
Bakal Didepak AS, Ini 137 Perusahaan China di Wall Street
Houtmand P Saragih, CNBC Indonesia
22 May 2020 08:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Senat Amerika Serikat (AS) atau DPD-nya AS meloloskan RUU di bidang pasar modal yakni "Holding Foreign Companies Accountable Act" atau RUU Akuntabilitas Perusahaan Asing yang digulirkan pada Rabu (20/5/2020) waktu AS. Jika RUU ini disahkan maka akan menjadi ancaman bagi perusahaan China yang melantai di bursa saham AS.
Berdasarkan data America Depository Receipt, ada 137 perusahaan China yang tercatat di bursa saham AS. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut terdapat nama-nama perusahaan raksasa dunia seperti, Alibaba Group Holding Ltd., Baidu Inc, CNOOC, Hutchinson China Mediatech dan sejumlah nama-nama besar lainnya.
Berikut ini adalah daftar lengkap perusahaan China yang tercatat dalam bursa saham AS:
Dua senator tercatat menjadi inisiator RUU tersebut, yaitu John Kennedy, senator Louisiana dari Partai Republik, dan Chris Van Hollen, senator Demokrat dari Maryland. Baik Kennedy dan Van Hollen menegaskan bahwa beleid yang tengah diperjuangkan ini bertujuan demi menjaga kepentingan investor AS.
RUU tersebut sudah diloloskan oleh Senat pada Rabu (20/5/2020) waktu AS, tinggal menunggu kelanjutan dari DPR AS (House of Representatives). Kongres AS yang terdiri dari DPR dan Senat ini nantinya akan meloloskan undang-undang yang disepakati oleh Senat, yang kemudian dikirim ke Presiden Donald Trump untuk diratifikasi.
Lantas apa alasannya AS mulai membidik emiten atau perusahaan publik di bursa Wall Street, baik di Bursa NYSE (New York Stock Exchange) maupun Bursa Nasdaq?
Dalam pernyataan Kennedy di situs resminya, kennedy.senate.gov, dia menjelaskan latar belakang kenapa RUU ini bisa lahir.
RUU Akuntabilitas Perusahaan Asing ini akan perusahaan asing mana pun untuk terdaftar (listing) atau mencatatkan sahamnya di salah satu bursa saham AS jika perusahaan tersebut gagal mematuhi audit dari Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) selama 3 tahun berturut-turut.
RUU itu juga akan meminta perusahaan publik untuk mengungkapkan apakah mereka dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah asing, termasuk pemerintah komunis China.
Dalam penjelasannya, Kennedy dan Van Hollen mengatakan banyak warga AS berinvestasi di bursa saham AS, termasuk membeli saham-saham perusahaan China. Mereka membeli saham-saham tersebut untuk keperluan investasi dengan memakai uang tabungan pensiun mereka, dan perusahaan yang tidak jujur dalam mengungkapkan keuangannya di bursa membuat investor AS berisiko.
Berdasarkan data America Depository Receipt, ada 137 perusahaan China yang tercatat di bursa saham AS. Diantara perusahaan-perusahaan tersebut terdapat nama-nama perusahaan raksasa dunia seperti, Alibaba Group Holding Ltd., Baidu Inc, CNOOC, Hutchinson China Mediatech dan sejumlah nama-nama besar lainnya.
Berikut ini adalah daftar lengkap perusahaan China yang tercatat dalam bursa saham AS:
Dua senator tercatat menjadi inisiator RUU tersebut, yaitu John Kennedy, senator Louisiana dari Partai Republik, dan Chris Van Hollen, senator Demokrat dari Maryland. Baik Kennedy dan Van Hollen menegaskan bahwa beleid yang tengah diperjuangkan ini bertujuan demi menjaga kepentingan investor AS.
RUU tersebut sudah diloloskan oleh Senat pada Rabu (20/5/2020) waktu AS, tinggal menunggu kelanjutan dari DPR AS (House of Representatives). Kongres AS yang terdiri dari DPR dan Senat ini nantinya akan meloloskan undang-undang yang disepakati oleh Senat, yang kemudian dikirim ke Presiden Donald Trump untuk diratifikasi.
Lantas apa alasannya AS mulai membidik emiten atau perusahaan publik di bursa Wall Street, baik di Bursa NYSE (New York Stock Exchange) maupun Bursa Nasdaq?
Dalam pernyataan Kennedy di situs resminya, kennedy.senate.gov, dia menjelaskan latar belakang kenapa RUU ini bisa lahir.
RUU Akuntabilitas Perusahaan Asing ini akan perusahaan asing mana pun untuk terdaftar (listing) atau mencatatkan sahamnya di salah satu bursa saham AS jika perusahaan tersebut gagal mematuhi audit dari Dewan Pengawas Akuntansi Perusahaan Publik (Public Company Accounting Oversight Board/PCAOB) selama 3 tahun berturut-turut.
RUU itu juga akan meminta perusahaan publik untuk mengungkapkan apakah mereka dimiliki atau dikendalikan oleh pemerintah asing, termasuk pemerintah komunis China.
Dalam penjelasannya, Kennedy dan Van Hollen mengatakan banyak warga AS berinvestasi di bursa saham AS, termasuk membeli saham-saham perusahaan China. Mereka membeli saham-saham tersebut untuk keperluan investasi dengan memakai uang tabungan pensiun mereka, dan perusahaan yang tidak jujur dalam mengungkapkan keuangannya di bursa membuat investor AS berisiko.
Next Page
Melindungi Kepentingan AS
Pages
Most Popular