
Internasional
Tarik Pasukan dari Arab, Cara Trump Naikkan Harga Minyak?
Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
08 May 2020 14:21

Jakarta, CNBC Indonesia - Amerika Serikat (AS) menarik keluar empat sistem rudal Patriot dari Arab Saudi. AS juga menarik 300 tentaranya, sebagaimana dilaporkan AFP, mengutip pejabat Kementerian Pertahanan AS, Kamis (7/5/2020).
Setidaknya dua skuadron pesawat tempur AS juga meninggalkan kawasan tersebut. Kini, AS mempertimbangkan pengurangan tentara Angkatan Laut di Teluk.
Langkah AS ini ditulis Wall Street Journal bukan tanpa alasan. Ketegangan antara paramiliter yang dituding AS didukung Iran dengan Saudi, diyakini sudah menurun.
Namun menurut Senior Kontributor Forbes, Ellen R Wald, hal itu dilakukan karena harga minyak. Dalam tulisannya berjudul "Trump's Removal of Troops from Saudi Arabia is Also About Oil", ia memaparkan hal ini.
Menurutnya peran Iran di Timur Tengah tidak bisa dikatakan "surut". Ancaman tetap ada pada kepentingan minyak milik di kawasan itu.
Tapi hal itu tak jadi prioritas AS. Setidaknya, untuk saat ini, bukanlah hal strategis bagi AS di tengah harga minyak yang rendah.
"Tidak ada kebutuhan yang strategis bagi AS untuk mencegah eskalasi militer di wilayah asing," tulisnya. "Bukan kepentingan strategis AS untuk mengambil risiko ... untuk mengerahkan militer, guna mencegah lonjakan harga minyak."
Ia pun menilai, langkah ini merupakan hukuman Trump untuk Saudi. Pasalnya langkah negeri kerajaan itu yang menggelontorkan pasokan minyak hingga 12 juta barel per hari pada awal April, membuat harga minyak makin rendah.
Meski kini sudah mencapai kesepakatan, sebelumnya Saudi mengambil langkah tersebut, karena tak sepaham soal pemangkasan produksi dengan Rusia. Kerajaan dan OPEC ingin produksi dipangkas 1,5 juta barel per hari namun Rusia menolak sehingga memicu perang harga.
(sef/sef) Next Article Persediaan Melimpah AS & Permintaan Lesu Tekan Harga Minyak
Setidaknya dua skuadron pesawat tempur AS juga meninggalkan kawasan tersebut. Kini, AS mempertimbangkan pengurangan tentara Angkatan Laut di Teluk.
Langkah AS ini ditulis Wall Street Journal bukan tanpa alasan. Ketegangan antara paramiliter yang dituding AS didukung Iran dengan Saudi, diyakini sudah menurun.
Menurutnya peran Iran di Timur Tengah tidak bisa dikatakan "surut". Ancaman tetap ada pada kepentingan minyak milik di kawasan itu.
Tapi hal itu tak jadi prioritas AS. Setidaknya, untuk saat ini, bukanlah hal strategis bagi AS di tengah harga minyak yang rendah.
"Tidak ada kebutuhan yang strategis bagi AS untuk mencegah eskalasi militer di wilayah asing," tulisnya. "Bukan kepentingan strategis AS untuk mengambil risiko ... untuk mengerahkan militer, guna mencegah lonjakan harga minyak."
Ia pun menilai, langkah ini merupakan hukuman Trump untuk Saudi. Pasalnya langkah negeri kerajaan itu yang menggelontorkan pasokan minyak hingga 12 juta barel per hari pada awal April, membuat harga minyak makin rendah.
Meski kini sudah mencapai kesepakatan, sebelumnya Saudi mengambil langkah tersebut, karena tak sepaham soal pemangkasan produksi dengan Rusia. Kerajaan dan OPEC ingin produksi dipangkas 1,5 juta barel per hari namun Rusia menolak sehingga memicu perang harga.
(sef/sef) Next Article Persediaan Melimpah AS & Permintaan Lesu Tekan Harga Minyak
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular