
Cuma Melemah 0,2%, tapi Rupiah Jadi yang Terburuk di Asia
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
12 May 2020 16:10

Dari dalam negeri, lagi-lagi data ekonomi menunjukkan dampak negatif Covid-19. Bank Indonesia (BI) melaporkan penjualan ritel pada Maret 2020 turun 4,5% year-on-year (yoy). Pada April, penjualan ritel diperkirakan turun lebih dalam.
"Hasil Survei Penjualan Eceran mengindikasikan berlanjutnya penurunan penjualan eceran pada Maret 2020. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2020 yang turun -4,5% (yoy), lebih dalam dibandingkan -0,8% (yoy) pada Februari 2020," demikian sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Selasa (12/5/2020).
Penurunan tersebut, lanjut keterangan BI, bersumber dari kontraksi penjualan pada hampir seluruh kelompok komoditas yang dipantau, kecuali kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang tetap solid. Penurunan penjualan eceran terdalam terjadi pada kelompok Barang Lainnya, khususnya subkelompok Sandang.
Data tersebut memberikan tekanan tambahan bagi rupiah. Meski demikian, terpuruknya data-data ekonomi sudah terjadi dalam beberapa pekan terakhir, dan pelaku pasar sudah mengantisipasi hal tersebut. Karenanya, nilai tukar rupiah tidak mengalami pelemahan signifikan.
Pada pekan lalu, BI melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) April 2020 sebesar 84,8. Turun drastis dari bulan sebelumnya yaitu 113,8 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2008.
Angka indeks di bawah 100 berarti konsumen Indonesia pesimistis melihat prospek ekonomi di masa yang akan datang.
"Melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja. Sementara di sisi ekspektasi, konsumen masih relatif optimis terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang meskipun tidak sekuat perkiraan bulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditopang oleh perkiraan penghasilan yang meningkat dan kegiatan usaha yang kembali membaik pada 6 bulan mendatang, seiring dengan perkiraan telah meredanya pandemi Covid-19 di Indonesia," sebut keterangan BI, Rabu (6/5/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
"Hasil Survei Penjualan Eceran mengindikasikan berlanjutnya penurunan penjualan eceran pada Maret 2020. Hal ini tercermin dari Indeks Penjualan Riil (IPR) Maret 2020 yang turun -4,5% (yoy), lebih dalam dibandingkan -0,8% (yoy) pada Februari 2020," demikian sebut keterangan tertulis BI yang dirilis Selasa (12/5/2020).
Penurunan tersebut, lanjut keterangan BI, bersumber dari kontraksi penjualan pada hampir seluruh kelompok komoditas yang dipantau, kecuali kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau yang tetap solid. Penurunan penjualan eceran terdalam terjadi pada kelompok Barang Lainnya, khususnya subkelompok Sandang.
Pada pekan lalu, BI melaporkan indeks keyakinan konsumen (IKK) April 2020 sebesar 84,8. Turun drastis dari bulan sebelumnya yaitu 113,8 sekaligus menjadi yang terendah sejak Juli 2008.
Angka indeks di bawah 100 berarti konsumen Indonesia pesimistis melihat prospek ekonomi di masa yang akan datang.
"Melemahnya optimisme konsumen terutama disebabkan oleh menurunnya persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini, dengan penurunan terdalam pada indeks penghasilan saat ini dan ketersediaan lapangan kerja. Sementara di sisi ekspektasi, konsumen masih relatif optimis terhadap perkiraan kondisi ekonomi pada 6 bulan mendatang meskipun tidak sekuat perkiraan bulan sebelumnya. Optimisme tersebut ditopang oleh perkiraan penghasilan yang meningkat dan kegiatan usaha yang kembali membaik pada 6 bulan mendatang, seiring dengan perkiraan telah meredanya pandemi Covid-19 di Indonesia," sebut keterangan BI, Rabu (6/5/2020).
TIM RISET CNBC INDONESIA (pap/pap)
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular