
Trump Tambah Galak ke China, Rupiah Jadi Galau Deh...
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
27 May 2020 10:13

Pelaku pasar menghadapi tarik-menarik antara sentimen positif dan negatif. Positifnya, ada harapan ekonomi dunia akan segera bangkit dari terjangan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Ini terlihat dari data ekonomi yang membaik. Di AS, penjualan rumah baru pada April 2020 naik 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 623.000 unit. Jauh lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan terjadi penurunan 21,9% sekaligus memutus rantai kontraksi (pertumbuhan negatif) yang terjadi dua bulan beruntun.
Properti adalah salah satu indikator penting dalam perekonomian. Sektor ini punya hubungan yang kuat dengan sektor lainnya. Kala penjualan properti naik, maka akan ikut mengerek penjualan semen, baja, keramik, perlengkapan rumah tangga, sampai kredit perbankan.
Selain itu, pembukaan kembali keran aktivitas publik dengan label kenormalan baru (new normal) membawa asa bahwa derita ekonomi bisa segera berakhir. Di Indonesia, misalnya, kemarin Presiden Jokowi sudah melakukan peninjauan terhadap moda transportasi Mass Rapid Transit (MRT) dan pusat perbelanjaan di Kota Bekasi untuk mengecek persiapan menuju new normal.
Namun ada sentimen negatif yaitu hubungan AS-China yang tidak kunjung membaik. Malah yang ada kian tegang.
Presiden AS Donald Trump murka dan mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona yang menggila. Apalagi AS adalah negara yang paling menderita dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 26 Mei adalah 1.618.757 orang. Jumlah ini mencapai hampir 30% dari kasus corona di seluruh dunia, hampir satu dari tiga pengidap virus tersebut adalah warga negara AS.
"Bapak Presiden sangat tidak nyaman dengan China dalam hal pandemi virus corona dan lain-lain. Kesepakatan dagang sepertinya menjadi tidak penting lagi bagi beliau," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Intervensi China yang lebih ketat di Hong Kong melalui rancangan undang-undang keamanan yang baru semakin membuat AS tidak nyaman. Oleh karena itu, Trump berencana membawa pulang investasi perusahaan AS keluar dari Negeri Tirai Bambu.
"Kami menyambut perusahaan AS yang saat ini masih beroperasi di China. Kami akan melakukan semua, termasuk menanggung biaya pemindahan jika mereka kembali berproduksi di AS. Itu kebijakan utama kami," lanjut Kudlow.
Hubungan AS-China yang menegang berisiko menciptakan Perang Dingin II. Bahkan kalau terus memanas, risiko meletusnya Perang Dunia III tidak bisa dikesampingkan. Amit-amit...
Dihimpit oleh sentimen positif dan negatif itu, investor jadi galau. Akibatnya, arus modal yang masuk ke pasar keuangan Asia belum deras, sehingga membuat mata uang Benua Kuning bergerak variatif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Ini terlihat dari data ekonomi yang membaik. Di AS, penjualan rumah baru pada April 2020 naik 0,6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 623.000 unit. Jauh lebih baik dibandingkan konsensus pasar yang dihimpun Reuters yang memperkirakan terjadi penurunan 21,9% sekaligus memutus rantai kontraksi (pertumbuhan negatif) yang terjadi dua bulan beruntun.
Properti adalah salah satu indikator penting dalam perekonomian. Sektor ini punya hubungan yang kuat dengan sektor lainnya. Kala penjualan properti naik, maka akan ikut mengerek penjualan semen, baja, keramik, perlengkapan rumah tangga, sampai kredit perbankan.
Namun ada sentimen negatif yaitu hubungan AS-China yang tidak kunjung membaik. Malah yang ada kian tegang.
Presiden AS Donald Trump murka dan mendesak China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona yang menggila. Apalagi AS adalah negara yang paling menderita dengan jumlah pasien positif corona terbanyak di dunia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, jumlah pasien positif corona di Negeri Adidaya per 26 Mei adalah 1.618.757 orang. Jumlah ini mencapai hampir 30% dari kasus corona di seluruh dunia, hampir satu dari tiga pengidap virus tersebut adalah warga negara AS.
"Bapak Presiden sangat tidak nyaman dengan China dalam hal pandemi virus corona dan lain-lain. Kesepakatan dagang sepertinya menjadi tidak penting lagi bagi beliau," ungkap Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.
Intervensi China yang lebih ketat di Hong Kong melalui rancangan undang-undang keamanan yang baru semakin membuat AS tidak nyaman. Oleh karena itu, Trump berencana membawa pulang investasi perusahaan AS keluar dari Negeri Tirai Bambu.
"Kami menyambut perusahaan AS yang saat ini masih beroperasi di China. Kami akan melakukan semua, termasuk menanggung biaya pemindahan jika mereka kembali berproduksi di AS. Itu kebijakan utama kami," lanjut Kudlow.
Hubungan AS-China yang menegang berisiko menciptakan Perang Dingin II. Bahkan kalau terus memanas, risiko meletusnya Perang Dunia III tidak bisa dikesampingkan. Amit-amit...
Dihimpit oleh sentimen positif dan negatif itu, investor jadi galau. Akibatnya, arus modal yang masuk ke pasar keuangan Asia belum deras, sehingga membuat mata uang Benua Kuning bergerak variatif.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular