Happy Weekend, Rupiah Menguat 3 Hari Beruntun

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
15 May 2020 16:06
Dollar
Foto: REUTERS/Akhtar Soomro
Rupiah pada perdagangan Kamis kemarin mampu menguat meski sentimen pelaku pasar yang kembali memburuk membuat mata uang safe haven seperti dolar AS dan yen kembali berjaya. Sebabnya, ketua Federal Reserve/The Fed) Jerome Powell, memberikan outlook yang agak suram terkait ekonomi Paman Sam, yang diprediksi membutuhkan waktu lama untuk bangkit.

"Akan butuh waktu untuk kembali seperti sebelum sekarang. Pemulihan kemungkinan akan terjadi dalam tempo yang lebih lebih lambat dari perkiraan," kata Powell dalam paparan di hadapan Kongres AS secara virtual, Rabu pagi waktu setempat.

Selain itu, risiko penyebaran penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua juga menurunkan risk appetite atau selera terhadap risiko pelaku pasar.

China dan Korea Selatan yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya penambahan kasus baru. Pemerintah China mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin.

Sementara itu dari Korea Selatan, jumlah kasus hari ini dilaporkan bertambah 26 kasus, padahal beberapa pekan lalu Korsel melaporkan penambahan kasus 1 digit bahkan sempat zero infection. Penyebaran kasus baru di Negeri Ginseng tersebut terjadi di sebuah klub, dan hingga saat ini sudah lebih dari 150 orang dinyatakan positif yang terkait dengan klub tersebut.

Fakta rupiah mampu menguat, meski tipis, saat sentimen pelaku pasar sedang memburuk tentunya menjadi kabar bagus. Hal tersebut bisa memberikan gambaran tingkat kepercayaan pelaku pasar global terhadap aset-aset dalam negeri mulai membaik di tengah pandemi Covid-19.



Sementara pada hari ini, sentimen pelaku pasar kembali membaik yang tercermin dari menguatnya bursa saham Asia pagi ini. hari ini, kabar baik datang dari China, output industri di bulan April dilaporkan tumbuh 3,9% year-on-year (YoY). Rilis tersebut lebih tinggi ketimbang prediksi Reuters sebesar 1,5% YoY. Hal tersebut tentunya memberikan harapan perekonomian global bisa segera bangkit setelah pandemi Covid-19 berhasil diredam.

Kala sentimen pelaku pasar membaik, maka modal akan dialirkan ke aset-aset bersiko dengan imbal hasil tinggi, dan rupiah mendapat rejeki.
Rupiah bahkan masih tetap perkasa saat data menunjukkan neraca perdagangan Indonesia tekor di bulan April.

Badan Pusat Statistik melaporkan ekspor terkontraksi (tumbuh negatif) -7,02% YoY, menjadi US$ 12,19 miliar, sedangkan impor mengalami kontraksi -18,58% YoY menjadi US$ 12,54 miliar. Sehingga neraca perdagangan mencatat defisit US$ 350 juta.

Sebelumnya, konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia memperkirakan neraca perdagangan April 2020 membukukan defisit tipis US$ 45 juta. Ekspor diperkirakan terkontraksi -1,91% dan impor turun 16,17%.


TIM RISET CNCB INDONESIA (pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular