Andai Rupiah Hari Ini Diperdagangkan, Rasanya Bakal Lemah

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
07 May 2020 10:34
Ilustrasi Dollar
Ilustrasi Dolar AS dan Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Hari ini rupiah tidak diperdagangkan di pasar spot, karena Indonesia sedang libur merayakan Hari Raya Waisak. Andai rupiah hari ini diperdagangkan, rasanya bakal melemah.

Tanda-tanda depresiasi rupiah sudah terlihat di pasar Non-Deliverable Market (NDF). Berikut kurs dolar AS di pasar NDF beberapa saat setelah penutupan perdagangan spot kemarin dibandingkan hari ini, Kamis (8/5/2020), mengutip data Refinitiv:

Periode

Kurs 6 Mei (15:04 WIB)

Kurs 7 Mei (09:44 WIB)

1 Pekan

Rp 15.112,4

Rp 15.283

1 Bulan

Rp 15.236

Rp 15.408

2 Bulan

Rp 15.392,9

Rp 15.568

3 Bulan

Rp 15.519,4

Rp 15.693

6 Bulan

Rp 15.847,4

Rp 15.963

9 Bulan

Rp 16.055,4

Rp 16.243

1 Tahun

Rp 16.303,4

Rp 16.453

2 Tahun

Rp 17.215,5

Rp 17.315

 

 
NDF adalah instrumen yang memperdagangkan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan patokan kurs tertentu pula. Sebelumnya pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya tersedia di pusat-pusat keuangan internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, atau London.

Pasar NDF seringkali mempengaruhi psikologis pembentukan harga di pasar spot. Oleh karena itu, kurs di NDF tidak jarang diikuti oleh pasar spot. Padahal NDF sebelumnya murni dimainkan oleh investor asing, yang mungkin kurang mendalami kondisi fundamental perekonomian Indonesia.

Bank Indonesia (BI) pun kemudian membentuk pasar DNDF. Meski tenor yang disediakan belum lengkap, tetapi ke depan diharapkan terus bertambah.

Dengan begitu, psikologis yang membentuk rupiah di pasar spot diharapkan bisa lebih rasional karena instrumen NDF berada di dalam negeri. Rupiah di pasar spot tidak perlu selalu membebek pasar NDF yang sepenuhnya dibentuk oleh pasar asing.

Sentimen yang beredar hari ini memang kurang bagus. Investor sepertinya ketar-ketir karena Presiden AS Donald Trump mengungkapkan China kemungkinan bisa melanggar kesepakatan dalam perjanjian damai dagang fase I yang diteken pertengahan Januari lalu.

"China mungkin bisa atau tidak bisa memenuhi kesepakatan," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters.

Dalam beberapa waktu belakangan, hubungan Washington-Beijing menegang gara-gara virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19). Trump menyalahkan Negeri Tirai Bambu atas pandemi ini, dan mengancam bakal kembali mengenakan bea masuk untuk produk-produk made in China. Tidak mau kalah, China membalas dengan menuding AS tidak becus menangani wabah virus corona.

AS kini menjadi negara dengan pasien positif corona terbanyak di dunia. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, jumlah pasien positif corona di kolong langit per 6 Mei 2020 adalah 3.588.733 orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.171.185 orang (32,63%) ada di Negeri Paman Sam.

Trump mengungkapkan bahwa dalam waktu dekat pemerintahannya akan merilis laporan tentang asal-muasal virus corona yang selama ini diyakini bermula dari Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republik Rakyat China. Presiden Negeri Adidaya ke-45 itu juga mendesak China agar lebih transparan.

"Kami ingin mereka lebih transparan. Kami ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga ke depan tidak terulang lagi," tegas Trump.

Memanasnya hubungan AS-China dan risiko kembalinya perang dagang membuat investor mundur teratur. Pelaku pasar menepi dari aset-aset berisiko di negara-negara berkembang.


TIM RISET CNBC INDONESIA


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular