Tanpa Tanding! Melesat 9% Rupiah Libas Mata Uang Asia & Eropa

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
02 May 2020 10:12
Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Dollar AS - Rupiah (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah perkasa sepanjang pekan ini melawan dolar Amerika Serikat (AS) membukukan penguatan 3,42%. Selain itu rupiah juga mencatat quattrick atau penguatan empat pekan beruntun. Bahkan mata uang Asia dan Eropa semua dilibas oleh Mata Uang Garuda. 

Dengan quattrick tersebut, rupiah tentu saja juga menguat sepanjang bulan April. Tidak tanggung-tanggung, penguatan Mata Uang Garuda mencapai 9,05%, dan membukukan kinerja bulanan terbaik sejak Desember 2008, saat itu rupiah 9,21%.



Kinerja tersebut tentunya berbanding terbalik dengan bulan Maret, ketika mengalami gejolak hingga rupiah menyentuh level terlemah sejak krisis moneter 1998. Penyakit virus corona (Covid-19) yang menjadi pandemi global, dan sudah menjangkiti Indonesia memicu kepanikan global, sehingga para investor menarik dananya dari dari negara-negara emerging market.

Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sepanjang bulan Maret terjadi capital outflow sebesar Rp 121,26 triliun di pasar obligasi. Akibatnya, nilai tukar rupiah ambrol 13,67%. Pada 23 Maret lalu, rupiah sempat menyentuh level terlemah intraday Rp 16.620/US$, nyaris mencapai level terlemah sepanjang masa Rp 16.800/US$ yang disentuh pada 17 Juni 1998.

Ambrolnya rupiah di bulan Maret lalu mampu di balas di bulan April, meski masih belum bisa membalikkan semua pelemahannya. Tetapi, rupiah berlari kencang sendirian di bulan ini, mayoritas mata uang Asia memang menguat melawan dolar AS, tetapi mayoritas penguatannya masih di bawah 1%. Dolar Taiwan yang menjadi mata uang dengan kinerja terbaik kedua di Asia penguatannya hanya 1,6% di bulan ini, sangat jauh di bawah rupiah.



Kinerja rupiah sepanjang bulan ini juga jauh lebih baik ketimbang mata uang Eropa, poundsterling Inggris hanya menguat 1,4% melawan dolar AS, krona Swedia 1,23%, euro dan franc Swiss malah melemah 0,47% dan 0,46%.  Sehingga rupiah layak menyandang status mata uang dengan kinerja terbaik di dunia sepanjang bulan April.

Tidak hanya itu, mata uang Asia dan Eropa juga dibuat melemah tajam oleh rupiah di bulan April, semakin menegaskan rupiah tanpa tanding di bulan April.



Kepanikan global yang mulai mereda, serta sentimen pelaku pasar yang membaik membuat rupiah perkasa. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, pada pekan lalu mengatakan puncak kepanikan global akibat pandemi COVID-19 sudah berlalu, puncaknya di pekan kedua Maret.



Hal ini ditunjukkan dari premi risiko global atau biasa dilihat dari global volatility index (VIX) sebelum covid-19 mencapai 18,8. Dan pada Maret mencapai 83,2, sementara saat in berada di kisaran 43.

"Data terakhir menunjukkan 43,8. Artinya memang kepanikan pasar keuangan global puncaknya pada pekan kedua Maret 2020. Berangsur mereda dan sekarang 43,8," kata Perry dalam video conference di Channel Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

Di pekan ini, volatility index bahkan turun lebih jauh, berada di bawah level 40, bahkan sempat menyentuh level 30,54 di hari Selasa.


[Gambas:Video CNBC]



Dengan demikian, prediksi Bank Indonesia (BI) jika rupiah akan berada di Rp 15.000/US$ di akhir tahun ini meleset (dalam arti yang bagus), level tersebut bahkan sudah dilewati cukup jauh Kamis lalu.

Seperti yang disebutkan di halaman sebelumnya, rupiah Maret lalu sempat mengalami gejolak hingga nilainya merosot ke Rp 16.620/US$, level terlemah sejak krisis moneter 1998. Sejak saat itu, BI menggelontorkan berbagai kebijakan guna menstabilkan nilai tukar rupiah.

Gubernur BI, Perry Warjiyo berulangkali meyakinkan pasar rupiah akan berada di Rp 15.000/US$ di akhir tahun. Termasuk saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini Rabu (29/4/2020) pekan ini.

BI secara rutin memberikan update terbaru kondisi ekonomi dalam negeri semenjak pasar keuangan mengalami gejolak bulan Maret lalu. Pada pekan-pekan sebelumnya Gubernur Perry memberikan update pada hari Selasa dan Kamis pukul 14:00 WIB, tetapi memasuki bulan puasa, dilakukan seminggu sekali pada hari Rabu, dan mulai pukul 8:30 WIB.

Dalam beberapa kesempatan, rupiah selalu menguat merespon video conference tersebut, sebabnya Perry selalu menebar optimisme, dan keyakinan rupiah akan ke Rp 15.000/US$, meski beberapa kali rupiah mengalami pelemahan.



Pelemahan rupiah Selasa (28/4/2020) lalu dikatakan sebagai akibat permintaan valas yang tinggi di akhir bulan, serta faktor teknikal, dan BI masih pede rupiah akan ke Rp 15.000/US$ di akhir tahun nanti.

"Naik turun nilai tukar rupiah dari hari ke hari karena faktor teknikal, berbagai perkembangan berita dalam dan luar negeri," kata Gubernur BI Perry Warjiyo, Rabu (29/4/2020).



"Pertama, dari sisi fundamental yang Rp 15.400/US$ sekarang ini undervalue. Karena defisit transaksi berjalan lebih rendah dari yang kita perkirakan 2,5-3% PDB. Di Triwulan I-2020 di bawah 1,5% dari PDB dan di akhir tahun bisa di bawah 2% PDB," katanya.

"Sehingga kalau CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah maka kebutuhan devisa jauh lebih rendah dan ini mendukung penguatan nilai tukar ke arah fundamental. Selain itu faktor teknikal seperti premi risiko akan dorong lebih kuat dari Rp 15.400/US$," imbuh Perry.

Lebih jauh Perry mengatakan, ke depan arus aliran modal asing juga masih akan terus masuk pasar uang. Apalagi jika nanti pandemi Covid-19 telah mereda, sehingga masih akan terus menguat, kata Perry, ke arah Rp 15.000/US$.

Hanya berselang sehari, rupiah langsung melesat melewati target akhir tahun BI.

Sentimen pelaku pasar yang sedang bagus membuat rupiah "mengerikan" bagi dolar AS. Sebenarnya sejak pekan lalu sudah banyak kabar yang membuat sentimen pelaku pasar membaik. Dimulai dari mulai pelonggaran kebijakan karantina wilayah (lockdown) di Eropa dan Amerika Serikat.

Italia berencana membuka lockdown secara bertahap pada 4 Mei nanti. Italia dan Spanyol bahkan sudah mengijinkan warganya mulai beraktivitas meski terbatas sejak dua pekan lalu.

Kemudian Jerman juga mulai mengizinkan warganya beraktivitas, toko-toko kecil sudah diizinkan buka kembali sejak Senin, dan sekolah mulai aktif lagi per 4 Mei. Belanda juga berencana membuka lockdown secara bertahap mulai 11 Mei.

Kemudian dari AS, Gubernur New York, Andrew Cuomo, mengatakan lockdown akan dibuka dalam beberapa fase setelah Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan jumlah pasien rawat inap sudah menurun dalam 14 hari terakhir.

Fase satu, New York dunia usaha dibidang konstruksi dan manufaktur akan diizinkan kembali beraktivitas. Fase kedua dunia usaha perlu rencana untuk beroperasi kembali, termasuk memiliki pengaman individual serta menerapkan social distancing.

Kemudian Gubernur Ohio, Mike DeWine, mengatakan sektor ritel dan jasa bisa kembali beroperasi pada 12 Mei.

Selain itu, negara bagian Alaska, Georgia, South Carolina, Tennessee dan Texas sudah mengizinkan restoran dan beberapa usaha lainnya untuk kembali beroperasi.

Roda bisnis di Eropa dan AS yang mulai berputar kembali tentunya menjadi kabar bagus, perekonomian global bisa perlahan bangkit dari keterpurukan.
Setelah kabar pelonggaran lockdown, sentimen pelaku pasar semakin membuncah setelah adanya perkembangan positif dari obat penyakit virus corona (Covid-19) buatan Gilead Science Inc.



CNBC International Rabu (29/4/2020 waktu AS melaporkan tahap awal uji klinis remdesivis tersebut yang dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases sudah mencapai tahap akhir, dan hasilnya bagus.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci, mengatakan remdesivir menunjukkan hasil yang positif yang "jelas" dalam mengobati pasien virus corona.

Sementara itu Gilead juga merilis hasil uji klinis sendiri yang menunjukkan peningkatan kondisi pasien Covid-19 saat menggunakan remdesivir buatannya.

Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu waktu setempat mengatakan ia ingin Food and Drug Administration (FDA) bergerak secepat yang mereka bisa untuk menyetujui remdesivir Gilead digunakan sebagai pengobatan virus corona.

"Kami ingin melihat persetujuan yang cepat, khususnya dengan obat yang mampu mengobati Covid-19" kata Trump di Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNBC International.

FDA sebelumnya juga sudah mengatakan sedang melakukan diskusi dengan Gilead untuk membuat remdesivir tersedia bagi pasien "secepat mungkin, dan setepat mungkin".

Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, harapan akan segara berakhirnya pandemi Covid-19 semakin membuncah. Saat sentimen pelaku pasar membaik, rupiah akan "mengerikan" bagi dolar AS.


TIM RISET CNBC INDONESIA 
(pap/sef) Next Article RI Kurangi Ketergantungan Dolar AS

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular