Sempat Terlempar ke Zona Merah, IHSG Ditutup Menguat Tipis

Tri Putra, CNBC Indonesia
18 May 2020 16:01
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia -Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil ditutup menguat pada perdagangan hari ini setelah sempat beberapa kali masuh zona merah. Namun kenaikan IHSG hari ini tidak terlalu signifikan, ini menunjukkan investor masih menahan diri.

IHSG dibuka pada sesi 1 di zona hijau IHSG di level 4.521,21 yaitu kenaikan 0,31%, 12 menit kemudian IHSG langsung amblas ke level 4.495,26 yang merupakan penurunan sebesar 0,27%.

IHSG sempat menghijau kembali ke level 4.525,22 yang merupakan kenaikan sebesar 0,39% sebelum akhirnya kembali ke zona merah. Pada akhir perdagangan Senin (5/18/20), IHSG ditutup naik tipis ke level 4.511,05 atau apresiasi sebesar 0,08%

Saat bersamaan, indeks kontrak berjangka Dow Jones di Amerika Serikat (AS), Dow Futures terpantau melonjak kencang ke level1,66% pada siang hari ini.

Kenaikan ini dikarenakan komentar Gubernur Federal Reserve, Jerome Powell yang mengatakan jangan meragukan kemampuan AS dalam menghadapi pandemi ini, dan jangan pernah bertaruh melawan ekonomi AS.

Walaupun begitu menurut Powell dalam sebuah wawancara dengan CBS, Covid-19 sudah memukul parah negara adi daya itu. Data menunjukkan lebih dari 30 juta pekerjaan hancur karena penutupan bisnis secara nasional.


Belum lagi angka pengangguran yang mencapai puncaknya yakni di kisaran 20-25%. Angka tersebut tak terlihat lagi sejak Great Depression di 1930 terjadi.

"Data yang akan kita lihat di kuartal yang berakhir Juni, akan sangat buruk," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Senin (18/5/2020).

"Akan ada penurunan besar dalam kegiatan ekonomi. lonjakan dalam pengangguran."

Menurut Powell, The Fed tidak akan mampu mengatasi krisis ini sendirian, dan harus dibantu oleh kongres, karena The Fed memiliki kekuatan untuk memberikan pinjaman saja, dan kongreslah yang memiliki kekuatan untuk membelanjakan uang.

Sementara itu hubungan antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kian memanas terjadi saat pemerintahan Presiden AS, Donald Trump memblokir pengiriman semikonduktor dari pembuat chip global ke Huawei pada Jumat (15/5/2020).

Dalam pengumumannya, Departemen Perdagangan AS menyatakan sudah merevisi aturan ekspor guna mengekang gerak bisnis Huawei sehingga pabrikan ponsel asal Shenzhen itu tak bisa mengakses produk-produk semikonduktor yang merupakan produk dari perangkat lunak (software) dan teknologi dari AS.

"Pengumuman ini mencegah upaya Huawei [mencari celah] untuk melemahkan kontrol ekspor AS," kata Departemen Perdagangan AS, sebagaimana dilansir CNBC Internasional, Senin (18/5).

Namun tampaknya aksi balasan dari China tinggal menunggu realisasi. Dalam sebuah cuitan di Twitter, seorang pemimpin redaksi sebuah surat kabar China yang dikendalikan negara, Global Times, mengatakan Beijing bisa saja mengambil tindakan balasan.

Komentar sang pemred tentang masalah perdagangan AS-China menurut Washington Post sering menjadi indikator yang dapat diandalkan untuk melihat apa yang akan dilakukan Beijing ke depan.

"Berdasarkan apa yang saya ketahui, jika AS lebih lanjut memblokir pasokan teknologi utama ke Huawei, China akan mengaktifkan 'daftar entitas yang tidak dapat diandalkan', membatasi atau menginvestigasi perusahaan-perusahaan AS seperti Qualcomm, Cisco dan Apple, dan menunda pembelian pesawat Boeing," kata Hu Xijin, Editor in Chief di Global Times dalam cuitannya.

Dari dalam negeri sendiri muncul berita baik setelah Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menginformasikan penerbitan Surat Menteri BUMN Nomor S-336/MBU/05/2020 tertanggal 15 Mei 2020.

Bersama dengan surat tersebut disampaikan simulasi tahapan pemulihan kegiatan #CovidSafe BUMN yang dilakukan dalam beberapa fase.

Fase pertama mulai 25 Mei sektor yang diizinkan beroperasi terbatas yakni sektor industri dan jasa, sementara sektor kesehatan full operasi. Fase kedua sektor jasa retail mulai beroperasi pada 1 Juni. Fase 3 mulai 8 Juni sektor jasa wisata dan pendidikan mulai beroperasi. Fase 4 mulai 29 Juni pembukaan kegiatan ekonomi seluruh sektor. Dan fase 5 pada 13 dan 20 Juli merupakan evaluasi fase 4.

 

[Gambas:Video CNBC]



Kembali beraktivitasnya perekonomian Indonesia, tentunya dengan hidup new normal, bisa memberikan nilai plus. Kemerosotan ekonomi yang dialami Indonesia bisa sedikit diredam, syukur-syukur bisa bangkit meski perlahan, setela
h jatuh di kuartal I-2020.

Hari ini investor asing kembali melanjutkan aksi jual bersih sebanyak Rp 626 miliar di pasar reguler.Saham yang paling banyak dijual asing hari ini adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang sahamnya dijual bersih asing sebanyak Rp 279 miliar yang menyebabkan saham ini terkoreksi sebesar 3,12% ke level harga Rp 2.170/saham. BBRI sudah dijual bersih investor asing selama 15 hari berturut-turut.

Sedangkan mayoritas bursa Asia dipantau menguat, Hang Seng Index Hong Kong naik sebesar 0,58%,Nikkei Jepang terapreasi sebesar 0,48%, sedangkan STI Singapore terbang sebesar 0,97%,

TIM RISET CNBC INDONESIA


(trp/hps) Next Article Pasca libur Lebaran, IHSG Rontok 4,42% ke Bawah 7.000

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular