
Data Ritel China Membaik, Bursa Asia Ditutup Variatif

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham di kawasan Asia pada perdagangan Jumat ini (15/5/2020) ditutup bervariatif. Sentimen di benua kuning hari ini pun cenderung mixed.
Di negeri China, National Bureau of Statistics of China merilis data penjualan ritel (year on year/YoY). Data ini menunjukkan, pada Maret terjadi kontraksi penjualan ritel sebesar 15,8% dan di April terjadi perbaikan yaitu kontraksi sebesar 7,5%. Penurunan kontraksi ini disebabkan oleh dibukanya kembali ekonomi di negeri panda tersebut sehingga meningkatkan daya beli masyarakat.
Angka pengangguran di China sendiri tidak banyak berubah dari 5,9% naik sedikit menjadi 6%.
Sedangkan produksi industri China mengalami kenaikan signifikan 3,9% angka ini jauh lebih tinggi dari perkiraan yang hanya sebesar 1,5%. Bandingkan dengan bulan lalu yaitu kontraksi sebesar 1,1%. Perbaikan ini terjadi karena pabrik-pabrik di China sudah mulai beroperasi setelah dilonggarkanya karantina.
Merespons kabar ini bursa China daratan, Shanghai Stock Exchange (SSE) mengalami koreksi sebesar 0,07%. Angka ini turun setelah pagi tadi SSE indeks sempat naik 0,48%. Para pelaku pasar lebih condong mengalihkan perhatian mereka ke sentimen panasnya kembali tensi perang dagang antara negeri panda dengan Amerika Serikat (AS)
Panasnya kembali tensi perang dagang ini setelah wawancara Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump dengan Fox Business. Di wawancara ini Trump mengatakan ia sangat kecewa terhadap cara China mengatasi pandemi Corona ini.
Menurut Trump presiden-presiden lain sebelum dirinya membiarkan China melakukan apapun yang menyebabkan AS rugi US$ 200 miliar - US$ 500 miliar per tahun.
"Saya sangat kecewa terhadap China, mereka seharusnya tidak pernah membiarkan ini terjadi. Kami sudah membuat kesepakatan (dagang) yang luar biasa, tetapi sekarang rasanya sudah berbeda. Tinta belum kering, dan wabah ini datang. Rasanya tidak lagi sama," keluh Trump.
Menurut Trump dia sedang tidak ingin berbicara dengan Presiden China Xi Jin Ping, bahkan Trump siap memutus habis perdagangan diantara kedua negara.
"Secara umum, ekonomi China terjadi perbaikan yang dapat dilihat dari meningkatnya tingkat produksi industri, hal ini dapat mengindikasikan Produk Domestik Bruto (GDP) China akan positif pada April-Juni, akan tetapi pasar kekhawatiran akan relasi AS-China memberatkan pasar" ujar Wang Shensen, Analis Senior dari Mizuho Sekuritas.
Di Korea Selatan indeks Kospi juga mengalami kenaikan sebesar 0.12%. kenaikan ini terjadi walaupun hasil rilis Bank of Korea mengenai indeks harga barang impor yang turun dari -7,9% menjadi -14,1% yang menunjukkan rendahnya daya beli masyarakat begitu pula indeks harga barang ekspor yang turun dari -3,8% menjadi -5,9% serta neraca dagang Korea Selatan yang defisit 1,39 miliar Won.
Di negara lain di Asia seperti di Jepang indeks Nikkei 225 mengalami apresiasi 0,62%, Hang Seng Hong Kong turun 0,10%, sedangkan di negara tetangga, Singapore STI menguat sebesar 0,06%.
Data BEI mencatat, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup minus 0,14% di level. 4.507,61 dengan catatan jual bersih asing Rp 1,09 triliun di semua pasar.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(trp/trp) Next Article Bursa Asia Mayoritas Dibuka Hijau, KOSPI Memimpin!