
Rupiah Bisa Menguat ke Bawah Rp 15.000/US$ Hari Ini?
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 May 2020 09:12

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dibuka di perdagangan pasar spot pagi ini. Namun rupiah menyimpan energi untuk berbalik menguat. Investor menaruh harapan besar karena berbagai negara mulai kembali menggulirkan aktivitas publik setelah sempat 'dikunci' untuk menekan penyebaran virus corona (Coronavirus Disease-2019/Covid-19).
Pada Rabu (6/5/2020), US$ 1 dihargai Rp 15.050 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah berhasil menguat terbatas 0,13 di hadapan greenback usai melemah nyaris seharian. Langkah rupiah terbeban karena rilis data pertumbuhan ekonomi domestik kuartal I-2020 yang dilaporkan sebesar 2,97%, laju terlemah sejak 2001.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan bahwa rupiah berpeluang menguat pada perdagangan hari ini. Bahkan Perry memperkirakan dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 15.000.
"Hari ini banyak berita positif yang bisa membawa rupiah bergerak di bawah Rp 15.000/US$. Seperti di AS, sejumlah wilayah akan dibuka kegiatan ekonominya. Juga pernyataan anggota The Fed (The Federal Reserve. bank sentral AS) bahwa ekonomi AS akan membaik pada semester II meski semester I mengalami resesi. Juga harga minyak yang meningkat," jelas Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini.
Ya, hari ini rasanya mood investor sedang bagus. Pelaku pasar sedang bernyali untuk bermain di aset-aset berisiko. Ini terlihat di bursa saham New York di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,56%, S&P 500 naik 0,9%, dan Nasdaq Composite bertambah 1,13%.
Investor (dan dunia) sangat berharap bahwa roda ekonomi bisa berputar lagi dengan mulai dibukanya aktivitas publik di berbagai negara. Dengan penyebaran virus corona yang semakin melambat, pemerintah Amerika Serikat (AS), Spanyol, sampai India mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
Contohnya di Spanyol. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Negeri Matador per 5 April 2020 adalah 218.011 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 217.486 orang.
Meski ada penambahan, tetapi lajunya semakin terkendali. Persentase kenaikan harian pada 5 April adalah 0,25%. Sudah lima hari berturut-turut kenaikan jumlah pasien di Spanyol di bawah 1%.
"Angka ini tentu menjadi kabar baik. Semua mengindikasikan bahwa kami dalam posisi yang bagus untuk menjalani masa transisi," kata Fernando Simon, Direktur Pusat Koordinasi dan Kesiapsiagaan Kesehatan di Kementerian Kesehatan Spanyol, seperti dikutip dari Reuters.
Pada Rabu (6/5/2020), US$ 1 dihargai Rp 15.050 kala pembukaan perdagangan pasar spot. Rupiah melemah 0,13% dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya.
Kemarin, rupiah berhasil menguat terbatas 0,13 di hadapan greenback usai melemah nyaris seharian. Langkah rupiah terbeban karena rilis data pertumbuhan ekonomi domestik kuartal I-2020 yang dilaporkan sebesar 2,97%, laju terlemah sejak 2001.
Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan bahwa rupiah berpeluang menguat pada perdagangan hari ini. Bahkan Perry memperkirakan dolar AS bisa didorong ke bawah Rp 15.000.
"Hari ini banyak berita positif yang bisa membawa rupiah bergerak di bawah Rp 15.000/US$. Seperti di AS, sejumlah wilayah akan dibuka kegiatan ekonominya. Juga pernyataan anggota The Fed (The Federal Reserve. bank sentral AS) bahwa ekonomi AS akan membaik pada semester II meski semester I mengalami resesi. Juga harga minyak yang meningkat," jelas Perry dalam konferensi pers Perkembangan Ekonomi Terkini.
Ya, hari ini rasanya mood investor sedang bagus. Pelaku pasar sedang bernyali untuk bermain di aset-aset berisiko. Ini terlihat di bursa saham New York di mana indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,56%, S&P 500 naik 0,9%, dan Nasdaq Composite bertambah 1,13%.
Investor (dan dunia) sangat berharap bahwa roda ekonomi bisa berputar lagi dengan mulai dibukanya aktivitas publik di berbagai negara. Dengan penyebaran virus corona yang semakin melambat, pemerintah Amerika Serikat (AS), Spanyol, sampai India mulai melonggarkan kebijakan pembatasan sosial (social distancing).
Contohnya di Spanyol. Menurut catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), jumlah pasien positif corona di Negeri Matador per 5 April 2020 adalah 218.011 orang. Bertambah dibandingkan posisi per hari sebelumnya yaitu 217.486 orang.
Meski ada penambahan, tetapi lajunya semakin terkendali. Persentase kenaikan harian pada 5 April adalah 0,25%. Sudah lima hari berturut-turut kenaikan jumlah pasien di Spanyol di bawah 1%.
"Angka ini tentu menjadi kabar baik. Semua mengindikasikan bahwa kami dalam posisi yang bagus untuk menjalani masa transisi," kata Fernando Simon, Direktur Pusat Koordinasi dan Kesiapsiagaan Kesehatan di Kementerian Kesehatan Spanyol, seperti dikutip dari Reuters.
Next Page
Pemulihan Ekonomi Mulai Terlihat
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular