Pasar Masih Penuh Tanya, Dow Futures Menguat Ragu-Ragu

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 May 2020 18:37
A specialist trader works at his post on the floor of the New York Stock Exchange, (NYSE) in New York, U.S., March 22, 2018. REUTERS/Brendan McDermid
Foto: REUTERS/Brendan McDermid

Jakarta, CNBC Indonesa - Kontrak berjangka (futures) bursa Amerika Serikat (AS) pada Selasa (12/5/2020) menguat tipis, di tengah penilaian ulang investor atas tepat-tidaknya relaksasi karantina wilayah (lockdown).

Kontrak futures indeks Dow Jones Industrial Average naik hanya 0,2% pukul 06:00 waktu setempat (18:00 WIB). Kontrak serupa indeks S&P 500 dan Nasdaq-100 juga tumbuh tipis masing-masing sebesar 0,2%.

Direktur Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular Anthony Fauci akan memberikan kesaksian di depan Komite Kesehatan Senat AS pada pukul 10:00 waktu setempat untuk membahas pembukaan kembali ekonomi. Dikutip New York Times, Fauci menilai pembukaan ekonomi yang terlalu cepat bisa memicu "kematian dan penderitaan yang tak perlu."

Namun, pelaku pasar cenderung mengabaikan komentar itu, terlihat dari kenaikan harga saham-saham yang bakal diuntungkan dari pelonggaran lockdown, di sesi pra-pembukaan. Di antaranya adalah emiten perhotelan Marriott dan pengelola resor Wynn.

Saham Apple juga menguat tipis d sesi pra-pembukaan, berpeluang melanjutkan reli indeks sektor teknologi yakni Nasdaq yang sudah menguat enam hari beruntun, menjadi reli terpanjang tahun ini sehingga indeks tersebut menguat 2,4% sepanjang tahun berjalan.

Saham teknologi diburu karena layanan mereka meningkat di tengah pandemi. Selain Apple, saham teknologi lain yang juga melesat adalah Amazon dan Netflix dengan kenaikan sebesar 30% this year, sedangkan saham Microsoft menguat lebih tipis yakni 18%.

Dua indeks acuan bursa AS lainnya, yakni S&P 500 dan Dow Jones masih terhitung melemah sepanjang tahun berjalan ini, masing-masing sebesar 9,3% dan 15,1%. Indeks saham sektor energi menjadi yang terburuk dengan anjlok 36% sepanjang 2020.

Secara umum, pelaku pasar terlihat kurang yakin untuk memburu saham-saham unggulan di AS karena masih dihantui pertanyaan mengenai risiko penyebaran wabah COVID-19 gelombang kedua jika pelonggaran lockdown ternyata memang terlalu dini.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan bahwa beberapa negara yang melonggarkan lockdown telah mencatatkan peningkatan kasus, termasuk di antaranya China yang sempat mengumumkan semua pasien sembuh.

"Pasar telah terbelah antara optimisme pembukaan kembali ekonomi secara sementara dan kekhawatiran seputar data ekonomi yang buruk," tutur Mike Pyle, Kepala Perencana Investasi Global BlackRock Investment Institute, dalam laporan risetnya yang dikutip CNBC International.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Dow Futures Naik Tipis, Bursa AS Berpeluang Dibuka Menyamping

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular