Tak Cuma di Pasar Spot, Rupiah Pun Perkasa di Kurs Tengah BI

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 May 2020 10:13
penukaran uang, rupiah
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah juga perkasa di perdagangan pasar spot.

Pada Selasa (19/5/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate berada di Rp 14.823. Rupiah menguat 0,42% dibandingkan posisi hari sebelumnya.

Sementara di 'arena' pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 setara dengan Rp 14.795 di mana rupiah menguat 0,17%.

Tidak hanya rupiah, sebagian besar mata uang utama Asia juga menguat di hadapan dolar AS. Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang utama Benua Kuning di perdagangan pasar spot pada pukul 10:06 WIB:

 



Dolar AS memang sedang lesu, tidak hanya di Asia tetapi juga secara global. Pada pukul 09:07 WIB, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,03%. Ini menggambarkan pelaku pasar sedang berani mengambil risiko dan meninggalkan aset aman seperti dolar AS.

Sentimen positif merebak di pasar keuangan dunia setelah Moderna Inc, perusahaan farmasi asal AS, mengumumkan eksperimen vaksin virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-2019) membuahkan hasil menggembirakan. Delapan orang relawan yang disuntik vaksin buatan Moderna berhasil membangun antibodi untuk menghalau virus yang bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China tersebut. Mereka yang disuntik dengan dosis 100 mikrogram dan 25 mikrogram menunjukkan antibodi yang lebih banyak bahkan dibandingkan orang yang sudah sembuh dari serangan virus corona.

Vaksin adalah kunci dalam perang terhadap virus corona. Vaksin akan berfungsi layaknya tameng untuk mencegah virus memasuki dan merusak tubuh. Jika nantinya vaksin berhasil diproduksi massal, maka akan semakin banyak orang yang memiliki kekebalan terhadap serangan virus corona. Semakin banyak orang yang kebal, maka virus corona akan musnah karena tidak punya tempat tinggal.


Sentimen kedua yang juga membuat pelaku pasar bergairah dan ogah bermain aman adalah pernyataan Ketua Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell. Dalam wawancara dengan CBS, Powell memang menyebut bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi masih panjang.

Angka pengangguran diperkirakan masih akan bertambah. Bahkan Powell meramal tingkat pengangguran di Negeri Paman Sam bisa mencapai 25% sebelum kemudian berangsur turun.

Pada kuartal I-2020, ekonomi AS mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) -4,8%. Pada kuartal berikutnya, Powell meramal kontraksinya bisa jauh lebih dalam yaitu -20%.


Parah betul ramalan Powell. Namun mengapa ramalan parah ini tidak membuat pasar ketakutan?

Sebab, apa yang dikatakan Powell sebenarnya sudah masuk dalam perhitungan. Sudah priced-in, sudah ketaker. Sekarang yang penting adalah bagaimana prospek ke depan, apakah ada harapan penderitaan ini akan segera berakhir?

"Dengan asumsi tidak ada serangan gelombang kedua, saya rasa kita akan melihat ekonomi mulai pulih pada paruh kedua tahun ini. Namun untuk benar-benar pulih, kita masih harus menunggu kedatangan vaksin," kata Powell.

Tuh kan benar, vaksin adalah kunci. Bahkan Powell pun bilang begitu. Jadi dengan kabar gembira dari Moderna, keyakinan bahwa badai akan segera berlalu semakin tebal. Optimisme pelaku pasar yang membuncah diterjemahkan dalam perburuan terhadap aset-aset berisiko, sehingga rupiah mampu menguat.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular