
Demi Rupiah BI Tahan Suku Bunga, Apa Rupiah Dalam Bahaya?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
20 May 2020 16:13

Tidak hanya negara maju semua negara di dunia ini mengalami kemerosotan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2020 tumbuh 2,97% year-on-year (YoY). Ini menjadi laju paling lemah sejak kuartal IV-2001.
Di kuartal II-2020 ekonomi Indonesia diprediksi akan lebih parah lagi, sebabnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang membuat aktivitas ekonomi menurun drastis.
Tanda-tanda ekonomi akan merosot sudah terlihat dari beberapa indikator. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di bulan April 27,5, jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, PSBB yang diterapkan di Indonesia dalam rangka memerangi penyebaran virus corona membuat produksi manufaktur anjlok karena pabrik-pabrik tutup sementara. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlemah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April anjlok menjadi 84,8. Turun drastis dari bulan sebelumnya yaitu 113,8 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2008.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Di atas 100 berarti konsumen optimistis, sebaliknya kalau di bawah 100 konsumen pesimistis. Ketika konsumen menjadi pesimistis, maka ada kecenderungan akan menahan konsumsi, sehingga salah satu motor penggerak perekonomian akan merosot.
PMI dan IKK merupakan indikator awalan (leading indicator) yang penting untuk memprediksi ke mana ekonomi akan bergerak. Data tersebut menunjukkan risiko kemerosotan ekonomi di kuartal II-2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kontraksi ekonomi pada kuartal II-2020 adalah risiko yang sangat nyata. "Pertumbuhan ekonomi bisa turun 0,3%, hampir mendekati nol. Atau bahkan negative growth di -2,6%," kata Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.
Kemerosotan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 tidak terlalu direspon oleh rupiah. Pelaku pasar memaklumi perekonomian merosot akibat pandemi Covid-19, bukan karena ulah manusia. Tetapi jika di kuartal II-2020 nanti ekonomi Indonesia sampai berkontraksi dan lebih dalam ketimbang prediksi, respon pelaku pasar tentunya akan berbeda.
Sehingga, rupiah masih harus melewati jalan yang terjal, hingga perekonomian global menunjukkan tanda-tanda bangkit.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Di kuartal II-2020 ekonomi Indonesia diprediksi akan lebih parah lagi, sebabnya penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di beberapa daerah yang membuat aktivitas ekonomi menurun drastis.
Tanda-tanda ekonomi akan merosot sudah terlihat dari beberapa indikator. IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur di bulan April 27,5, jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.
Keterangan tertulis IHS Markit menyebutkan, PSBB yang diterapkan di Indonesia dalam rangka memerangi penyebaran virus corona membuat produksi manufaktur anjlok karena pabrik-pabrik tutup sementara. Akibatnya, output manufaktur berada di titik terlemah sepanjang sejarah pencatatan PMI.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) bulan April anjlok menjadi 84,8. Turun drastis dari bulan sebelumnya yaitu 113,8 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2008.
IKK menggunakan angka 100 sebagai titik awal. Di atas 100 berarti konsumen optimistis, sebaliknya kalau di bawah 100 konsumen pesimistis. Ketika konsumen menjadi pesimistis, maka ada kecenderungan akan menahan konsumsi, sehingga salah satu motor penggerak perekonomian akan merosot.
PMI dan IKK merupakan indikator awalan (leading indicator) yang penting untuk memprediksi ke mana ekonomi akan bergerak. Data tersebut menunjukkan risiko kemerosotan ekonomi di kuartal II-2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengingatkan kontraksi ekonomi pada kuartal II-2020 adalah risiko yang sangat nyata. "Pertumbuhan ekonomi bisa turun 0,3%, hampir mendekati nol. Atau bahkan negative growth di -2,6%," kata Sri Mulyani, beberapa waktu lalu.
Kemerosotan ekonomi Indonesia di kuartal I-2020 tidak terlalu direspon oleh rupiah. Pelaku pasar memaklumi perekonomian merosot akibat pandemi Covid-19, bukan karena ulah manusia. Tetapi jika di kuartal II-2020 nanti ekonomi Indonesia sampai berkontraksi dan lebih dalam ketimbang prediksi, respon pelaku pasar tentunya akan berbeda.
Sehingga, rupiah masih harus melewati jalan yang terjal, hingga perekonomian global menunjukkan tanda-tanda bangkit.
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular