Hadapi New Normal, MI Racik Ulang Strategi Investasi

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
26 May 2020 17:42
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia, Kamis 26/3/2020 (CNBC Indonesia/Tri Susilo)
Jakarta, CNBC Indonesia - Menjelang dibukanya kegiatan perekonomian kembali dengan kondisi normal baru, sejumlah manajer investasi meracik ulang strategi investasi. Selain melakukan diversifikasi, MI juga akan cenderung konservatif pada tahun ini mempertimbangkan kondisi pasar yang masih akan menantang.

Direktur Utama PT Danareksa Investment Management, Marsangap P. Tamba, kepada CNBC Indonesia mengatakan, pada tahun ini perseroan masih akan menerapkan kebijakan menjaga portofolio saham 8% dari aset yang dikelola.

Sebesar 62% portofolio dana kelolaan di instrumen berbasis suku bunga seperti reksa dana pendapatan tetap, obligasi korporasi dengan peringkat baik dan surat utang negara (SUN). Hal ini juga termasuk reksa dana pasar uang dan reksa dana terproteksi dan 30% dana kelolaan lainnya diinvestasikan di instrumen alternatif seperti reksa dana penyertaan terbatas.

"Untuk saham sektor-sektor yang relevan seperti telco, consumer staple sepertinya masih relevan di masa Covid-19 ini," tuturnya, Selasa (26/5/2020).


Pada tahun ini, perseroan juga akan merevisi target dana kelolaan perseroan yang semula ditargetkan di kisaran Rp 34 triliun - Rp 35 triliun, turun 10% pada tahun ini. Ketidakpastian akibat pandemi menyebabkan pasar saham berfluktasi dan menyebabkan penurunan dana kelolaan industri reksa dana, terutama dengan aset saham.

Hal ini, terlihat dari pertumbuhan negatif dana kelolaan reksa dana secara rerata di industri minus 12% sejak awal tahun ini. Akan tetapi, DIM masih mencatatkan pertumbuhan 9% karena menempatkan lebih dari 60% dana kelolaan pada pendapatan tetap termasuk pada obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. Instrumen ini menjadi faktor utama pertumbuhan dana kelolaan reksa dana DIM selama empat bulan terakhir yang bergerak dari Rp 22,7 triliun menjadi hampir sebesar Rp 25 triliun.

"Investasi nasabah untuk saham mungkin masih terbatas mengingat outlook terhadap pertumbuhan masih kurang baik karena situasi saat ini. Kita masih maintain saja," ungkapnya.

Sementara itu, Direktur Panin Asset Management, Rudiyanto menuturkan, di tengah pandemi dan saat ini menuju normal baru, katanya, perseroan melakukan diversifikasi portofolio, baik di reksa dana berbasis saham maupun obligasi.

"Dalam mengelola reksa dana, relatif tidak ada perubahan. Hanya mengatur posisi cash saja dan masuk ketika ada kesempatan di harga murah," jelasnya, saat dihubungi CNBC Indonesia, baru-baru ini.


Adapun, untuk reksa dana yang direkomendasikan investor dengan kondisi yang penuh ketidakpastian, kembali pada risiko profil nasabah. Semakin besar imbal hasil, maka risikonya juga akan besar.

"Jenis reksa dana yang direkomendasikan adalah sesuai dengan profil risiko nasabah. Untuk strateginya adalah diversifikasi dan pembelian secara bertahap," ungkapnya.

[Gambas:Video CNBC]




(dob/dob) Next Article MI Kok Lepas Saham Bukalapak, Ada Apa Nih?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular