Tekstil Dihantam Corona, Seberapa Kuat Sritex Bertahan?

Daniel Formen Siburian, CNBC Indonesia
13 May 2020 15:54
Sritex
Foto: dok Sritex
Jakarta, CNBC Indonesia - Industri tekstil dan produk tekstil merupakan salah satu sektor yang kena hantaman dampak pandemi Covid-19 yang cukup keras. Bahkan beberapa perusahaan tekstil juga terkena imbas dari sisi arus kas atau cashflow perusahaan yang mulai tertekan.

Salah satu emiten tekstil di Bursa Efek Indonesia (BEI), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) atau Sritex, pun angkat suara terkait dengan kondisi perusahaan tekstil saat ini. Direktur Utama Sritex, Iwan Setiawan Lukminto menuturkan saat ini perusahaan memang masih memiliki posisi arus kas cukup kuat yakni mencapai US$ 160 juta atau setara dengan Rp 2,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.900/US$).

"Saat ini, kami masih buka dengan cashflow yang kuat. Saat ini posisi kami di US$ 160 juta,", kata Iwan kepada CNBC Indonesia dalam program Closing Bell, Rabu (13/5/2020).

Mengacu laporan keuangan Maret 2020, kas dan setara kas SRIL yakni US$ 159,59 juta dari Desember 2019 sebesar US$ 168,36 juta.

Bos Sritex: Saat Pandemi,  Cash Flow SRIL Masih Cukup Kuat(CNBC TV )Foto: Bos Sritex: Saat Pandemi, Cash Flow SRIL Masih Cukup Kuat(CNBC TV )
Bos Sritex: Saat Pandemi, Cash Flow SRIL Masih Cukup Kuat(CNBC TV )

Meski begitu, dia mengaku posisi tersebut bisa saja berubah apabila keadaan tak segera membaik. Apalagi dirinya tak menampik bahwa pandemi Covid-19 sudah menyebabkan jumlah ekspor perseroan menurun, bahkan berpotensi memberi dampak yang lebih parah.

Iwan mengatakan ekspor merupakan penyumbang terbesar pendapatan Sritex, yakni mencapai 65%. Penurunan ekspor tersebut terjadi lantaran adanya kebijakan lockdown (karantina wilayah) di negara-negara Eropa, yang merupakan negara-negara tujuan ekspor terbesar perusahaan tekstil asal Solo ini.

"Ekspor menurun padahal 65 persen pendapatan itu dari ekspor. Yang paling besar di Eropa, penurunannya 3 hingga 5 persen", jelasnya.

Akibat penurunan ekspor, laba bersih Sritex sepanjang kuartal I-2020 hanya sebesar US$ 28,22 juta atau setara Rp 423 miliar, hanya naik tipis 0,6% dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 28,05 juta.


Berdasarkan data laporan keuangan, penjualan SRIL di 3 bulan pertama tahun ini turun tipis 0,07% menjadi US$ 316,62 juta (Rp 4,75 triliun) dari sebelumnya US$ 316,85 juta. Sementara beban pokok penjualan justru naik menjadi US$ 257,58 juta dari US$ 252 juta.

Mengacu laporan keuangan, ekspor SRIL turun menjadi US$ 189,14 juta (Rp 2,84 triliun) dari sebelumnya US$ 191,12 juta, terutama akibat penurunan ekspor kain jadi dan pakaian jadi.

Di samping bertahan dengan cashflow yang ada, Ia mengaku tetap mengharapkan adanya stimulus-stimulus pemerintah. Lebih jauh lagi Iwan menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 sangat menyengsarakan bagi perusahaan-perusahaan tekstil yang tergolong kecil dan menengah, di mana mereka membutuhkan bantuan-bantuan dari pemerintah.

"Ada perusahaan yang non integrated saat ini tertekan sekali. Ada perusahaan yang medium bahkan kecil yang market-nya tertentu, dan ini menjadi pokok permasalahannya, mereka butuh bantuan misalnya listrik dan lain-lain", kata putra tertua mendiang HM Lukminto, pendiri Sritex ini.

[Gambas:Video CNBC]



(tas/tas) Next Article Laba Sritex Naik Tipis di Q1, Ekspor Tertekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular