PDB Diramal -7%, Dolar Singapura Malah Menguat ke Rp 10.394

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
26 May 2020 11:52
FILE PHOTO: A Singapore dollar note is seen in this illustration photo May 31, 2017.     REUTERS/Thomas White/Illustration/File Photo
Foto: Dollar Singapur (REUTERS/Thomas White)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar dolar Singapura menguat melawan rupiah pada perdagangan Selasa (26/5/2020), padahal perekonomian Negeri Merlion diprediksi makin nyungsep di tahun ini.

Pada pukul 10:30 WIB, SG$ 1 setara Rp 10.349,92, dolar Singapura menguat 0,47% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura hari ini merevisi pertumbuhan ekonomi atau produk domestic bruto (PDB) tahun ini menjadi -4% sampai -7%. Kontraksi ekonomi tersebut jauh lebih dalam ketimbang proyeksi sebelumnya antara -1% sampai -4%.

"Ada tingkat ketidakpastian yang terus menerus karena Covid-19, termasuk pemulihan ekonomi, baik Singapura maupun global," kata Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura.

Meski pertumbuhan diramal makin nyungsep, tetapi dolar Singapura masih mampu menguat melawan rupiah. Sebabnya posisi dolar Singapura saat ini di level terendah sejak 13 Maret lalu, sehingga memicu aksi ambil untung (profit taking) yang membuat rupiah melemah.



Singapura menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di ASEAN. Berdasarkan data Worldometer, hingga hari ini jumlah kasus di Singapura tercatat sebanyak 31.960 orang.

Singapura merupakan salah satu negara yang terpapar Covid-19 sejak awal kemunculannya, bahkan sempat menjadi negara dengan jumlah kasus terbanyak kedua setelah China. Tetapi, Singapura mampu meredam penyebarannya, hingga pertengahan Maret total jumlah kasus sekitar 200-an orang.

Namun setelahnya, Negeri Merlion menghadapi "serangan" virus corona gelombang kedua. Sebabnya, warga negara Singapura yang tinggal di Eropa maupun Amerika Serikat (AS) "mudik" setelah Eropa kemudian AS menjadi episentrum penyebaran COVID-19.

Dampaknya, Singapura mengalami lonjakan kasus, hingga saat ini sudah nyaris 32.000 orang, meroket dibandingkan pertengahan Maret lalu yang total kasusnya hanya 200-an.

Akibatnya Perdana Menteri Lee Hsien Loong menerapkan kebijakan karantina wilyaha (lockdown) atau yang disebut "circuit breaker" sejak awal April lalu guna meredam penyebaran Covid-19. Kebijakan tersebut membuat roda perekomomian Singapura melambat bahkan nyaris terhenti, sehingga perekonomiannya merosot.

Kebijakan "circuit breaker" baru akan dilonggarkan pada 1 Juni mendatang, tetapi dua pekan lalu perlahan sudah mulai dilonggarkan dengan mengizinkan sebagian aktivitas di sektor industri manufaktur seperti biofarmasi dan petrokimia akan mulai dibuka.

TIM RISET CNBC INDONESIA 

[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Kurs Dolar Singapura Tembus Rp 11.500, Termahal dalam Sejarah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular