
Ini Alasan Kenapa Kisruh Hong Kong Tak Berefek ke IHSG

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham global dan Asia termasuk Indonesia mendapatkan sentimen negatif atas situasi Hong Kong yang mulai memanas karena rencana pemberlakuan UU keamanan nasional. UU ini berisi tujuh pasal yang intinya meminta Hong Kong meningkatkan keamanan nasional.
"Pemerintah AS kemungkinan akan menjatuhkan sanksi terhadap China jika Beijing menerapkan hukum keamanan nasional yang akan memberinya kontrol lebih besar atas Hong Kong," kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Robert O'Brien, dilansir CNBC International, Minggu (24/5).
Rancangan undang-undang tersebut mewakili pengambilalihan Hong Kong, kata O'Brien. Sebagai konsekuensinya, Sekretaris Negara AS Mike Pompeo menegaskan bahwa HK kemungkinan tidak akan dapat mempertahankan otonomi tingkat tingginya.
![]() Riot police detain a protester during a demonstration against Beijing's national security legislation in Causeway Bay in Hong Kong, Sunday, May 24, 2020. Hong Kong police fired volleys of tear gas in a popular shopping district as hundreds took to the streets Sunday to march against China's proposed tough national security legislation for the city. (AP Photo/Vincent Yu) |
"AS akan mengenakan sanksi terhadap China di bawah Undang-Undang Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong tahun 2019," kata O'Brien.
Hal tersebut membuat Garnisun Hong Kong, yang menjadi kepanjangan dari Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) siap-siaga. Dilansir Reuters, tentara yang ditempatkan di komando ini mengaku bertekad untuk menjaga kedaulatan nasional China serta keamanan jangka panjang kota tersebut.
"Garnisun dengan kuat akan mendukung undang-undang keamanan Hong Kong yang baru dari parlemen China," kata Komanda Chen Daoxiang, dalam sebuah wawancara dengan televisi lokal, Selasa (26/5/2020).
Retaknya hubungan AS-China di tengah merebaknya pandemi corona membuat kesepakatan dagang interim keduanya yang diteken pertengahan Januari lalu jadi terancam.
Bahkan konflik keduanya dinilai dapat berkembang menjadi perang permodalan, teknologi hingga konfrontasi militer. Ketegangan AS-China menyusul konflik yang terjadi di Hong Kong.
Situasi ini membuat hubungan AS-China semakin tidak harmonis, yang diperkeruh soal Hong Kong. Jika konflik Washington-Beijing terus bergenderang, maka ini akan jadi sentimen yang membebani kinerja aset-aset berisiko alias sentimen penghidaran risiko (risk aversion) seperti saham.
Jumat lalu (22/5), indeks Hang Seng terperosok lebih dari 5% setelah China mengumumkan undang-undang keamanan nasional yang baru, yang jika diterapkan, akan memberi Beijing lebih banyak kendali atas Hong Kong dan dapat memicu protes pro-demokrasi lebih lanjut di kota tersebut.
Kendati indeks Hang Seng anjlok di tengah konflik tersebut, namun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal perdagangan Selasa lalu (26/5) setelah libur Hari Raya Idul Fitri menguat signifikan 80,85 poin atau 1,78% ke level 4.626,79 terdorong oleh optimisme pelaku pasar merespon diputarnya kembali roda perekonomian Tanah Air melalui skenario new normal.
Pada perdagangan pekan ini, IHSG memang sempat terombang ambing merespons ketegangan antara AS-China dan konflik di Hong Kong. Namun skenario new normal yang sedang dipersiapkan pemerintah dan pelonggaran pembatasan wilayah (lockdown) di sejumlah negara membuat IHSG mampu melaju ke zona hijau.
Berdasarkan data historis, artinya sejak konflik Hong Kong berlangsung, sentimen tersebut hanya berdampak pada pelemahan indeks Hang Seng yang sebesar (-5,89) pada perdagangan Jumat (22/5) di awal demonstrasi.
Sementara IHSG tidak terlalu berdampak dan lebih didominasi oleh sentimen new normal dengan 2 hari perdagangan sebelumnya mencatatkan kenaikan masing-masing sebesar 1,78% dan 0,32%.
Hari Kamis ini (28/5/2020) bahkan IHSG terpantau menguat 86,92 poin atau 1,87% di level 4.728,48. IHSG juga mampu menembus level psikologis di 4.700.
Sebelumnya, pada perdagangan Rabu kemarin (27/5/2020) bursa saham domestik bergerak volatil dan berhasil ditutup menguat 14,76 poin atau 0,32% ke level 4.641,55 di tengah harapan kembali pulihnya ekonomi dalam fase menuju new normal dan rencana tambahan stimulus ekonomi Uni Eropa.
Prakiraan global untuk pasar Asia masih cukup optimis di tengah pembukaan kembali ekonomi dan kemungkinan stimulus lebih lanjut, meskipun konflik China-Hong Kong sedang memanas.
Menambah sentimen positif adalah berita bahwa Komisi Eropa berencana untuk meluncurkan dana pemulihan besar-besaran untuk kawasan euro untuk membantu membatasi kerusakan yang ditimbulkan oleh pandemi virus corona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500