
Diterpa 'Sell in May', Kurs Poundsterling Surut ke Rp 18.656
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
05 May 2020 19:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar poundsterling melemah melawan rupiah pada perdagangan Selasa (5/5/2020), akibat diterpa aksi sell in May atau aksi jual di bulan Mei. Pada pukul 18:05 WIB, GBP 1 setara dengan Rp 18.656, poundsterling melemah 0,37% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Fenomena sell in May sebenarnya merujuk pada nilai tukar poundsterling melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi rupiah juga turut mendapat imbasnya.
Dalam 10 tahun terakhir, nilai tukar poundsterling selalu melemah melawan dolar AS di bulan Mei. Masih belum jelas apa yang menjadi penyebab fenomena tersebut, tetapi data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei.
Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak kuartal IV-2001, terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY (tahunan). Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran COVID-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara itu, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) untuk mengendalikan penyebaran wabah dari "virus kelelawar" ini
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh COVID-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."
Merespon merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan, bahkan malah menguat siang ini. Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Fenomena sell in May sebenarnya merujuk pada nilai tukar poundsterling melawan dolar Amerika Serikat (AS), tetapi rupiah juga turut mendapat imbasnya.
Dalam 10 tahun terakhir, nilai tukar poundsterling selalu melemah melawan dolar AS di bulan Mei. Masih belum jelas apa yang menjadi penyebab fenomena tersebut, tetapi data menunjukkan pada periode 2010-2019 poundsterling selalu melemah di bulan Mei.
Pelemahan terbesar terjadi di Mei 2012 ketika mata uang Negeri Ratu Elizabeth ini ini merosot 5,1%. Sementara pelemahan terkecil terjadi pada Mei 2015 sebesar 0,4%.
Sementara itu dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia (Produk Domestik Bruto/PDB) triwulan I-2020 tumbuh 2,97% secara year-on-year (YoY), terendah sejak kuartal IV-2001, terendah sejak triwulan IV-2001.
Rilis tersebut jauh di bawah konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan ekonomi domestik tumbuh 4,33% YoY (tahunan). Kepala BPS Suhariyanto memaparkan pada triwulan I-2020 ada beberapa catatan peristiwa yang mempengaruhi PDB.
"Penyebaran COVID-19 ini membuat ekonomi global terkontraksi," kata Suhariyanto, Selasa (5/4/2020).
Sementara itu, ekonomi beberapa mitra dagang Indonesia terkontraksi sebagai akibat adanya pembatasan aktivitas masyarakat (lockdown) untuk mengendalikan penyebaran wabah dari "virus kelelawar" ini
Harga komoditas migas dan hasil tambang pun pada Triwulan I-2020 menunjukkan penurunan. "Jadi apa yang bisa dilihat adalah semua indikator terpengaruh COVID-19," kata Suhariyanto.
"Pada triwulan I-2020, ekonomi ini mengalami perlambatan yang sangat dalam."
Merespon merosotnya PDB Indonesia, pergerakan rupiah terbilang "santai", tidak terjadi gejolak yang berlebihan, bahkan malah menguat siang ini. Pelaku pasar sepertinya sudah "menerima" perekonomian Indonesia melambat, bahkan perekonomian global yang akan mengalami resesi akibat bencana kesehatan Covid-19, dan bukan ulah manusia.
Yang terpenting bagi investor saat ini adakah kemampuan meredam penyebaran Covid-19 dan segara memutar kembali roda perekonomian.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(pap/pap) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular