Jerman Resesi, AS-China Perang Dingin, Rupiah Jadi Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
26 May 2020 09:02
Ilustrasi Dollar Rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia)
Pelaku pasar juga layak khawatir dengan dinamika hubungan AS-China. Sejak Presiden AS Donald Trump meminta China bertanggung jawab atas penyebaran virus corona, hubungan Washington-Beijing memburuk.

AS juga mengambil ancang-ancang untuk memperluas cakupan tekanan terhadap China ke bidang ekonomi. Akhir pekan lalu, Kementerian Perdagangan AS memasukkan 33 nama perusahaan China ke daftar hitam. Artinya, individu maupun korporasi AS dilarang berbisnis dengan mereka.

"Mereka (33 perusahaan China) terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam pelanggaran hak asasi manusia dan kampanye represi pemerintah China," sebut keterangan tertulis Kementerian Perdagangan AS.


Relasi AS-China kini bak api dalam sekam. Panas di permukaan, membara di bawah tanah. Pelaku pasar (dan dunia) khawatir AS-China akan masuk ke fase Perang Dingin seperti saat Negeri Paman Sam bersaing dengan Uni Soviet untuk menentukan siapa yang nomor satu. Tanda-tanda ke arah sana bahkan semakin nyata kala Menteri Luar Negeri China Wang Yi menegaskan ada permainan politik yang coba membuat kedua negara memasuki Perang Dingin.

"Beberapa kekuatan politik di AS mencoba menyandera hubungan AS dan China dan mendorong kedua negara menuju Perang Dingin yang baru. AS sepertinya telah terjangkit virus politik, tetapi China akan terbuka dengan upaya internasional untuk mencari penyebab penyebaran virus corona," kata Wang, seperti dikutip dari AFP.

Perang Dingin tentu bukan kabar baik bagi perekonomian dunia. Globalisasi akan terganggu, membuat dunia tersekat-sekat di antara dua kekuatan besar, sehingga arus perdagangan, investasi, bahkan mobilitas manusia bisa terpengaruh. Padahal dunia yang terbuka adalah kunci untuk mencapai kesejahteraan karena tidak adanya hambatan membuat kemajuan menjadi seolah tanpa batas.


Namun sekarang ada ancaman terjadinya Perang Dingin. Belum lagi masih ada 'huru-hara' yang ditimbulkan oleh virus corona.

Tingginya risiko di pasar membuat investor memilih untuk bermain aman dan enggan masuk ke pasar keuangan negara-negara berkembang di Asia. Akibatnya, mata uang Benua Kuning kekurangan 'darah' dan bergerak melemah. Tidak terkecuali rupiah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular