
Kalbe Gandeng Perusahaan Eropa & China Produksi Obat Covid-19
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
18 May 2020 16:10

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) berencana menggandeng beberapa perusahaan farmasi asing dari China hingga Eropa untuk bekerja sama memproduksi obat virus corona (Covid-19).
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, kerja sama ini akan melibatkan beberapa mitra baik dengan pemerintah, industri, akademisi maupun perusahaan farmasi di luar negeri. Namun, perseroan akan mengelompokkan lebih dulu produk apa yang dibutuhkan, termasuk melakukan riset dan pengembangan vaksin dan obat Covid-19.
Terkait dengan mitra di luar negeri, pada saat ini perseroan sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan, Genexine Inc terkait teknologi baru di bidang vaksin dan bioteknologi sejak 2016. Kerja sama serupa juga rencananya akan dilakukan dengan perusahaan farmasi China dan Eropa melalui transfer teknologi.
"Ada beberapa calon partner dari China, mereka menguasai teknologi modern yang bisa kami bawa ke Indonesia. Beberapa partner di Eropa kita lakukan, cuma sekarang menyesuaikan diri, masing-masing negara menghadapi hal yang sama," kata Vidjongtius, dalam pemaparan virtual, Senin (18/5/2020).
Dia menargetkan, rencana ini akan terealisasi dalam dua bulan ke depan.
"Semoga dalam waktu cepat 1-2 bulan akan ada proposal yang lebih konkret seperti apa, caranya gimana, kami juga komunikasi dengan BPOM agar berjalan baik," katanya.
Normal Baru
Vidjongtius mengatakan, dampak pandemi Covid-19 diperkirakan akan berdampak pada kinerja perseroan pada kuartal kedua tahun ini, bahkan pada skenario paling berat, bisa tumbuh negatif.
Hal ini disebabkan terjadinya penurunan pasien reguler di rumah sakit dan mobilitas konsumen yang lebih terbatas karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah. Meski demikian, perseroan belum akan terburu-buru melakukan peninjauan kembali target pendapatan maupun laba bersih sepanjang tahun ini.
"Kami belum bisa memprediksi kapan ini akan menurun atau berakhir, kami masih monitor apa yang akan terjadi, tapi yang penting pengembangan produk kita kenakan cara baru," katanya menjelaskan.
Skenario normal baru tersebut antara lain dengan memanfaatkan penjualan produk secara daring, pertemuan antara dokter dengan konsumen yang tadinya fisik diganti melalui webinar.
"Kita lagi mengukur ada cara baru, kita antisipasi dengan platform digital. Ini new normal supaya pasca Covid-19 lebih siap," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Bikin Obat & Vaksin Covid-19, Kalbe Kejar Waktu 1-2 Bulan
Presiden Direktur Kalbe Farma, Vidjongtius mengatakan, kerja sama ini akan melibatkan beberapa mitra baik dengan pemerintah, industri, akademisi maupun perusahaan farmasi di luar negeri. Namun, perseroan akan mengelompokkan lebih dulu produk apa yang dibutuhkan, termasuk melakukan riset dan pengembangan vaksin dan obat Covid-19.
Terkait dengan mitra di luar negeri, pada saat ini perseroan sudah melakukan kerja sama dengan perusahaan farmasi asal Korea Selatan, Genexine Inc terkait teknologi baru di bidang vaksin dan bioteknologi sejak 2016. Kerja sama serupa juga rencananya akan dilakukan dengan perusahaan farmasi China dan Eropa melalui transfer teknologi.
"Ada beberapa calon partner dari China, mereka menguasai teknologi modern yang bisa kami bawa ke Indonesia. Beberapa partner di Eropa kita lakukan, cuma sekarang menyesuaikan diri, masing-masing negara menghadapi hal yang sama," kata Vidjongtius, dalam pemaparan virtual, Senin (18/5/2020).
Dia menargetkan, rencana ini akan terealisasi dalam dua bulan ke depan.
"Semoga dalam waktu cepat 1-2 bulan akan ada proposal yang lebih konkret seperti apa, caranya gimana, kami juga komunikasi dengan BPOM agar berjalan baik," katanya.
Normal Baru
Vidjongtius mengatakan, dampak pandemi Covid-19 diperkirakan akan berdampak pada kinerja perseroan pada kuartal kedua tahun ini, bahkan pada skenario paling berat, bisa tumbuh negatif.
Hal ini disebabkan terjadinya penurunan pasien reguler di rumah sakit dan mobilitas konsumen yang lebih terbatas karena kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di berbagai daerah. Meski demikian, perseroan belum akan terburu-buru melakukan peninjauan kembali target pendapatan maupun laba bersih sepanjang tahun ini.
"Kami belum bisa memprediksi kapan ini akan menurun atau berakhir, kami masih monitor apa yang akan terjadi, tapi yang penting pengembangan produk kita kenakan cara baru," katanya menjelaskan.
Skenario normal baru tersebut antara lain dengan memanfaatkan penjualan produk secara daring, pertemuan antara dokter dengan konsumen yang tadinya fisik diganti melalui webinar.
"Kita lagi mengukur ada cara baru, kita antisipasi dengan platform digital. Ini new normal supaya pasca Covid-19 lebih siap," tandasnya.
(hps/hps) Next Article Bikin Obat & Vaksin Covid-19, Kalbe Kejar Waktu 1-2 Bulan
Most Popular