Kalau Pasar Buka, Rupiah Bakal Loyo Hari Ini

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
25 May 2020 10:07
rupiah melemah terhadap Dollar
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Setelah menyentuh level penutupan tertingginya pada 23 Maret lalu di Rp 16.550/US$ di pasar spot, mata uang Garuda cenderung mengalami penguatan setelahnya. Hingga penutupan pasar pekan lalu tepatnya pada 20 Mei 2020, nilai tukar rupiah telah menguat 11,3% dari level terendahnya. 



Aliran dana keluar (outflow) akibat merebaknya wabah corona dari pasar saham dan surat utang RI membuat rupiah yang kecanduang 'hot money' harus terkapar dilibas oleh dolar AS.

Setelah itu BI selaku otoritas moneter menetapkan kebijakan untuk meningkatkan intervensi di pasar guna menjaga stabilitas rupiah. BI menerapkan triple intervention di pasar spot, Domestic Non-Deliverable Forwards (DNDF) dan pembelian SBN di pasar sekunder. 

Triple intervention 'a la' BI sempat membuat cadangan devisa Tanah Air tergerus hampir US$ 10 miliar. Namun rupiah pun kembali menguat. Bahkan Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan rupiah yang saat itu tengah terdepresiasi tajam tergolong kemurahan alias undervalued

BI optimis rupiah akan menguat dan mendekati Rp 15.000/US$. Hal tersebut benar terjadi, rupiah terus menguat bahkan sudah melewati batas yang diperkirakan BI di Rp 15.000/US$. 

Perlahan tapi pasti, rupiah pun mulai dicintai oleh para pelaku pasar. Hal ini tercermin dari survei dwi mingguan yang dihelat Reuters dengan melihat posisi yang diambil oleh para pelaku pasar. 

Mengacu pada survei tersebut, banyak pelaku pasar yang sudah mulai mengurangi posisi short-nya terhadap rupiah. Semakin rendahnya angkat positif di hasil survei tersebut menunjukkan pelaku pasar semakin menurunkan posisi long dolar AS, yang berarti perlahan-lahan rupiah kembali diburu pelaku pasar.

PeriodeCNYKRWSGDIDRTWDINRMYRPHPTHB
14/05/200.230.570.340.2100.680.69-0.290.01
30/04/200.070.730.240.580.080.840.800.38
16/04/200.260.710.320.860.191.140.740.230.63
02/04/200.670.950.81.550.381.250.850.391.01
19/03/200.571.221.181.570.181.221.140.561.23
05/03/200.130.670.50.73-0.310.630.56-0.180.93
20/02/200.520.741.06-0.540.060.10.34-0.30.75
06/02/200.340.610.67-0.60.030.120.01-0.150.37
23/01/20-0.45-0.22-0.5-0.86-0.85-0.05-0.39-0.43-1.05
09/01/20-0.55-0.13-0.56-0.49-0.630.4-0.24-0.23-1.04
05/12/200.180.39-0.3-0.35-0.630.440.25-0.62-1.19
21/11/20-0.11-0.37-0.71-0.41-0.840.310.11-0.64-1.08

Sumber : Reuters Polling

Analis yang disurvei Reuters mengatakan turunnya posisi long dolar AS terhadap mata uang Asia sejalan dengan langkah bang sentral yang menyuntikkan likuiditas ke perekonomian sehingga menstabilkan pasar keuangan, kemudian adanya peluang pandemi Covid-19 sudah mencapai puncaknya.

Ekonomi Indonesia memang terbilang porak poranda akibat merebaknya wabah Covid-19 di dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekonomi RI tumbuh 2,97% (yoy) pada kuartal I-2020. Angka ini jauh lebih rendah dibanding konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia di angka 4,3% (yoy).

Walau peluang penurunan suku bunga terbuka lebar dengan rendahnya inflasi dan perlunya sikap untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, BI selaku bank sentral memutuskan untuk menahan suku bunga acuannya.

Pada 19 Mei 2020, melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG), BI memutuskan untuk menahan suku bunga acuan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI 7-DRRR) di level 4,5%. Hal ini dilakukan BI untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. 



TIM RISET CNBC INDONESIA

(twg/twg)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular