Internasional
Dampak Corona, Warren Buffett Lepas Saham Maskapai AS Rp 62 T
04 May 2020 06:33

Jakarta, CNBC Indonesia - Chairman perusahaan investasi Berkshire Hathaway Inc, sekaligus investor saham kenamaan dan salah orang terkaya di dunia, Warren Buffett, menyatakan sudah menjual seluruh kepemilikan saham di sejumlah maskapai penerbangan AS seiring dengan dampak virus corona (Covid-19) yang menghantam sektor penerbangan global.
Kepemilikan saham Buffett yang dibeli lewat Berkshire sebelumnya di sektor ini mencapai US$ 4 miliar atau setara Rp 62 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$) pada Desember tahun lalu, termasuk saham di empat maskapai penerbangan yakni United, American, Southwest, dan Delta Airlines.
"Dunia sudah berubah bagi bisnis maskapai penerbangan. Dan saya tidak tahu bagaimana itu terjadi. Saya berharap itu [bisnis maskapai bisa] bisa segera pulih dengan cara yang cukup cepat," katanya dalam pertemuan pemegang saham tahunan (RUPST) Berkshire yang digelar secara virtual, Sabtu (2/5/2020).
"Saya tidak tahu apakah orang AS kini sudah mengubah kebiasaan atau merekan akan segera mengubah kebiasaan karena periode yang panjang [akibat pandemi Covid-19]," katanya dikutip CNBC International, Senin (4/5/2020).
"Saya pikir ada industri tertentu, dan sayangnya, industri penerbangan, antara lainnya, benar-benar sangat terpukul oleh peristiwa yang jauh di luar kendali kami," tambahnya.
Sektor penerbangan global sejak Maret ambles karena terhentinya hampir semua penerbangan guna mencegah wabah virus corona. Tindakan karantina wilayah atau lockdown sejumlah negara juga membuat masyarakat diwajibkan untuk tinggal dan bekerja dari rumah, semakin menekan pendapatan maskapai karena nihilnya pemasukan.
Ketika ditanya oleh Becky Quick, wartawan CNBC guna mengklarifikasi apakah Berkshire memang telah menjual semua kepemilikan saham di maskapai penerbangan, Buffett menjawab "Iya."
"Ketika kita menjual sesuatu [saham perusahaan tertentu], kemungkinan besar itu artinya seluruh saham dijual, kami tidak memotong posisi [menjual separuh atau sebagian]. Itu bukan cara kami, jika kami membeli 100% bisnis, maka kami akan menjualnya hingga 90% atau 80% [mayoritas dijual," tegasnya.
"Jika kita menyukai satu bisnis, kita akan membeli sahamnya sebanyak mungkin dan menyimpannya selama kita bisa," tambahnya. "Dan ketika kita berubah pikiran, kita tidak menjual setengah-setengah," tegas orang terkaya di dunia nomor 4 versi Forbes ini. Kekayaan Buffett ditaksir Forbes mencapai US$ 72 miliar tahun ini, atau Rp 1.116 triliun.
Buffett menegaskan bahwa dia mengagumi bisnis maskapai penerbangan dan tim manajemen mereka, tetapi munculnya wabah corona membuat tingkat probabilitas maskapai lebih rendah dan ini mengharuskan adanya perubahan cepat dalam keputusan investasi.
Pada Desember 2019, Berkshire memiliki 42,5 juta (10%) saham American, 58,9 juta (9,2%) saham Delta, 51,3 juta (10,1%) saham Southwest dan 21,9 juta (7,6%) saham United. Harga saham empat maskapai ambles masing-masing 62,9%, 58,7%, 45,8% dan 69,7% tahun ini.
"Ketika kami membeli [saham maskapai penerbangan], ada potensi keuntungan yang menarik bagi dana kami ketika berinvestasi di seluruh maskapai," katanya. "Ternyata saya salah soal ini, karena ada sesuatu yang terjadi [corona], dan bukan karena kesalahan empat CEO hebat [di 4 maskapai tersebut]. Percayalah padaku. Rasanya saat ini tidak ada sukacita menjadi CEO sebuah maskapai penerbangan."
Mengacu paparan perusahaan yang dikutip CNBC, Berkshire membukukan rekor kerugian bersih hampir US$ 50 miliar akibat pandem Covid-19 yang menghantam pasar saham AS. Nilai kerugian itu hampir setara dengan Rp 775 triliun.
Kerugian bersih kuartal I-2020 mencapai US$ $ 49,75 miliar (Rp 771 triliun), atau US$ 30.653 per saham (Rp 475 juta) Kelas A. Ini mencerminkan US$ 54,52 miliar dari kerugian investasi, terutama investasi saham biasa.
Setahun sebelumnya, laba bersih Berkshire yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street, mencapai US$ 21,66 miliar, atau US$ 13.209 per saham.
Laba operasional di kuartal ini dianggap Buffett sebagai kinerja yang sebetulnya lebih baik di saat pandemi berlangsung, atau naik 6% menjadi US$ 5,87 miliar (Rp 91 triliun) atau sebesar US$ 3.624 per saham Kelas A dari sebelumnya senilai US$ 5,56 miliar atau US$ 3.388 per saham.
(tas/sef)
Kepemilikan saham Buffett yang dibeli lewat Berkshire sebelumnya di sektor ini mencapai US$ 4 miliar atau setara Rp 62 triliun (asumsi kurs Rp 15.500/US$) pada Desember tahun lalu, termasuk saham di empat maskapai penerbangan yakni United, American, Southwest, dan Delta Airlines.
"Dunia sudah berubah bagi bisnis maskapai penerbangan. Dan saya tidak tahu bagaimana itu terjadi. Saya berharap itu [bisnis maskapai bisa] bisa segera pulih dengan cara yang cukup cepat," katanya dalam pertemuan pemegang saham tahunan (RUPST) Berkshire yang digelar secara virtual, Sabtu (2/5/2020).
"Saya tidak tahu apakah orang AS kini sudah mengubah kebiasaan atau merekan akan segera mengubah kebiasaan karena periode yang panjang [akibat pandemi Covid-19]," katanya dikutip CNBC International, Senin (4/5/2020).
"Saya pikir ada industri tertentu, dan sayangnya, industri penerbangan, antara lainnya, benar-benar sangat terpukul oleh peristiwa yang jauh di luar kendali kami," tambahnya.
Sektor penerbangan global sejak Maret ambles karena terhentinya hampir semua penerbangan guna mencegah wabah virus corona. Tindakan karantina wilayah atau lockdown sejumlah negara juga membuat masyarakat diwajibkan untuk tinggal dan bekerja dari rumah, semakin menekan pendapatan maskapai karena nihilnya pemasukan.
Ketika ditanya oleh Becky Quick, wartawan CNBC guna mengklarifikasi apakah Berkshire memang telah menjual semua kepemilikan saham di maskapai penerbangan, Buffett menjawab "Iya."
"Ketika kita menjual sesuatu [saham perusahaan tertentu], kemungkinan besar itu artinya seluruh saham dijual, kami tidak memotong posisi [menjual separuh atau sebagian]. Itu bukan cara kami, jika kami membeli 100% bisnis, maka kami akan menjualnya hingga 90% atau 80% [mayoritas dijual," tegasnya.
"Jika kita menyukai satu bisnis, kita akan membeli sahamnya sebanyak mungkin dan menyimpannya selama kita bisa," tambahnya. "Dan ketika kita berubah pikiran, kita tidak menjual setengah-setengah," tegas orang terkaya di dunia nomor 4 versi Forbes ini. Kekayaan Buffett ditaksir Forbes mencapai US$ 72 miliar tahun ini, atau Rp 1.116 triliun.
Buffett menegaskan bahwa dia mengagumi bisnis maskapai penerbangan dan tim manajemen mereka, tetapi munculnya wabah corona membuat tingkat probabilitas maskapai lebih rendah dan ini mengharuskan adanya perubahan cepat dalam keputusan investasi.
Pada Desember 2019, Berkshire memiliki 42,5 juta (10%) saham American, 58,9 juta (9,2%) saham Delta, 51,3 juta (10,1%) saham Southwest dan 21,9 juta (7,6%) saham United. Harga saham empat maskapai ambles masing-masing 62,9%, 58,7%, 45,8% dan 69,7% tahun ini.
"Ketika kami membeli [saham maskapai penerbangan], ada potensi keuntungan yang menarik bagi dana kami ketika berinvestasi di seluruh maskapai," katanya. "Ternyata saya salah soal ini, karena ada sesuatu yang terjadi [corona], dan bukan karena kesalahan empat CEO hebat [di 4 maskapai tersebut]. Percayalah padaku. Rasanya saat ini tidak ada sukacita menjadi CEO sebuah maskapai penerbangan."
Mengacu paparan perusahaan yang dikutip CNBC, Berkshire membukukan rekor kerugian bersih hampir US$ 50 miliar akibat pandem Covid-19 yang menghantam pasar saham AS. Nilai kerugian itu hampir setara dengan Rp 775 triliun.
Kerugian bersih kuartal I-2020 mencapai US$ $ 49,75 miliar (Rp 771 triliun), atau US$ 30.653 per saham (Rp 475 juta) Kelas A. Ini mencerminkan US$ 54,52 miliar dari kerugian investasi, terutama investasi saham biasa.
Setahun sebelumnya, laba bersih Berkshire yang tercatat di New York Stock Exchange (NYSE) atau Wall Street, mencapai US$ 21,66 miliar, atau US$ 13.209 per saham.
Laba operasional di kuartal ini dianggap Buffett sebagai kinerja yang sebetulnya lebih baik di saat pandemi berlangsung, atau naik 6% menjadi US$ 5,87 miliar (Rp 91 triliun) atau sebesar US$ 3.624 per saham Kelas A dari sebelumnya senilai US$ 5,56 miliar atau US$ 3.388 per saham.
Artikel Selanjutnya
Borong Emas, Warren Buffett Rela Jual Saham Bank
(tas/sef)