Rupiah is Back, Jadi Raja Asia Lagi Berkat New Normal

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
27 May 2020 16:30
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (27/5/2020) dan kembali menjadi raja alias mata uang dengan kinerja terbaik di Asia. Pemerintah yang berencana memutar kembali roda perekonomian menjadi sentimen positif bagi rupiah.

Rupiah mengawali perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di Rp 14.735/US$. Tetapi tidak lama rupiah berbalik menguat 0,07% ker Rp 14.720/US$ dan bertahan di level tersebut nyaris sepanjang perdagangan.

Baru di menit-menit akhir perdagangan, penguatan rupiah terakselerasi hingga mengakhiri perdagangan di level US$ 14.670/US$, menguat 0,41% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Dengan penguatan tersebut, rupiah akhirnya kembali menjadi raja Asia setelah melemah Selasa kemarin. Rupiah memang sering sekali menjadi raja Asia dalam satu hari perdagangan sejak bulan April. Sehingga total penguatan rupiah di bulan April dan sepanjang bulan ini lebih dari 10%.

Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hingga pukul 14:05 WIB.



Dari dalam negeri, rupiah sedang mendapat sentimen positif dari rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) akan memutar kembali roda perekonomian dengan mempersiapkan era kehidupan baru (new normal).

Berbicara saat meninjau prosedur standar dalam menghadapi new normal di Summarecon Mall Kota Bekasi, Jawa Barat, Jokowi menegaskan kedatangannya ke pusat perbelanjaan tersebut untuk memastikan wilayah tersebut siap menghadapi new normal.

"Saya datang ke Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat untuk memastikan pelaksanaan kegiatan kita menuju ke sebuah tatanan baru ke sebuah normal yang baru," katanya, Selasa (26/5/2020).



Namun di awal perdagangan, rupiah sempat kesulitan menguat akibat tensi hubungan Amerika Serikat dengan China yang membebani sentimen pelaku pasar.

"Sentimen pelaku pasar global sedang bagus, tetapi yang bisa merubah semua itu adalah hubungan AS dengan China" kata Junichi Ishikawa, ahli strartegi valas senior di IG Securities, sebagaimana dilansir Reuters.

Kedua negara sudah berseteru sejak tahun lalu, mulai dari perang dagang, kemudian kisruh virus corona, dan kini kembali masalah Hong Kong.

Presiden AS, Donald Trump, Selasa kemarin mengatakan sebelum akhir pekan ini Amerika Serikat akan mengumumkan langkah apa yang akan diambil ke China terkait Undang-undang keamanan yang akan diterapkan di China. Undang-undang tersebut memicu demo berdarah di Hong Kong beberapa hari terakhir.

[Gambas:Video CNBC]



Sentimen pelaku pasar saat ini sedang bagus menyusul semakin banyaknya ada vaksin potensial guna menanggulangi virus corona yang membuat perekonomian global menuju jurang resesi.

Perusahaan Bioteknologi asal AS, Novavax Senin lalu mengatakan memulai uji klinis vaksin virus corona. Novavax memprediksi hasil awal uji klinis tersebut akan dirilis pada bulan Juli.

Sebelum Novavax, ada Moderna Inc. pada pekan lalu menyatakan hasil uji klinis pertama vaksin cukup positif. Pasalnya, imun atau antibodi dari 8 orang yang diujicobakan mampu menghasilkan antibodi virus corona.

Perusahaan memulai percobaan manusia fase 1 pertama pada Maret dengan 45 sukarelawan, dan telah disetujui untuk segera memulai fase 2, yang akan melakukan pengujian kepada 600 orang pada akhir Mei atau Juni. Jika semuanya berjalan dengan baik, vaksinnya dapat diproduksi pada awal Juli mendatang.

Terbaru, vaksin buatan Moderna diperkirakan akan siap didistribusikan di akhir tahun ini. Hal tersebut diungkapkan oleh dr. Carlos del Rio, yang terlibat dalam studi vaksin tersebut.

"Saya optimis tapi tetap berhati-hati. Perkembangan vaksin kami cukup bagus dan belum pernah terjadi sebelumnya" kata del Rio sebagaimana dilansir CNBC International.



Kemudian ada lagi vaksin Vaksin buatan Beijing Institute Biotechnologies dan CanSino Biological, berhasil memicu antibodi penawar pada puluhan pasien dalam uji klinis tahap awal.

Vaksin yang diberi nama Ad5-nCoV telah diuji coba pada peserta berusia 18 hingga 60 tahun dan menerima dosis rendah, sedang atau tinggi. Ada 36 orang di masing-masing dari tiga kelompok dosis rendah, sedang dan tinggi.

Dalam uji coba vaksin ini, pada hari ke-28, pasien yang mendapat dosis vaksin rendah dan menengah menunjukkan adanya antibodi penawar dibandingkan dengan pasien dalam kelompok dosis tinggi.

"Hasil ini merupakan tonggak penting," ujar Wei Chen, profesor di Institut Bioteknologi Beijing dan pemimpin penelitian kepada para media, seperti dikutip dari CNBC International, Minggu (24/5/2020).

"Namun harus ditafsirkan dengan hati-hati. Tantangan dalam pengembangan vaksin Covid-19 belum pernah terjadi sebelumnya, dan kemampuan untuk memicu respons kekebalan ini tidak selalu menunjukkan bahwa vaksin tersebut akan melindungi manusia dari Covid-19."

Semakin banyak vaksin yang berpotensi menjadi penawar Covid-19 tentunya menjadi kabar bagus, harapan virus corona akan segera lenyap dari muka bumi semakin besar, dan manusia kembali bisa hidup normal.

Selain itu, pelaku pasar juga menyambut tambahan stimulus di berbagai negara guna menanggulangi Covid-19. Harian Nikkei di awal pekan lalu melaporkan pemerintah Jepang kini berencana menambah stimulus lagi senilai 100 triliun yen (US$ 930) miliar.

Sementara, Jerman dan Perancis pada pekan lalu mengajukan penambahan stimulus senilai 500 miliar euro kepada Komisi Eropa.

Langkah tersebut membuat pelaku pasar ceria, dan optimis pertumbuhan ekonomi bisa segera bangkit setelah pandemi Covid-19 berhasil diredam.


TIM RISET CNBC INDONESIA



Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular