Corona Mereda, Bursa Saham Asia Ceria

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
08 May 2020 08:41
Bursa Jepang Tokyo nikkei asia market
Ilustrasi Bursa Saham Tokyo (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa saham Asia bergerak menguat di perdagangan pagi ini. Optimisme di bursa saham New York berhasil menyeberangi Samudra Atlantik dan sampai di Asia.

Pada Jumat (8/5/2020) pukul 08:40 WIB, berikut perkembangan indeks saham utama Benua Kuning:



Dini hari tadi, Wall Street ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones Indstrial Average (DJIA) naik 0,89% ke 23.875,89, S&P 500 melonjak 1,15% menjadi 2.881,19, dan Nasdaq Composite melesat 1,41% ke 8.979,66.


Pelaku pasar (dan dunia) mulai lega karena sinyal penurunan serangan virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19) semakin terlihat. Bahkan di negara-negara yang sudah melonggarkan pembatasan sosial (social disctancing), belum ada lonjakan pasien corona.

Misalnya di Amerika Serikat (AS). US Centers for Desease Control and Prevention mencatat jumlah pasien positif corona di Negeri Paman Sam per 7 Mei 2020 adalah 1.219.066 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 1.193.813 orang.

Meski ada penambahan, tetapi jumlahnya relatif terkendali. Sejak 28 April, laju kenaikan kasus corona di AS sudah kurang dari 3% per hari.



"Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Ini menjadi sentimen positif di pasar. Investor tentu melihat perkembangan ini dan berkata sejauh ini semua baik-baik saja," kata Brad McMillan, Chief Investment Officer di Commonwealth Fincnacial Network, seperti dikutip dari Reuters.



Akan tetapi, pelaku pasar tetap perlu mewaspadai berbagai dinamika. Salah satunya adalah rilis data ketenagakerjaan AS malam ini waktu Indonesia.

Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan angka pengangguran di Negeri Adidaya per April 2020 bisa mencapai 16%. Jika terwujud, ini adalah rekor tertinggi sejak Depresi Besar pada 1930-an.




"Perkiraan saya, kemungkinan bisa di atas 16%, mungkin sampai 20%. Kita mungkin akan menjadi saksi angka pengangguran tertinggi sejak Depresi Besar. Benar-benar kejutan yang luar biasa," kata Kevin Hasset, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, seperti diberitakan Reuters.

Oleh karena itu, pelaku pasar tetap harus waspada. Jangan-jangan optimisme akibat perlambatan laju penyebaran virus corona bisa terhapus karena lonjakan angka pengangguran di AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA



(aji/aji) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular