
Tekstil Terpukul & Sahamnya Jatuh, Benarkah Valuasinya Murah?
![[THUMB] Tsunami Tekstil](https://awsimages.detik.net.id/visual/2019/11/11/40e78156-cef0-4be3-bc66-bea75c0e4a35_169.jpeg?w=900&q=80)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pandemi virus corona (Coronavirus Disease 2019/COVID-19) telah memukul habis hampir semua lini bisnis, termasuk industri tekstil yang harus mengalami nasib mengkhawatirkan.
Beratnya biaya operasional sejumlah perusahaan di tengah penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) harus disikapi dengan efisiensi, salah satunya dengan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Mengacu data dari BEI sektor aneka industri yang menjadi induk dari sub sektor tekstil pada perdagangan sesi I hari Selasa ini (5/5/2020) turun 0,2% menjadi 697,8.
Penurunan harga saham-saham dari sektor ini membuat rasio PER atau price to earning ratio mengalami penurunan. Namun apakah penurunan PER tersebut menandakan harga saham emiten tekstil tersebut sudah murah?
PER adalah perbandingan antara harga saham dengan laba bersih per saham yang biasa dipakai menilai valuasi saham, murah atau mahal. Memang sebetulnya tak ada angka baku untuk PER, tapi biasanya semakin rendah level PER, makin murah valuasi harga saham emiten tersebut atau undervalued.
Berdasarkan harga saham emiten tekstil yang tercatat BEI, berikut ini adalah nilai PER saham-saham tekstil:
![]() Emiten Tekstil |
VP Equity Research RHB Sekuritas, Christopher Andre Benas menuturkan, emiten di sektor tekstil pada tahun ini mengalami tantangan yang cukup berat, permintaan dari peritel global yang melemah akibat pandemi dan beberapa toko yang harus tutup tentunya akan berimbas negatif terhadap pendapatan.
Selain itu, kata dia, emiten tekstil, dari sisi profitabilitas juga relatif kecil dan cenderung memiliki profil risiko utang yang besar.
"Kalau tekstil memang dari sahamnya bisa dibilang kurang ada menarik, yang kita tahu low profitability marjin kecil, banyak utang, kalau tidak ada turnover akan tertekan," kata Christopher, Selasa (28/4/2020).
Meskipun valuasi dari sisi PER rendah, tetapi belum bisa dikatakan saham dari sektor tekstil murah. Pasalnya wabah covid-19 masih belum bisa diprediksi kapan berakhir.
Artinya tekanan terhadap industri tekstil masih akan berlanjut. Apalagi saham-saham tekstil banyak yang tak likuid dan tak banyak yang mentransaksikan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Jokowi Disuntik Vaksin Corona, Bursa RI Siap-siap ke 6.500