Investor Keder Melihat Tensi AS-China, Bursa Eropa Melemah

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
22 May 2020 14:13
A computer screen shows news about Brexit with British Prime Minister Theresa May as a broker watches his screens at the stock market in Frankfurt, Germany, Wednesday, Jan. 16, 2019. (AP Photo/Michael Probst)
Foto: Bursa Eropa (AP Photo/Michael Probst)

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Eropa melemah pada sesi awal perdagangan Jumat (22/5/2020), di tengah makin memanasnya ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan China terkait pandemi Covid-19 dan aksi demonstrasi Hongkong.

Indeks FTSE Inggris terlihat melemah 71 poin ke 5.944, indeks DAX Jerman cenderung melemah 159 poin ke 10.907 dan CAC Prancis tertekan 58 poin menjadi 4.387, mengutip data IG sebagaimana diberitakan CNBC International.

Tensi antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia kian meninggi, setelah China berencana menerapkan undang-undang keamanan nasional yang baru di Hong Kong, menyusul aksi demo kelompok anti-pemerintah selama berbulan-bulan.

Rencana tersebut berpeluang mengundang aksi lebih keras dari Negara Barat yang selama ini mendukung gerakan pro-demokrasi tersebut. Mayoritas bursa saham di Asia Pasifik anjlok pada sore ini, dengan indeks Hongkong yakni Hang Seng ambles lebih dari 5%.

Sebelumnya, AS telah memuluskan rencana legislasi Rancangan Undang-Undang (RUU) Akuntabilitas Perusahaan Asing (Holding Foreign Companies Accountable Act) yang berpotensi mendepak 127 emiten China di Wall Street jika menolak menghadapi audit versi AS.

Pemerintah China, menurut berita Reuters, kemarin mengatakan bahwa mereka tidak akan mundur menghadapi eskalasi politik yang disulut AS., tetapi menekankan pentingnya memprioritaskan memulihkan ekonomi dan kerja sama.

Pelaku bursa di Benua Biru juga masih memantau perkembangan virus corona (strain terbaru). Pemerintah AS telah mengucurkan US$ 1,2 miliar bagi AstraZeneca untuk mengamankan kontrak nyaris sepertiga dari 1 miliar pertama vaksin yang kini sedang diteliti.

Sementara itu, Inggris pada Kamis mengumumkan bahwa mereka telah memesan lebih dari 10 juta perangkat tes cepat dari Roche & Abbott.

Dari sisi fundamental emiten, bank Inggris Lloyds dikabarkan menghadapi penolakan pemegang saham atas rencana pemberian bonus kepada para bosnya, sedangkan maskapai Jerman Lufthansa mengumumkan bahwa pihaknya telah mendapatkan dana talangan senilai US$ 10 miliar dari pemerintah.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Lawan Gravitasi akibat Corona Delta, Bursa Eropa Melesat

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular