
Reli 3 Hari Beruntun, Begini Proyeksi Harga Batu Bara Dunia
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
08 May 2020 13:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga batu bara Newcastle untuk kontrak yang ramai diperdagangkan ditutup menguat tipis kemarin dan mencatatkan reli tiga hari beruntun. Namun dengan berbagai risiko yang masih ada harga batu bara masih susah untuk kembali ke level di awal tahun.
Kamis (7/5/2020), harga batu bara kontrak berjangka Newcastle ditutup naik 0,28% ke US$ 52,9/ton. Dalam sepekan ini harga batu bara cenderung naik 2,8%.
Harga batu bara yang sudah terlewat murah dan sentimen positif yang datang dari mulai adanya pelonggaran lockdown membuat harga pasir hitam ini memiliki momentum untuk naik.
Kemarin secara mengejutkan impor batu bara China untuk bulan April mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu. Hal ini berbeda dengan prediksi analis dan data impor mingguan yang dikompilasi oleh Refinitiv.
Mengacu pada data Bea & Cukai China impor batu bara April mencapai 30,9 juta ton. Angka ini naik 11,2% dibanding bulan sebelumnya dan 22,3% lebih tinggi dari April tahun lalu. Hal ini memang diluar dugaan mengingat angka PMI manufaktur China bulan April turun ke 50,8 dari sebelumnya 52 pada Maret lalu.
Bahkan di sepanjang tahun berjalan impor batu bara China sudah mencapai 126,73 juta ton. Artinya dalam periode empat bulan pertama tahun 2020, telah terjadi kenaikan impor batu bara sebesar 26,9% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun impor besar-besaran batu bara dari China ini tak akan berlangsung terus-terusan, mengingat harga batu bara domestik Negeri Panda juga terus mengalami penurunan.
Ada kemungkinan pemerintah China untuk beberapa bulan ke depan fokus pada pasokan domestik ketimbang harus mengimpor batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi permintaan batu bara di kawasan Asia Pasifik.
Walau banyak ekonomi di kawasan Asia yang sudah mulai bergeliat tidak serta merta membuat permintaan batu bara akan pulih seketika. Setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhinya.
Pertama, pelonggaran pembatasan yang dilakukan akan dimulai secara bertahap mengingat potensi gelombang kedua wabah dan ancaman virus corona masih ada. Kedua, dengan anjloknya harga dan melimpahnya pasokan gas alam cair (LNG) berpotensi membuat negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan yakni gas.
Ketiga, lockdown yang diterapkan di India memang sudah mulai dilonggarkan. Namun selama masa lockdown kebutuhan listrik terutama untuk industri mengalami penurunan sehingga stok batu bara di berbagai pembangkit listrik nasional India masih menumpuk.
Hal tersebut akan membuat permintaan dari India cenderung menurun, apalagi pemerintah sudah berencana untuk mendorong pemenuhan kebutuhan nasional dengan menggunakan pasokan dalam negeri. Menimbang faktor-faktor di atas, rasanya susah harga batu bara untuk kembali ke harga di awal tahun di kisaran US$ 64 - 67/ton dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak
Kamis (7/5/2020), harga batu bara kontrak berjangka Newcastle ditutup naik 0,28% ke US$ 52,9/ton. Dalam sepekan ini harga batu bara cenderung naik 2,8%.
Harga batu bara yang sudah terlewat murah dan sentimen positif yang datang dari mulai adanya pelonggaran lockdown membuat harga pasir hitam ini memiliki momentum untuk naik.
Kemarin secara mengejutkan impor batu bara China untuk bulan April mengalami kenaikan dibanding bulan sebelumnya dan periode yang sama tahun lalu. Hal ini berbeda dengan prediksi analis dan data impor mingguan yang dikompilasi oleh Refinitiv.
Mengacu pada data Bea & Cukai China impor batu bara April mencapai 30,9 juta ton. Angka ini naik 11,2% dibanding bulan sebelumnya dan 22,3% lebih tinggi dari April tahun lalu. Hal ini memang diluar dugaan mengingat angka PMI manufaktur China bulan April turun ke 50,8 dari sebelumnya 52 pada Maret lalu.
Bahkan di sepanjang tahun berjalan impor batu bara China sudah mencapai 126,73 juta ton. Artinya dalam periode empat bulan pertama tahun 2020, telah terjadi kenaikan impor batu bara sebesar 26,9% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Namun impor besar-besaran batu bara dari China ini tak akan berlangsung terus-terusan, mengingat harga batu bara domestik Negeri Panda juga terus mengalami penurunan.
Ada kemungkinan pemerintah China untuk beberapa bulan ke depan fokus pada pasokan domestik ketimbang harus mengimpor batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini tentu menjadi ancaman bagi permintaan batu bara di kawasan Asia Pasifik.
Walau banyak ekonomi di kawasan Asia yang sudah mulai bergeliat tidak serta merta membuat permintaan batu bara akan pulih seketika. Setidaknya ada empat faktor yang mempengaruhinya.
Pertama, pelonggaran pembatasan yang dilakukan akan dimulai secara bertahap mengingat potensi gelombang kedua wabah dan ancaman virus corona masih ada. Kedua, dengan anjloknya harga dan melimpahnya pasokan gas alam cair (LNG) berpotensi membuat negara-negara seperti Korea Selatan dan Jepang beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan yakni gas.
Ketiga, lockdown yang diterapkan di India memang sudah mulai dilonggarkan. Namun selama masa lockdown kebutuhan listrik terutama untuk industri mengalami penurunan sehingga stok batu bara di berbagai pembangkit listrik nasional India masih menumpuk.
Hal tersebut akan membuat permintaan dari India cenderung menurun, apalagi pemerintah sudah berencana untuk mendorong pemenuhan kebutuhan nasional dengan menggunakan pasokan dalam negeri. Menimbang faktor-faktor di atas, rasanya susah harga batu bara untuk kembali ke harga di awal tahun di kisaran US$ 64 - 67/ton dalam jangka pendek.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/hps) Next Article Pekan Lalu Anjlok 5%, Kemarin Harga Batu Bara Tak Gerak
Most Popular