Efek Covid-19

BI Sebut Kepanikan Global Reda, tapi Net Sell Sebulan Rp 3 T

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
30 April 2020 07:52
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Kamis, 12 Maret 2020. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok 5,01% ke 4.895,75. Perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) dihentikan sementara (trading halt) setelah  Harga tersebut ke 4.895,75 terjadi pada pukul 15.33 WIB.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: IHSG Bursa Efek Indonesia. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan kepanikan di pasar global sudah mereda. Puncak kepanikan pasar sempat terjadi pada pekan kedua Maret 2020 ketika virus corona (Covid-19) menyebar menjadi pandemi global.

Hal ini tercermin dari premi risiko global atau biasa dilihat dari indikator volatilitas pasar (global volatility index) pada Maret yang mencapai 83,2, sangat tinggi dibandingkan dengan angka sebelum virus corona yakni hanya di level 18,8.

"Data terakhir menunjukkan 43,8. Artinya memang kepanikan pasar keuangan global puncaknya pada pekan kedua Maret 2020. Berangsur mereda dan sekarang 43,8," kata Perry dalam konferensi pers di kanal Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

"Ketidakpastian masih berlangsung, sebelum Covid-19 masih tinggi, tapi relatif rendah saat setelah pekan kedua Maret 2020," kata Perry dalam konferensi persnya di Channel Youtube BI, Rabu (22/4/2020).

Menurutnya, kondisi ini akan membuat nilai tukar rupiah akan terus menguat terhadap dolar AS. Bahkan Perry pede rupiah bisa mengarah ke Rp 15.000/US$ di akhir 2020.


"Kami meyakini rupiah menguat mengarah ke Rp 15.000 per dolar di akhir 2020," kata Perry.

Hingga saat ini nilai rupiah menurut Perry masih terlalu murah atau undervalue. Untuk itu ke depan masih bisa lebih kuat karena confidence pasar.

BI mencatat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di posisi Rp 15.400 pada perdagangan Rabu kemarin (29/4/2020), lebih lemah dari sebelumnya. Alasan pelemahan ini, salah satunya karena dana asing lagi seret masuk.

Perry mengatakan, ada beberapa faktor teknikal yang membuat rupiah melemah. 
"CAD [defisit transaksi berjalan] lebih rendah. Kemudian faktor kedua, BI akan terus jaga pasar, jaga stabilitas rupiah kalau perlu kita intervensi," kata Perry.

"Ketiga arus modal asing insya Allah masuk. Sekarang lagi seret, kadang masuk kadang keluar. Insya Allah inflow membaik di triwulan II dan IV," papar Perry.


Pasar Modal
Di sisi lain, pasar modal Tanah Air, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat pada Rabu kemarin (29/4), di tengah pergerakan variatif sektor perbankan dan lonjakan saham emiten telekomunikasi.

Indeks acuan bursa nasional tersebut menguat 0,83% atau 37,77 poin ke level 4.567,323. Mengacu data Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 202 saham menguat, 183 melemah sedangkan 150 sisanya flat.

Investor asing masih lebih memilih posisi jual bersih (net sell) dengan nilai total Rp 401,7 miliar di semua pasar, cenderung bertambah jika dibandingkan dengan net sell penutupan sesi satu (Rp 199,9 miliar).

Dalam sebulan terakhir, asing masih mencatatkan net sell Rp 3,36 triliun, terbagi atas Rp 2,87 triliun di pasar reguler, sementara pasar negosiasi dan tunai net sell mencapai Rp 492,72 miliar. 

Secara year to date atau tahun berjalan, asing juga masih keluar Rp 19,59 triliun, terutama karena ada net sell di pasar reguler Rp 22,77 triliun, sementara di pasar nego dan tunai ada dana asing masuk (net buy) Rp 3,07 triliun.

Secara total, nilai transaksi bursa pada perdagangan Rabu kemarin mencapai Rp 6,05 triliun. Adapun saham perbankan bergerak variatif. Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang sempat melemah 0,31% berbalik menguat 0,41% pada sesi penutupan ke Rp 24.250 per unit.

Namun, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) terkoreksi sebesar -0,36% dan -0,39% ke Rp 4.000 dan Rp 2.580 per saham. Saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) diburu pelaku pasar, di tengah ekspektasi work from home (WFH).

[Gambas:Video CNBC]




(tas/tas) Next Article Jadi 'Korban' Corona, IHSG Ambles 6,9%, Asing Masih Kabur!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular