
Hari Terakhir Trading, Asing Borong Saham Rp 115 M di Sesi I

Jakarta, CNBC Indonesia - Setelah pada awal perdagangan Rabu (20/5/20) Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) kerap keluar masuk zona merah, pada penutupan perdagangan sesi 1 ini, IHSG sudah terkonsolidasi turun ke level 4.529,62 atau depresiasi sebesar 0,42%.
Transaksi harian hari ini mencapai Rp 35,85 triliun karena ada transaksi pembelian saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank hari ini yang resmi dilakukan dengan nilai mencapai Rp 33,28 triliun.
Di tengah koreksi indeks ini, investor asing mencatatkan aksi beli bersih sejumlah Rp 115 miliar di pasar reguler. Saham yang paling banyak dibeli asing pagi ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sahamnya dibeli bersih asing sebanyak Rp 93 miliar.
Investor lokal tampaknya lebih memilih untuk memegang uang cash ketimbang menempatkan dananya di portofolio investasi selama libur panjang bursa hingga 6 hari ke depan bertepatan dengan perayaan Kenaikan Isa Almasih dan Hari Raya Idul Fitri. Perdagangan saham hari ini adalah terakhir, dan akan dibuka lagi pada Selasa 26 Mei mendatang usai libur Lebaran.
Investor lokal tampaknya memilih untuk mengamankan dana tunai mengantisipasi perkembangan pasar selama libur Lebaran.
'Lautan' merah bursa saham Amerika Serikat (AS) Wall Street ternyata menyeberang antarbenua dan ikut memberikan dampak negatif kepada IHSG. Tiga indeks besar di AS semuanya turun, Dow Jones Industrial Average turun1,59%, S&P500 terdepresiasi 1,05%, sedangkan Nasdaq anjlok 0,54% pada penutupan perdagangan tadi pagi (Selasa waktu AS).
Penurunan di bursa negeri Paman Sam terjadi karena keraguan akan laporan kesuksesan vaksin Moderna Inc juga jadi penyebab lain. Stat News melaporkan sejumlah pakar tidak yakin dengan klaim perusahaan bioteknologi itu.
Pasalnya Moderna tidak melampirkan data, hanya kata-kata saja. Padahal dalam pembuktian penelitian, data menjadi sangat penting.
Hal ini membuat saham Moderna jatuh 10,4%. Sebelumnya Moderna bekerja sama dengan Institut Nasional untuk Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) untuk menguji ini.
"Pasar lebih tertarik pada berita kesehatan dibanding data ekonomi," kata kepala strategi pasar di National Securities di New York, Art Hogan, dikutip dari Reuters.
Selain itu tanggapan dari Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell akan terjadi pemulihan ekonomi AS secara perahan dan paket stimulus moneter sudah siap dan akan tiba sebentar lagi.
Kabar lain dari Washington yaitu Menteri Keuangan Steven Mnuchin dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang bersaksi di depan Komite Perbankan Senat. Kesaksian mereka adalah bagian dari pembaruan yang diperlukan untuk Kongres tentang respons ekonomi terhadap pandemi virus corona.
Mnuchin mengatakan pemerintah "sepenuhnya siap untuk mengambil kerugian" pada dana talangan bisnis terkait virus corona. Kesaksian itu muncul setelah Powell mengatakan kepada CBS "60 Menit" bahwa bank sentral masih memiliki banyak amunisi untuk mendukung perekonomian.
Terlepas dari semua ini, "masih sangat sulit dari sudut pandang mendasar bagi siapa saja untuk menjadi sangat bullish," kata Yousef Abbasi, direktur ekuitas kelembagaan AS di INTL FCStone. "Jika kita mendapatkan lebih banyak data dan kota-kota mulai dibuka kembali ... maka saya akan mengantisipasi lebih banyak kepercayaan di kalangan investor."
Di sisi ekonomi, Departemen Perdagangan AS merilis laporan yang menunjukkan penurunan tajam dalam konstruksi perumahan baru di AS pada bulan April yang anjlok 30,2% ke 891.000 setelah jatuh 18,6% pada Maret. Ekonom memperkirakan persediaan perumahan akan turun 23,8% ke tingkat 927.000 dari 1,216 juta untuk bulan sebelumnya.
Indeks kontrak berjangka Dow Jones di AS, Dow Futures terpantau turun sebesar 0,83% pada pagi hari ini.
Sedangkan mayoritas bursa Asia dipantau bervariatif, Hang Seng Index Hong Kong turun sebesar 0,10%, Nikkei Jepang terapreasi sebesar 1,17%, sedangkan STI Singapore turun sebesar 0,93%.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!
