Sempat Dekati Rp 14.800/US$, Rupiah Makin Siang Makin Loyo

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
13 May 2020 12:29
foto : CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah menguat cukup tajam di awal perdagangan Rabu (13/4/2020) hingga mendekati level Rp 14.800/US$. Tetapi semakin siang penguatan rupiah semakin terpangkas hingga akhirnya melemah tipis.

Begitu perdagangan hari ini dibuka, rupiah menguat tipis 0,07% di Rp 14.870/US$. Tetapi setelahnya apresiasi rupiah membesar hingga 0,37% ke Rp 14.825/US$. Sayangnya, level tersebut menjadi yang terkuat intraday, penguatan rupiah belakangan terpangkas hingga akhirnya melemah 0,03% di Rp 14.885/US$ pada pukul 12:00 WIB.

Sejak kemarin, rupiah sebenarnya dibayangi pelemahan akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah adanya risiko penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19) gelombang kedua. Sebabnya, pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) maupun social distancing.


China dan Korea Selatan yang sebelumnya sudah "menang" melawan virus corona kini harus kembali siaga akibat adanya penambahan kasus baru. Pemerintah China mengambil langkah tegas dengan menerapkan lockdown di Kota Shulan, Provinsi Jilin. Perhatian juga tertuju ke Eropa dan Amerika Serikat yang mulai melonggarkan lockdown, apakah terjadi peningkatan kasus atau masih tetap dalam tren menurun.

Selain itu dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) kemarin melaporkan penjualan ritel pada Maret 2020 turun 4,5% year-on-year (yoy). Pada April, penjualan ritel diperkirakan turun lebih dalam, 11,8%.

Sentimen negatif dari luar dan dalam negeri membayangi pergerakan rupiah hingga hari ini, tetapi di awal perdagangan rupiah mampu menguat akibat dolar AS yang sedang mendapat tekanan dari isu suku bunga negatif.

Presiden AS, Donald Trump, melalui akun Twitter sekali lagi mendorong bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) menerapkan suku bunga negatif.

"Selama negara lain mendapat keuntungan dalam menerapkan suku bunga negatif, Amerika Serikat seharusnya juga menerima "Hadiah". Jumlah yang besar!" ciut Trump.

Data Bank of America Securities menyebutkan bahwa ada peluang 23% suku bunga acuan AS bisa di bawah 0% pada akhir tahun ini. Pekan lalu, peluangnya masih 10%.


Ketua The Fed, Jerome Powell, akan berpidato di hadapan Kongres AS malam ini yang tentunya bisa memberikan gambaran apakah ada peluang suku bunga negatif akan diterapkan atau malah dikesampingkan.

Pada pekan lalu, Presiden The Fed Richmond Thomas Barkin dan Presiden The Fed Chicago Charles Evans mengatakan The Fed tidak berencana menerapkan suku bunga negatif.

Sang ketua Jerome Powell, diprediksi juga akan menyatakan hal yang sama saat berpidato nanti. Meski demikian, pelaku pasar tetap saja berhati-hati yang membuat dolar AS berada dalam mode "defensif" pelemahan rupiah juga tidak terlalu besar hingga pertengahan perdagangan hari ini.

[Gambas:Video CNBC]



TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article Keren! Penguatan Rupiah Nomor Wahid di Dunia

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular