Prediksi BI Meleset, Rupiah Sekarang Sudah di Rp 14.830/US$

Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
30 April 2020 12:29
Perry Warjiyo, Bank Indonensia.
Foto: Perry Warjiyo, Bank Indonensia.
Sentimen pelaku pasar yang membaik setelah obat dari Gilead Sciences Inc. dilaporkan sukses mengobati pasien dengan penyakit virus corona (Covid-19) membuat rupiah jadi perkasa.

CNBC International Rabu waktu AS melaporkan tahap awal uji klinis remdesivis tersebut yang dilakukan oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases sudah mencapai tahap akhir, dan hasilnya bagus.

Direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci, mengatakan remdesivir menunjukkan hasil yang positif yang "jelas" dalam mengobati pasien virus corona.

Sementara itu Gilead juga merilis hasil uji klinis sendiri yang menunjukkan peningkatan kondisi pasien Covid-19 saat menggunakan remdesivir buatannya.

Presiden AS, Doland Trump, pada Rabu waktu setempat mengatakan ia ingin Food and Drug Administration (FDA) bergerak secepat yang mereka bisa untuk menyetujui remdesivir Gilead digunakan sebagai pengobatan virus corona.

"Kami ingin melihat persetujuan yang cepat, khususnya dengan obat yang mampu mengobati Covid-19" kata Trump di Gedung Putih, sebagaimana dilansir CNBC International

FDA sebelumnya juga sudah mengatakan sedang melakukan diskusi dengan Gilead untuk membuat remdesivir tersedia bagi pasien "secepat mungkin, dan setepat mungkin".

Kabar tersebut membuat sentimen pelaku pasar membaik, harapan akan segara berakhirnya pandemi Covid-19 semakin membuncah. Saat sentimen pelau pasar membaik, rupiah akan "mengerikan" bagi dolar AS.



Obat rendesivir dari Gilead pertama kali dikabarkan mampu efektif melawan virus corona pada pada Jumat (17/4/2020) dua pekan lalu. CNBC International mengutip media STAT melaporkan rumah sakit di Chicago merawat pasien Covid-19 yang parah dengan obat antivirus remdesivir yang dalam uji coba klinis dan diawasi ketat. Hasilnya, pasien tersebut menunjukkan pemulihan yang cepat dari demam dan gangguan pernapasan.

Tetapi pekan lalu, pelaku pasar dibuat kecewa setelah Financial Times melaporkan obat dari Gilead tersebut tidak mampu memperbaiki kondisi pasien. Financial Times mengutip sebuah dokumen yang secara tidak sengaja dirilis oleh Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO), dan merupakan hasil uji klinis di China, sebagaimana dilansir CNBC International.

Namun, Gilead mengatakan hasil tersebut terjadi akibat "karakteristik yang tidak sesuai" sehingga "tidak bisa disimpulkan"

"Kami menyesal WHO merilis sebuah informasi terkait penelitian secara prematur, dimana rilis tersebut kini telah dihapus. Para peneliti dalam penelitian ini tidak memiliki izin untuk mempublikasikan hasilnya" kata juru bicara Gilead, sebagaimana dilansir CNBC International.

"Lebih lanjut, kami percaya rilis tersebut berisi karakteristik yang tidak sesuai dalam penelitian. Yang penting, penelitian tersebut dihentikan lebih awal karena kecilnya sampel, sehingga secara statistik tidak bisa menghasilkan kesimpulan yang berarti. Saat ini tren menunjukkan remdesevir menunjukkan potensi yang bagus, terutama jika digunakan pada pasien dengan tahap awal Covid-19" ujar juru bicara Gilead.

AS sebenarnya juga sedang menguji remdesivir tetapi hasil penelitiannya masih belum dipublikasikan. Jumat lalu, Reuters melaporkan hasil pengujian tersebut akan dirilis pada pertengahan Mei, dan kemungkinan hasil preliminary akan dikeluarkan lebih dulu.

Hasil uji coba di AS tersebut dianggap lebih reliabel dalam menarik kesimpulan sehingga dinanti pelaku pasar. Benar saja, begitu hasil awal menunjukkan tanda positif, pasar langsung bereaksi, risk appetite pelaku pasar meningkat dan kembali masuk ke aset-aset berisiko.

Berita dari obat virus corona ini sekaligus melengkapi kabar baik dari pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di Eropa dan Amerika Serikat yang membuat sentimen pelaku pasar semakin membaik. Rupiah pun menuju quattrick, alias penguatan 4 pekan beruntun melawan dolar AS.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(pap/pap)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular