menguat dan bergerak ke arah Rp 15.000/US$ pada akhir tahun. Kini, Perry meramal rupiah bisa menguat ke level sebelum pandemi virus corona yaitu di kisaran Rp 13.600-13.80/US$.

"Ke depan, nilai tukar rupiah akan menguat ke tingkat fundamentalnya yang diukur dari inflasi lebih rendah, defisit transaksi berjalan lebih rendah, dan terus masuknya aliran modal asing. Kami meyakini nilai tukar rupiah masih undervalued dan berpeluang masih terus menguat ke arah fundamentalnya," papar Perry, kemarin.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular