
Berayun Seharian, Rupiah Akhirnya Menguat & Juara 2 Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 May 2020 16:13

Jakarta, CNBCÂ Indonesia -Â Nilai tukar rupiah berayun antara penguatan dan pelemahan pada perdagangan Senin (18/9/2020) dipengaruhi sentimen dari dalam dan luar negeri.
Saat pembukaan perdagangan, rupiah melemah 0,13%, depresiasi semakin besar hingga 0,2% di Rp 14.860/US$. Setelahnya rupiah berbalik menguat tipis, tetapi balik lagi ke zona merah, sebelum akhirnya berada di level Rp 14.810/US$ atau menguat 0,13%.
Tetapi, rupiah kembali masuk ke zona merah bahkan melemah hingga 0,37% ke Rp 14.885/US$. Tetapi menjelang penutupan perdagangan, rupiah kembali berbalik menguat tipis 0,07% di Rp 14.820/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Dengan penguatan tipis tersebut rupiah menjadi juara 2 alias mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia, hanya kalah dari baht Thailand yang menguat 0,12% hingga pukul 15:35 WIB. Mayoritas mata uang utama Asia melemah hari ini, selain rupiah dan baht, hanya dolar Singapura yang menguat.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Rupiah masih "malu-malu" menguat hari ini akibat penguatan tajam sejak bulan April. Sepanjang pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,4%, meski tidak besar tetapi menjadi yang terbaik di Asia.
Rupiah sebenarnya mulai menguat sejak awal April, bahkan membukukan penguatan 4 pekan beruntun sebelum terhenti pada pekan lalu. Sehingga dalam 6 pekan terakhir hingga pekan ini, rupiah menguat sebanyak 5 kali. Sepanjang April, rupiah bahkan mencatat penguatan lebih dari 9%.
Penguatan tajam tersebut dan posisi rupiah yang cukup jauh dari level Rp 15.000/US$ tentunya rentan terhadap koreksi teknikal yang membuat rupiah melemah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan selalu menekankan rupiah akan di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini. Padahal posisi rupiah sudah mendekati Rp 14.800/US$.
Pernyataan Perry tersebut tentunya memberikan dampak psikologis di pasar "rupiah tidak akan menguat lebih jauh", sehingga perlu tenaga ekstra atau momentum yang besar agar rupiah mampu menguat tajam lagi. Akibatnya rupiah pun jadi "malu-malu" untuk menguat.
Saat pembukaan perdagangan, rupiah melemah 0,13%, depresiasi semakin besar hingga 0,2% di Rp 14.860/US$. Setelahnya rupiah berbalik menguat tipis, tetapi balik lagi ke zona merah, sebelum akhirnya berada di level Rp 14.810/US$ atau menguat 0,13%.
Tetapi, rupiah kembali masuk ke zona merah bahkan melemah hingga 0,37% ke Rp 14.885/US$. Tetapi menjelang penutupan perdagangan, rupiah kembali berbalik menguat tipis 0,07% di Rp 14.820/US$ di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Berikut pergerakan dolar AS melawan mata uang utama Asia hari ini.
Rupiah masih "malu-malu" menguat hari ini akibat penguatan tajam sejak bulan April. Sepanjang pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,4%, meski tidak besar tetapi menjadi yang terbaik di Asia.
Rupiah sebenarnya mulai menguat sejak awal April, bahkan membukukan penguatan 4 pekan beruntun sebelum terhenti pada pekan lalu. Sehingga dalam 6 pekan terakhir hingga pekan ini, rupiah menguat sebanyak 5 kali. Sepanjang April, rupiah bahkan mencatat penguatan lebih dari 9%.
Penguatan tajam tersebut dan posisi rupiah yang cukup jauh dari level Rp 15.000/US$ tentunya rentan terhadap koreksi teknikal yang membuat rupiah melemah.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan selalu menekankan rupiah akan di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini. Padahal posisi rupiah sudah mendekati Rp 14.800/US$.
Pernyataan Perry tersebut tentunya memberikan dampak psikologis di pasar "rupiah tidak akan menguat lebih jauh", sehingga perlu tenaga ekstra atau momentum yang besar agar rupiah mampu menguat tajam lagi. Akibatnya rupiah pun jadi "malu-malu" untuk menguat.
Next Page
Rupiah Tunggu Pengumuman Suku Bunga BI
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular