Obat Corona Diyakini, Obligasi RI Ikut Terangkat

Haryanto, CNBC Indonesia
30 April 2020 17:45
Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Ilustrasi Obligasi (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada hari ini, Kamis (30/4/2020) berhasil menguat setelah tiga hari penurunan terhitung sejak Senin hingga Rabu kemarin di tengah kabar perkembangan obat Covid-19 remdesivir produksi Gilead Science.

Data Refinitiv menunjukkan penguatan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari tiga seri acuan (benchmark). Ketiga seri tersebut adalah FR0081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun, sementara FR0083 bertenor 20 tahun justru melemah.

Seri acuan yang paling menguat hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dan FR0082 yang bertenor 10 tahun dengan penurunan yield 1,80 basis poin (bps) menjadi 7,59% dan 8,08%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Penguatan obligasi hari ini di tengah meredanya kekhawatiran investor setelah Presiden AS, Donald Trump, pada Rabu waktu setempat mengatakan ia ingin Food and Drug Administration (FDA) bergerak secepat yang mereka bisa untuk menyetujui remdesivir Gilead digunakan sebagai pengobatan virus corona.

"Kami ingin melihat persetujuan yang cepat, khususnya dengan obat yang mampu mengobati Covid-19" kata Trump di Gedung Putih.

FDA sebelumnya juga sudah mengatakan sedang melakukan diskusi dengan Gilead untuk membuat remdesivir tersedia bagi pasien "secepat mungkin, dan setepat mungkin".

Harapan akan obat virus corona (strain baru) yang dikembangkan farmasi AS tersebut tentunya memberikan optimisme investor dan pelaku pasar bahwa pandemi akan cepat berlalu, sehingga investor pun mulai masuk lagi ke aset obligasi RI.

Sementara terkait hasil lelang pada pekan ini, pemerintah memutuskan untuk mengambil Rp 16,62 triliun atau di bawah target indikatif yang sebesar Rp 20 triliun. Oleh karena itu, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan pemerintah membuka opsi lelang tambahan atau greenshoe option. Harga tidak berubah, sama seperti lelang perdana.

Hasil lelang Surat Utang Negara tambahan (Greenshoe Option) pada hari Rabu kemarin (29/4/2020), total penawaran yang masuk sebesar Rp 13,99 triliun dan pemerintah memenangkan Rp 11,38 triliun. Total yang dimenangkan pemerintah dalam lelang pekan ini menjadi Rp 28 triliun dari penambahan Rp 16,62 triliun pada hari Selasa.

Apresiasi dalam harga obligasi pemerintah hari ini  senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang lainnya, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan yield.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.


Yield
Obligasi Negara Acuan 30 Apr'20 

Seri

Jatuh tempo

Yield 29 Apr'20 (%)

Yield 30 Apr'20 (%)

Selisih (basis poin)

Yield wajar PHEI 30 Apr'20 (%)

FR0081

5 tahun

7.61

7.592

-1.80

7.1597

FR0082

10 tahun

8.095

8.077

-1.80

7.8172

FR0080

15 tahun

8.084

8.072

-1.20

7.9976

FR0083

20 tahun

8.068

8.093

2.50

8.0459

Sumber: Refinitiv

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga menguat. Indeks tersebut naik 1,39 poin (0,52%) menjadi 266,50 dari posisi kemarin 265,11.

Penguatan di pasar surat utang hari ini senada dengan penguatan rupiah di pasar valas. Pada hari Kamis ini (30/4/2020), Rupiah menguat signifikan sebesar 2,85% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 14.825/US$ di pasar spot.

 

Obligasi RI Masuk Wilayah Positif
Penguatan harga SUN senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terbaik kesembilan.

Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya hampir mencatatkan penurunan tingkat yield.  Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Afrika Selatan, yang mengalami penurunan tingkat yield 36,5 basis poin (bps).

Hal tersebut mencerminkan investor global mulai masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) atau obligasi pemerintah Indonesia di tengah meredanya kekhawatiran seputar pandemi virus corona.

Mengacu data Refinitiv indeks volatilitas CBOE atau indeks rasa takut alias fear index atau yang dikenal dengan indeks VIX, pada hari ini pukul 17:15 WIB turun 15,6% selama pekan berjalan (week to date/wtd) menjadi 31,08 dari 35,93 pada hari Jumat lalu (24/4/2020).

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara

Yield 29 Apr'20 (%)

Yield 30 Apr'20 (%)

Selisih (basis poin)

Brasil (BB-)

7.72

7.5

-22.00

China (A+)

2.503

2.509

0.60

Jerman (AAA)

-0.479

-0.513

-3.40

Prancis (AA)

-0.004

-0.053

-4.90

Inggris Raya (AA)

0.278

0.265

-1.30

India (BBB-)

6.124

6.11

-1.40

Jepang (A)

-0.045

-0.033

1.20

Malaysia (A-)

2.89

2.866

-2.40

Filipina (BBB)

3.464

3.496

3.20

Rusia (BBB)

6.11

6.08

-3.00

Singapura (AAA)

0.946

0.903

-4.30

Thailand (BBB+)

1.24

1.18

-6.00

Amerika Serikat (AAA)

0.602

0.611

0.90

Afrika Selatan (BB+)

10.59

10.225

-36.50

Sumber: Refinitiv

 

TIM RISET CNBC INDONESIA


(har/har) Next Article Corona Terjang Ekspor Impor, Harga Obligasi RI Tak Berdaya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular