PMI Merosot dan Inflasi Rendah, IHSG Ambles 2,35% di Sesi I

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
04 May 2020 12:08
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ambles pada perdagangan sesi I Senin (4/5/2020), akibat memburuknya sentimen pelaku pasar setelah Presiden AS, Donald Trump kembali mengancam akan menaikkan bea impor dari China. Selain itu, beberapa data yang dirilis dari dalam negeri hari ini juga menunjukkan pelambatan ekonomi akibat penyebaran pandemi penyakit virus corona (Covid-19).

Begitu perdagangan hari ini dibuka, IHSG langsung terpesosok ke zona merah nyaris 3%, hingga menyentuh level terlemah intraday 4.576,228. Pada penutupan perdagangan sesi I, posisi IHSG sedikit membaik di 4.605,338, atau ambles 2,35%.

Berdasarkan data RTI, nilai transakasi sepanjang sesi I sebesar Rp 3,05 triliun, dengan investor asing melakukan aksi jual bersih senilai Rp 94,48 miliar di pasar reguler dan non-reguler.



Sepanjang pekan lalu, IHSG sebenarnya menjadi indeks saham terbaik di Asia dengan mencatat penguatan nyaris 5%. Saat itu sentimen pelaku pasar sedang bagus-bagusnya akibat adanya pelonggaran karantina wilayah di Eropa dan Amerika Serikat, serta obat remdesivir dari Gilead Sciences Inc. yang sukses menyembuhkan pasien Covid-19.

Tetapi, sentimen pelaku pasar kembali dibuat murung setelah Presiden AS, Donald Trump, pada Jumat waktu setempat mengatakan bisa saja mengenakan bea masuk impor akibat cara penanganan virus corona yang dilakukan China sehingga menjadi pandemi global.

Hal ini dikatakan Trump dalam konferensi pers dengan wartawan di Gedung Putih, Kamis (30/4/2020) waktu setempat. "Bisa saja melakukan sesuatu dengan tarif," katanya sebagaimana dikutip dari AFP, Jumat (1/5/2020).

Selain itu, Trump juga menuduh virus corona berasal dari Institut Virologi Wuhan, sebuah laboratorium di China. Bahkan ia mengatakan memiliki kepercayaan sangat tinggi.

"Ya, ya saya lihat [bukti]," katanya. "Saya tidak bisa memberi tahu Anda tentang ini. Saya tidak diizinkan memberi tahu kepada Anda [wartawan] soal ini."
Memburuknya sentimen pelaku pasar terlihat dari rontoknya bursa saham di hari Jumat, dan kemungkinan berpengaruh juga di awal pekan ini. Pasar keuangan Indonesia libur Hari Buruh pada Jumaty (1/5/2020) pekan lalu, sehingga baru akan merespon pada hari ini.

Sementara itu dari dalam negeri, IHS Markit melaporkan Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia di angka 27,5. Jauh menurun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 43,5 dan menjadi yang terendah sepanjang pencatatan PMI yang dimulai sejak April 2011.

Indeks dari Markit menggunakan angka 50 sebagai batas, di bawah 50 artinya kontraksi, sementara di atas berarti ekspansi. Data terbaru tersebut menunjukkan kontraksi sektor manufaktur Indonesia yang semakin dalam, akibatnya kinerja rupiah semakin terpuruk. Menurut Markit kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam rangka memerangi Covid-19 menjadi penyebab kontraksi tersebut.



Menambah tekanan bagi IHSG, inflasi di bulan April dilaporkan sangat rendah, padahal sudah memasuki bulan Ramadan. Rendahnya inflasi tersebut menjadi salah satu indikasi penurunan daya beli masyarakat yang menurun, akibat banyaknya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) serta penerapan PSBB di beberapa wilayah Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pada April 2020 terjadi inflasi sebesar 0,08%. Adapun secara tahunan inflasi berada di 2,67%. Dari 90 kota, BPS melaporkan 39 kota mengalami inflasi dan 51 kota terjadi deflasi.

"Pergerakan inflasi ini tidak biasa dengan pola sebelumnya, tahun lalu masuk Ramadan dan jatuh pada Mei inflasi meningkat tahun ini justru melambat," kata Kepala BPS Suhariyanto, Senin (4/5/2020).

Situasi Covid-19 ini yang menurut Suhariyanto menyebabkan pola tidak biasa. Permintaan harusnya meningkat apalagi memasuki bulan puasa dan Idul Fitri.

Virus corona terus menunjukkan dampak negatifnya ke perekonomian Indonesia yang membuat sentimen pelaku pasar semakin memburuk. 


[Gambas:Video CNBC]




TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/hps) Next Article Tak Tahan Lama, Dibuka Hijau IHSG Langsung ke Zona Merah Lagi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular