
Siap-siap! BRI akan Revisi Rencana Bisnis Bank 2020
Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
14 May 2020 13:12

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) berencana merevisi ke bawah target pertumbuhan kredit dari proyeks awal 11% dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) 2020.
Situasi ini mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak nasabah melakukan restrukturisasi kredit dengan menunda pembayaran angsuran pokok maupun bunga kredit.
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo menuturkan, saat ini BRI masih melakukan finalisasi mengenai Rencana Bisnis Bank dan akan menyampaikannya kepada Otoritas Jasa Keuangan pada pertengahan tahun ini.
"Kalau revisi tentu kita akan revisi, tentunya akan merevisi turun dari semula pertumbuhan kredit 11 persen kemungkinan akan kita turunkan, tapi belum finasliasi. Awal Juni kita akan selesaikan dan sampaikan ke OJK untuk revisi," kata Haru, dalam paparan kinerja BRI secara virtual, Kamis (14/5/2020).
Sektor Potensial
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI, Sunarso mengakui banyak sektor yang terdampak Covid-19, antara lain di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi bisnis utama BRI. Pada kuartal pertama saja, ada 1,4 juta nasabah UMKM yang mengajukan relaksasi kredit senilai Rp 101 triliun.
Akan tetapi, di tengah pandemi yang sulit ini, masih ada sejumlah sektor yang masih cukup potensial untuk tetap tumbuh, antara lain adalah UMKM di sektor pangan.
"Kalau kena krisis apapun ada satu hal yang dibutuhkan, makan. Dan segmen mikro sangat erat dengan penyediaan bahan pangan. Jadi kalau segmen mikro tetap peluang tumbuh," tutur Sunarso.
Selain itu, sektor yang masih berpotensi tumbuh adalah di bisnis obat-obatan dan alat kesehatan. Ia juga mengakui, banyak industri yang tadinya bergerak di bisnis otomotif, karena sedang lesu permintaan beralih memproduksi Alat Pelindung Diri (APD). Tentunya, kata Sunarso, sektor e-dagang juga akan diuntungkan dengan kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial.
"Pasti sektor yang terkait dengan penyediaan obat dan alat kesehatan, distribusi perdagangan e-commerce, model distribusi barang jasa baru bisa tumbuh," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada periode 3 bulan pertama ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp 8,17 triliun, sedikit mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit BRI meningkat 10,5% atau Rp 930,73 triliun dari sebelumnya Rp 845,72 triliun, masih lebih tinggi dari rata-rata industri 7,95%.
(dob/dob) Next Article Jelang Libur Nataru, Bank BRI Siapkan Rp 34,64 Triliun
Situasi ini mempertimbangkan dampak dari pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak nasabah melakukan restrukturisasi kredit dengan menunda pembayaran angsuran pokok maupun bunga kredit.
Direktur Keuangan BRI, Haru Koesmahargyo menuturkan, saat ini BRI masih melakukan finalisasi mengenai Rencana Bisnis Bank dan akan menyampaikannya kepada Otoritas Jasa Keuangan pada pertengahan tahun ini.
Sektor Potensial
Pada kesempatan sama, Direktur Utama BRI, Sunarso mengakui banyak sektor yang terdampak Covid-19, antara lain di sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yang menjadi bisnis utama BRI. Pada kuartal pertama saja, ada 1,4 juta nasabah UMKM yang mengajukan relaksasi kredit senilai Rp 101 triliun.
Akan tetapi, di tengah pandemi yang sulit ini, masih ada sejumlah sektor yang masih cukup potensial untuk tetap tumbuh, antara lain adalah UMKM di sektor pangan.
"Kalau kena krisis apapun ada satu hal yang dibutuhkan, makan. Dan segmen mikro sangat erat dengan penyediaan bahan pangan. Jadi kalau segmen mikro tetap peluang tumbuh," tutur Sunarso.
Selain itu, sektor yang masih berpotensi tumbuh adalah di bisnis obat-obatan dan alat kesehatan. Ia juga mengakui, banyak industri yang tadinya bergerak di bisnis otomotif, karena sedang lesu permintaan beralih memproduksi Alat Pelindung Diri (APD). Tentunya, kata Sunarso, sektor e-dagang juga akan diuntungkan dengan kebijakan bekerja dari rumah dan pembatasan sosial.
"Pasti sektor yang terkait dengan penyediaan obat dan alat kesehatan, distribusi perdagangan e-commerce, model distribusi barang jasa baru bisa tumbuh," pungkasnya.
Sebagai informasi, pada periode 3 bulan pertama ini, BRI mencatatkan laba bersih Rp 8,17 triliun, sedikit mengalami penurunan dari periode yang sama tahun lalu.
Pertumbuhan kredit BRI meningkat 10,5% atau Rp 930,73 triliun dari sebelumnya Rp 845,72 triliun, masih lebih tinggi dari rata-rata industri 7,95%.
(dob/dob) Next Article Jelang Libur Nataru, Bank BRI Siapkan Rp 34,64 Triliun
Most Popular