
Mengukur Kemampuan BNI Hadapi Ketidakpastian COVID-19
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
11 May 2020 12:17

Uniknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rendah belum tercermin di industri perbankan pada kuartal I-2020. Total kredit masih tumbuh 7,95% secara year on year, lebih tinggi dibandingkan keseluruhan 2019 yang tercatat hanya 6,08%.
Hal ini mencerminkan dunia usaha masih terus menggeliat pada masa-masa awal Pandemi COVID-19 di Tanah Air.
Berikutnya, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan masih tumbuh sebesar 9,54% yoy. Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari kredit memberikan ruang tambahan likuiditas, yang merupakan darah bagi perbankan.
Risiko industri bank juga relatif terjaga yang tercemin pada NPL bruto di level 2,77%, sementara secara netto sangat rendah di 0,98%. Sementara rasio kecukupan modal bank atau Capital Adequacy Ratio (CAR) tercatat sebesar 21,77%. CAR akan menjadi bantalan ketika terjadi peningkatan risiko.
Kinerja Perbankan Nasional
| Kuartal I-2020 | Kuartal I-2019 | Pertumbuhan |
Kredit | Rp 5.712,04 triliun | Rp 5.291,12 triliun | 7,95% |
DPK | Rp 6.214,31 triliun | Rp 5.672.89 triliun | 9,54% |
NPL | 2,77% | 2,51% | 0,26% |
CAR | 21,77% | 23,42% | (-1,65%) |
Secara keseluruhan, industri perbankan di Indonesia jelas tidak kebal terhadap dampak pandemi COVID-19. Namun, kondisi keuangan pada Kuartal-I mencerminkan industri ini masih memiliki imunitas yang cukup tinggi.
Berbeda dengan pernyakit COVID-19 yang ditemukan obat manjurnya, bagi industri perbankan 'obat' terhadap dampak negatif pelambatan ekonomi telah disiapkan regulator. Baik dari relaksasi likuiditas hingga risiko memburuknya kualitas kredit.
(dob/dob)
Next Page
Dampak ke BNI
Pages
Most Popular