
Di Kuartal I, Kinerja Bank Mega Tumbuh Jauh Lampaui Industri
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
08 May 2020 20:58

Jakarta, CNBC Indonesia- PT Bank Mega Tbk (MEGA) berhasil membukukan kinerja cemerlang sepanjang kuartal I-2020, dan jauh melampaui rata-rata industri dari berbagai sisi keuangan.
Sepanjang kuartal I-2020 Bank Mega berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 669,39 miliar sepanjang kuartal I-2020. Nilai ini melesat 38,4% dibandingkan laba bersih kuartal I-2019 senilai Rp 483,67 miliar.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2020 tercatat melesat 29% menjadi Rp 76,06 triliun, dibandingkan periode yang sama 2019 senilai Rp 58,96 triliun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), angka pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan DPK perbankan yang hanya 9,54% yoy.
Bukan hanya DPK, Bank yang menjadi bagian dari CT Corp ini mencatatkan pertumbuhan kredit 23,15% menjadi Rp 53,67 triliun pada Maret 2020, dibandingkan Maret 2019 senilai Rp 43,57 triliun.
Angka ini juga jauh melebihi pertumbuhan kredit perbankan 7,95%, bahkan bulan sebelumnya pertumbuhan kredit industri perbankan hanya 5,93%.
Dengan pertumbuhan kredit yang tinggi, Bank Mega juga mampu menjaga kualitas pertumbuhan kreditnya dengan konsisten menjaga loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 67,48%, lebih rendah dibandingkan Maret 2019 sebesar 71,31%. Angka LDR Bank Mega menunjukan masih memiliki ruang yang longgar dalam penyaluran kredit ke depannya.
Pasalnya, semakin tinggi angka LDR ini menjadi tanda bahwa bank kurang leluasa untuk menyalurkan kredit, karena ketatnya likuiditas, lain halnya dengan Bank Mega. Bank BUKU 3 ini pun dapat mempertahankan NPL gross 1,55%, dan NPL Net 1,20%, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan industri perbankan 2,77%.
Dari sisi capital adequacy ratio (CAR) Bank Mega pun diatas industri perbankan yaknii 24,70%, sementara industri perbankan 21,77%.
Sementara Return of Aseet (ROA) tercatat naik menjadi 3,29%, dan Return of Equity (ROE) 17,57%. Seluruh kinerja ini membuat Bank Mega berhasil meraih total aset Rp 99,26 triliun, naik 18,2% dibandingkan Maret 2019 dengan aset senilai Rp 83,97 triliun.
Sebelumnya Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib memaparkan faktor pertama dari keyakinan tersebut adalah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di 24,7%, naik dibandingkan Maret 2019 yakni 24,25%.
"CAR Bank Mega jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CAR bank sistemik di 13,5%," ujar Kostaman belum lama ini.
Kostaman menambahkan bahwa faktor ketiga adalah rasio efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berada di level 69,7% di kuartal I-2020. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan dengan setahun sebelumnya 72,2%.
"BOPO Bank Mega 69,7% ini menunjukan Bank Mega melakukan efisiensi biaya," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Kisah CT Ubah Bank Mega dari Bank Sakit Jadi Kebal Krisis
Sepanjang kuartal I-2020 Bank Mega berhasil membukukan laba bersih senilai Rp 669,39 miliar sepanjang kuartal I-2020. Nilai ini melesat 38,4% dibandingkan laba bersih kuartal I-2019 senilai Rp 483,67 miliar.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) pada Maret 2020 tercatat melesat 29% menjadi Rp 76,06 triliun, dibandingkan periode yang sama 2019 senilai Rp 58,96 triliun. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), angka pertumbuhan ini jauh melampaui pertumbuhan DPK perbankan yang hanya 9,54% yoy.
Angka ini juga jauh melebihi pertumbuhan kredit perbankan 7,95%, bahkan bulan sebelumnya pertumbuhan kredit industri perbankan hanya 5,93%.
Dengan pertumbuhan kredit yang tinggi, Bank Mega juga mampu menjaga kualitas pertumbuhan kreditnya dengan konsisten menjaga loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 67,48%, lebih rendah dibandingkan Maret 2019 sebesar 71,31%. Angka LDR Bank Mega menunjukan masih memiliki ruang yang longgar dalam penyaluran kredit ke depannya.
Pasalnya, semakin tinggi angka LDR ini menjadi tanda bahwa bank kurang leluasa untuk menyalurkan kredit, karena ketatnya likuiditas, lain halnya dengan Bank Mega. Bank BUKU 3 ini pun dapat mempertahankan NPL gross 1,55%, dan NPL Net 1,20%, angka ini jauh lebih rendah dibandingkan industri perbankan 2,77%.
Dari sisi capital adequacy ratio (CAR) Bank Mega pun diatas industri perbankan yaknii 24,70%, sementara industri perbankan 21,77%.
Sementara Return of Aseet (ROA) tercatat naik menjadi 3,29%, dan Return of Equity (ROE) 17,57%. Seluruh kinerja ini membuat Bank Mega berhasil meraih total aset Rp 99,26 triliun, naik 18,2% dibandingkan Maret 2019 dengan aset senilai Rp 83,97 triliun.
Sebelumnya Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib memaparkan faktor pertama dari keyakinan tersebut adalah rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) yang berada di 24,7%, naik dibandingkan Maret 2019 yakni 24,25%.
"CAR Bank Mega jauh lebih tinggi dibandingkan dengan CAR bank sistemik di 13,5%," ujar Kostaman belum lama ini.
Kostaman menambahkan bahwa faktor ketiga adalah rasio efisiensi yang cukup tinggi. Hal ini tercermin dari rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) yang berada di level 69,7% di kuartal I-2020. Rasio BOPO tersebut lebih rendah dibandingkan dengan setahun sebelumnya 72,2%.
"BOPO Bank Mega 69,7% ini menunjukan Bank Mega melakukan efisiensi biaya," ujarnya.
(dob/dob) Next Article Kisah CT Ubah Bank Mega dari Bank Sakit Jadi Kebal Krisis
Most Popular