
Jelang Lebaran, Kurs Euro Akhirnya Turun ke Bawah Rp 16.000
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
22 May 2020 17:29

Jakarta, CNBC Nilai tukar euro melemah melawan rupiah pada perdagangan Jumat (22/5/2020) hingga ke bawah Rp 16.000. Pasar dalam negeri hari ini libur menjelang hari Raya Idul Fitri, tetapi perdagangan di pasar spot tetap berlangsung.
Euro pada pukul 15:07 WIB diperdagangkan di level Rp 15.993,86/EUR, melemah 0,5% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 6 Maret lalu. Selain itu, mata uang 19 negara ini sudah melemah melawan rupiah sejak awal April, total pelemahan euro sebesar 11%.
Rupiah sedang mendapat momentum penguatan dari berkurangan defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD).
Bank Indonesia (BI) pada Rabu (20/5/2020) melaporkan defisit transaksi berjalan kuartal I-2020 setara dengan 1,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yaitu 2,8% PDB.
"Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Defisit neraca jasa juga membaik dipengaruhi oleh penurunan defisit jasa transportasi sejalan dengan penurunan impor barang, di tengah penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Di samping itu, perbaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik, turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Rabu (20/5/2020).
Transaksi Berjalan menjadi faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial, komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lainnya, yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Akibat CAD yang besar, pergerakan rupiah menjadi sangat rentan oleh keluar masuknya hot money sebagai sumber devisa. Ketika CAD menurun maka pasokan devisa di perekonomian nasional semakin membaik, yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Sementara itu dari Benua Biru, data aktivitas bisnis zona euro yang membaik juga belum mampu mengangkat nilai tukar euro. IHS Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur dan jasa yang membaik ketimbang bulan April lalu.
PMI manufaktur Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa, dilaporkan sebesar 36,8, naik dibandingkan bulan April sebesar 34,5. Sementara sektor jasa melesat menjadi 31,4 dari sebelumnya 16,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah 50 berarti kontraksi. Meski masih mengalami kontraksi, tetapi angka yang naik mendekati 50 tentunya menjadi kabar bagus, roda perekonomian perlahan mulai berputar.
Selain Jerman, sektor manufaktur dan jasa Prancis juga mengalami kenaikan, begitu juga dengan zona euro secara keseluruhan.
Tetapi, kenaikan tersebut belum mampu membuat euro menguat melawan rupiah.
Di kuartal I-2020, perekonomian zona euro nyungsep akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19)
Eurostat pada Jumat (15/5/2020) pekan lalu melaporkan produk domestik bruto (PBD) zona euro mengalami kontraksi alias minus 3,8% quarter-on-quarter (QoQ). Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak Eurostat mencatat data pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1995.
Sementara itu secara tahunan atau year-on-year (YoY), PDB berkontraksi 3,2%, dan menjadi yang terdalam sejak kuartal III-2009.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Euro pada pukul 15:07 WIB diperdagangkan di level Rp 15.993,86/EUR, melemah 0,5% di pasar spot, melansir data Refinitiv. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 6 Maret lalu. Selain itu, mata uang 19 negara ini sudah melemah melawan rupiah sejak awal April, total pelemahan euro sebesar 11%.
Rupiah sedang mendapat momentum penguatan dari berkurangan defisit Transaksi Berjalan (Current Account Deficit/CAD).
"Perbaikan surplus neraca perdagangan barang disebabkan oleh penurunan impor seiring dengan permintaan domestik yang melambat, sehingga mengurangi dampak penurunan ekspor akibat kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia. Defisit neraca jasa juga membaik dipengaruhi oleh penurunan defisit jasa transportasi sejalan dengan penurunan impor barang, di tengah penurunan surplus jasa travel akibat berkurangnya kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia. Di samping itu, perbaikan defisit neraca pendapatan primer sejalan dengan aktivitas ekonomi domestik, turut mendorong penurunan defisit transaksi berjalan," papar keterangan tertulis BI yang dirilis Rabu (20/5/2020).
Transaksi Berjalan menjadi faktor penting dalam mendikte laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil, berbeda dengan pos transaksi finansial, komponen Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) lainnya, yang pergerakannya begitu fluktuatif karena berisikan aliran modal dari investasi portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Akibat CAD yang besar, pergerakan rupiah menjadi sangat rentan oleh keluar masuknya hot money sebagai sumber devisa. Ketika CAD menurun maka pasokan devisa di perekonomian nasional semakin membaik, yang menjadi modal bagi rupiah untuk menguat.
Sementara itu dari Benua Biru, data aktivitas bisnis zona euro yang membaik juga belum mampu mengangkat nilai tukar euro. IHS Markit kemarin melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) sektor manufaktur dan jasa yang membaik ketimbang bulan April lalu.
PMI manufaktur Jerman, motor penggerak ekonomi Eropa, dilaporkan sebesar 36,8, naik dibandingkan bulan April sebesar 34,5. Sementara sektor jasa melesat menjadi 31,4 dari sebelumnya 16,2.
PMI menggunakan angka 50 sebagai ambang batas, di atas 50 berarti ekspansi, sementara di bawah 50 berarti kontraksi. Meski masih mengalami kontraksi, tetapi angka yang naik mendekati 50 tentunya menjadi kabar bagus, roda perekonomian perlahan mulai berputar.
Selain Jerman, sektor manufaktur dan jasa Prancis juga mengalami kenaikan, begitu juga dengan zona euro secara keseluruhan.
Tetapi, kenaikan tersebut belum mampu membuat euro menguat melawan rupiah.
Di kuartal I-2020, perekonomian zona euro nyungsep akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19)
Eurostat pada Jumat (15/5/2020) pekan lalu melaporkan produk domestik bruto (PBD) zona euro mengalami kontraksi alias minus 3,8% quarter-on-quarter (QoQ). Kontraksi tersebut menjadi yang terdalam sejak Eurostat mencatat data pertumbuhan ekonomi sejak tahun 1995.
Sementara itu secara tahunan atau year-on-year (YoY), PDB berkontraksi 3,2%, dan menjadi yang terdalam sejak kuartal III-2009.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Sentuh Rp 16.500/US$, Rupiah Terus Terpuruk
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular