
Ini Dia Perbedaan Dampak Krisis 1998, 2008 & 2020
Monica Wareza, CNBC Indonesia
08 May 2020 14:36

Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi Covid-19 yang tengah melanda dunia saat ini merupakan salah satu outbreak virus yang jangka waktunya terbilang panjang, meski tak sepanjang outbreak avian influenza (flu burung) pada 2004. Virus yang sudah berlangsung selama hampir enam bulan ini memiliki dampak global dengan jumlah kasus jutaan di seluruh dunia.
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan hingga saat ini masih belum dapat dipastikan kapan pandemi ini akan berakhir, meski di beberapa negara sudah mengalami penurunan kurva jumlah kasus positif, namun di dalam negeri tren ini masih meningkat.
Kendati demikian dari beberapa prediksi, kasus ini dalam skenario terburuk akan berakhir pada kuartal ketiga tahun ini.
"Kalau perkembangan secara historis ini yang paling lama terjadi kejadian penyebarannya untuk virus flu burung. Durasinya delapan bulan, kalau Covid-19 dari Januari sampai ini sekarang udah enam bulan. Lebih panjang dari kejadian hadapi SARS, Mers, ebola dan Zika. Virus Covid-19 ini lebih besar dampak dari SARS, Mers, ebola dan Zika," kata Andry dalam video conference, Jumat (8/5/2020).
Tiap outbreak dari masing-masing virus ini memiliki dampak berbeda, namun menurut Andry, Covid-19 iin berdampak lebih besar ketimbang virus lainnya. Tak hanya secara global, namun Indonesia juga mengalami krisis yang jauh lebih parah ketimbang dengan kondisi dua krisis yang telah dialami sebelumnya di 1998 dan 2008.
Untuk Indonesia, diprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan tumbuh 0,5%. Jauh meleset dari prediksi yang dibuat di awal tahun yang memperkirakan GDP Indonesia akan tumbuh 5,1% tahun ini.
Hal yang memperparah kondisi ini adalah, pandemi ini berdampak akan memiliki dampak terlebih dahulu pada seluruh sektor usaha UMKM. Dari mulai bermasalahnya UMKM ini akan meluas pada sektor korporasi karena terganggunya value chain dari UMKM.
Sektor yang paling terdampak karena pandemi ini adalah pariwisata, hotel, perdagangan, manufaktur dan keuangan.
Sedangkan pada krisis finansial global 2008, krisis keuangan terjadi dengan episentrum di Amerika dengan dampak paling besar di negara-negara yang memiliki ketergantungan dengan sektor keuangan Amerika dan Eropa. Sedangkan Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 4,6% pada periode tersebut.
Krisis lebih dari satu dekade yang lalu ini juga hanya berdampak pada korporasi-korporasi besar di seluruh dunia. Dengan sektor yang terdampak adalah sektor keuangan, terutama perbankan dan pasar modal.
Sementara itu, pada krisis finansial Asia 1998, hanya beberapa negara yang benar-benar merasakan dampaknya. Krisis ini memiliki episentrum di Indonesia, Thailand dan Korea Selatan. Sedangkan negara-negara maju tak terpengaruh krisis ini.
Namun demikian, kondisi terburuk yang dialami Indonesia ketika itu ada ekonomi mengalami kontraksi mencapai -13%.
Dalam krisis ini berdampak negatif pada korporasi besar, khususnya yang memiliki kewajiban utang luar negeri sangat besar. Sedangkan sektor yang terdampak adalah perbankan akibat gagal bayarnya dari korporasi.
"Strategi ke depan adalah efisiensi untuk bertahan dalam kondisi ini," tutup dia.
(hps/hps) Next Article Melihat Peran Kunci BI Antisipasi Terjangan Krisis Ekonomi RI
Ekonom PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Andry Asmoro mengatakan hingga saat ini masih belum dapat dipastikan kapan pandemi ini akan berakhir, meski di beberapa negara sudah mengalami penurunan kurva jumlah kasus positif, namun di dalam negeri tren ini masih meningkat.
Kendati demikian dari beberapa prediksi, kasus ini dalam skenario terburuk akan berakhir pada kuartal ketiga tahun ini.
Tiap outbreak dari masing-masing virus ini memiliki dampak berbeda, namun menurut Andry, Covid-19 iin berdampak lebih besar ketimbang virus lainnya. Tak hanya secara global, namun Indonesia juga mengalami krisis yang jauh lebih parah ketimbang dengan kondisi dua krisis yang telah dialami sebelumnya di 1998 dan 2008.
Untuk Indonesia, diprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan tumbuh 0,5%. Jauh meleset dari prediksi yang dibuat di awal tahun yang memperkirakan GDP Indonesia akan tumbuh 5,1% tahun ini.
Hal yang memperparah kondisi ini adalah, pandemi ini berdampak akan memiliki dampak terlebih dahulu pada seluruh sektor usaha UMKM. Dari mulai bermasalahnya UMKM ini akan meluas pada sektor korporasi karena terganggunya value chain dari UMKM.
Sektor yang paling terdampak karena pandemi ini adalah pariwisata, hotel, perdagangan, manufaktur dan keuangan.
Sedangkan pada krisis finansial global 2008, krisis keuangan terjadi dengan episentrum di Amerika dengan dampak paling besar di negara-negara yang memiliki ketergantungan dengan sektor keuangan Amerika dan Eropa. Sedangkan Indonesia masih mengalami pertumbuhan ekonomi mencapai 4,6% pada periode tersebut.
Krisis lebih dari satu dekade yang lalu ini juga hanya berdampak pada korporasi-korporasi besar di seluruh dunia. Dengan sektor yang terdampak adalah sektor keuangan, terutama perbankan dan pasar modal.
Sementara itu, pada krisis finansial Asia 1998, hanya beberapa negara yang benar-benar merasakan dampaknya. Krisis ini memiliki episentrum di Indonesia, Thailand dan Korea Selatan. Sedangkan negara-negara maju tak terpengaruh krisis ini.
Namun demikian, kondisi terburuk yang dialami Indonesia ketika itu ada ekonomi mengalami kontraksi mencapai -13%.
Dalam krisis ini berdampak negatif pada korporasi besar, khususnya yang memiliki kewajiban utang luar negeri sangat besar. Sedangkan sektor yang terdampak adalah perbankan akibat gagal bayarnya dari korporasi.
"Strategi ke depan adalah efisiensi untuk bertahan dalam kondisi ini," tutup dia.
(hps/hps) Next Article Melihat Peran Kunci BI Antisipasi Terjangan Krisis Ekonomi RI
Most Popular