AS-China Sengit Terus, Rupiah Dibuka Melemah Tipis

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
18 May 2020 09:38
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pembukaan perdagangan Senin (18/5/2020) setelah menjadi yang terbaik di Asia sepanjang pekan lalu. Memanasnya hubungan AS dengan China membuat sentimen pelaku pasar sedikit memburuk dan membebani rupiah.

Berdasarkan data Refinitiv, di pembukaan perdagangan rupiah berada di level Rp 14.850/US$ atau melemah 0,13% di pasar spot.

Sepanjang pekan lalu, rupiah mampu membukukan penguatan 0,4%, meski tidak besar tetapi menjadi yang terbaik di Asia. Mayoritas mata uang utama Asia melemah pada pekan lalu, selain rupiah hanya baht Thailand dan dolar Hong Kong yang mampu menguat.



Rupiah sebenarnya mulai menguat sejak awal April, bahkan membukukan penguatan 4 pekan beruntun sebelum terhenti pada pekan lalu. Sehingga dalam 6 pekan terakhir hingga pekan ini, rupiah menguat sebanyak 5 kali. Sepanjang April, rupiah bahkan mencatat penguatan lebih dari 9%.

Penguatan tajam tersebut dan posisi rupiah yang cukup jauh dari level Rp 15.000/US$ tentunya rentan terhadap koreksi teknikal yang membuat rupiah melemah.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam beberapa kesempatan selalu menekankan rupiah akan di kisaran Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini. Padahal posisi rupiah sudah mendekati Rp 14.800/US$.

Pernyataan Perry tersebut tentunya memberikan dampak psikologis di pasar "rupiah tidak akan menguat lebih jauh", sehingga perlu tenaga ekstra atau momentum yang besar agar rupiah mampu menguat tajam lagi.

Apalagi di tengah ketidakpastian perekonomian akibat pandemi penyakit virus corona (Covid-19) yang tengah melanda dunia.

Belum lagi konflik antara AS) dengan China yang memperburuk sentimen pelaku pasar. Penyebabnya, asal-usul virus corona yang dikatakan berasal dari laboratorium di China.



Dalam pernyataannya kepada media, Presiden AS Donald Trump tak segan menyebut kemungkinan memutus hubungan dengan China. Alasannya, karena China gagal menahan pandemi COVID-19.

"Mereka seharusnya tidak membiarkan ini terjadi," kata Trump dikutip Reuters.

"Ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Kita bisa memutus seluruh hubungan (dengan China)," tegasnya.

Trump yang terus menyerang China memicu kecemasan akan kemungkinan terjadi babak baru perang dagang, bahkan yang lebih parah kemungkinan perang dunia III.

Reuters mengabarkan, China Institutes of Contemporary International Relations (CICIR) yang merupakan lembaga think tank dengan afiliasi ke Kementerian Pertahanan Negeri Tirai Bambu, membuat laporan bahwa Beijing berisiko diterpa sentimen kebencian dari berbagai negara. Skenario terburuknya, China harus bersiap dengan kemungkinan terjadinya konfrontasi bersenjata alias perang.

Sejauh ini pemerintah China belum memberikan konfirmasi mengenai laporan CICIR tersebut. "Saya tidak punya informasi yang relevan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China kala dikonfirmasi oleh Reuters.

Memanasnya hubungan kedua negara membuat sentimen pelaku pasar sedikit memburuk, dan rupiah yang menguat cukup tajam menjadi terkoreksi.

Meski demikian tidak menutup kemungkinan rupiah akan berbalik menguat mengingat ada sentimen positif dari rencana pemerintah Indonesia untuk memutar kembali roda perekonomian.

TIM RISET CNBC INDONESIA



[Gambas:Video CNBC]




(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular