
Bulan Ini Ada 6 Obligasi Jatuh Tempo Rp 4 T, Siapa Saja?

Jakarta, CNBC Indonesia - Sejumlah perusahaan terbuka alias emiten memiliki surat utang (obligasi korporasi) yang akan jatuh tempo pada Mei 2020 dengan nilai total mencapai Rp 4,45 triliun. Terdapat enam perusahaan yang obligasinya jatuh tempo sepanjang bulan ini dengan delapan seri penerbitan.
Mengacu data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), obligasi korporasi dengan nilai terbesar yang jatuh tempo bulan ini milik PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) dengan total Rp 1,4 triliun, terbagi atas dua jenis yakni Obligasi Berkelanjutan I Tahap II Tahun 2015 sebesar Rp 400 miliar yang jatuh tempo 8 Mei pekan ini.
Satu lagi yakni Obligasi Berkelanjutan II Tahap II Tahun 2017 yang dirilis AMRT dan jatuh tempo 23 Mei dengan nilai obligasi Rp 1 triliun. Menyusul berikutnya yakni PT Pegadaian (Persero) yang mencapai Rp 1,2 triliun pada 7 Mei pekan ini.
Sementara itu ada dua obligasi yang sudah dibayarkan di awal Mei yakni milk Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank) senilai Rp 147 miliar dan jatuh tempo pada 3 Mei lalu dan PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (BPFI) pada 5 Mei sebesar Rp 300 miliar. Artinya dari Rp 4,45 triliun dikurangi dua obligasi ini, maka tersisa Rp 4,003 triliun dari total enam seri.
Berikut detail obligasi yang akan jatuh tempo pada bulan ini:
![]() |
Manajemen Sumber Alfaria Trijaya, emiten pengelola peritel Alfamart ini, menyatakan siap memenuhi kewajiban. Corporate Affair Director Sumber Alfaria Trijaya Solihin mengatakan perusahaan telah mempersiapkan dana untuk melunasi utang obligasi yang akan jatuh tempo ini. Dana pelunasan ini sepenuhnya akan berasal dari kas internal perusahaan.
"Yang pasti bahwa sumber pembayaran dari kas perusahaan, sudah tidak ada masalah hambatan pembayaran," kata Solihin kepada CNBC Indonesia, Jumat (24/4/2020).
Dia menjelaskan, surat utang yang diterbitkan perusahaan ini hampir seluruhnya digunakan untuk membiayai sewa toko dan pembukaan toko baru.
Berdasarkan laporan keuangan AMRT di akhir 2019 lalu, nilai kas dan setara kas perusahaan mencapai Rp 3,89 triliun. Jumlah ini naik signifikan dari Rp 2,07 triliun di akhir periode 2018.
Sementara itu, jumlah ekuitas akhir tahun lalu mencapai Rp 6,88 triliun, bertambah dari Rp 6,01 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Analis Trimegah Sekuritas Rovandi mengatakan biasanya emiten yang memiliki utang jangka panjang telah mencadangkan dana untuk melakukan pembayaran sehingga dinilai tak ada masalah kendati kondisi perekonomian saat ini.
"Untuk long term debt [utang jangka panjang] biasanya sudah dicadangkan dari tahun-tahun sebelumnya sehingga tidak terlalu terpengaruh. Sekalipun ada pengaruhnya tidak akan besar," kata Rovandi.
(tas/tas) Next Article Jualan Mobil Ramai, Obligasi Multifinance Bakal Ramai di Q3
