
Kejatuhan Minyak Picu Bursa Saham Merosot, Mitos atau Fakta?
Putu Agus Pransuamitra, CNBC Indonesia
29 April 2020 14:31

Meski pergerakan harga minyak mentah sering kali searah dengan bursa saham saham, tetapi sebenarnya kedua instrumen tersebut tidak memiliki korelasi yang kuat.
Hasil riset Federal Reserve of Cleaveland menunjukkan harga minyak memiliki korelasi yang rendah terhadap pergerakan bursa saham. Melansir Investopedia, hasil riset tersebut bukannya menunjukkan dampak minyak terbatas ke bursa saham, tetapi memberikan gambaran analis tidak bisa benar-benar memprediksi bagaimana reaksi pasar saham terhadap pergerakan harga minyak mentah.
Ekonom dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga menguji hubungan antara harga minyak mentah dengan indeks S&P 500 di tahun 2008. Hasilnya, keduanya beberapa kali bergerak searah, tetapi tetap saja korelasinya dikatakan lemah.
Seperti yang disebutkan di halaman sebelumnya, kenaikan harga minyak mentah dipicu oleh meningkatnya permintaan akibat roda perekonomian yang berputar kencang. Saat itu terjadi maka harga minyak mentah akan bergerak searah dengan bursa saham.
Tetapi, jika melihat sisi lain yang mempengaruhi harga minyak mentah, yakni supply, maka minyak mentah dan bursa saham bisa jadi bergerak berlawanan arah. Ketika pertumbuhan ekonomi sedang naik, bursa saham akan menguat, di saat yang sama jika terjadi penambahan supply yang signifikan yang melebihi demand, maka harga minyak mentah akan bergerak turun.
Selain itu, harga minyak mentah juga ibarat dua sisi mata uang bagi perekonomian. Harga minyak yang tinggi bisa mendorong investasi di industri minyak, sehingga dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, tingginya harga minyak mentah bisa meningkatkan biaya dunia usaha, sehingga dapat menggerus laba. Harga minyak mentah yang tinggi juga menyebabkan hara bahan bakar minyak melambung, itu artinya biaya yang ditanggung konsumen untuk transportasi akan lebih tinggi, sehingga daya belinya menurun.
Belum lagi melihat negara-negara konsumen ataupun net importir minyak mentah seperti Indonesia yang tentunya diuntungkan jika harga minyak rendah. Hal tersebut diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini pekan lalu.
"Bagi ekonomi, secara netto positif dari sisi ekonomi dan sisi moneter. Kalau moneter, ingat kita kan net importir dari minyak, dan mengurangi defisit neraca perdagangan minyak. Secara defisit transaksi berjalan dan perdagangan akan memperbaiki [ekonomi] Indonesia," kata Perry melalui video conference, Rabu (22/4/2020) pekan lalu.
Menurut Perry, jika harga minyak turun nantinya subsidi juga turun dan itu secara keseluruhan membuat neraca pembayaran akan positif.
Intinya, tinggi atau rendah harga minyak mentah ada yang diuntungkan dan dirugikan dari segi ekonomi maupun korporasi.
Sehingga harga minyak mentah sebenarnya tidak memiliki korelasi yang kuat terhadap bursa saham, meskipun jika dilihat dalam jangka pendek atau selama periode tertentu keduanya bergerak searah.
TIM RISET CNCB INDONESIA (pap/pap)
Hasil riset Federal Reserve of Cleaveland menunjukkan harga minyak memiliki korelasi yang rendah terhadap pergerakan bursa saham. Melansir Investopedia, hasil riset tersebut bukannya menunjukkan dampak minyak terbatas ke bursa saham, tetapi memberikan gambaran analis tidak bisa benar-benar memprediksi bagaimana reaksi pasar saham terhadap pergerakan harga minyak mentah.
Ekonom dari Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) juga menguji hubungan antara harga minyak mentah dengan indeks S&P 500 di tahun 2008. Hasilnya, keduanya beberapa kali bergerak searah, tetapi tetap saja korelasinya dikatakan lemah.
Tetapi, jika melihat sisi lain yang mempengaruhi harga minyak mentah, yakni supply, maka minyak mentah dan bursa saham bisa jadi bergerak berlawanan arah. Ketika pertumbuhan ekonomi sedang naik, bursa saham akan menguat, di saat yang sama jika terjadi penambahan supply yang signifikan yang melebihi demand, maka harga minyak mentah akan bergerak turun.
Selain itu, harga minyak mentah juga ibarat dua sisi mata uang bagi perekonomian. Harga minyak yang tinggi bisa mendorong investasi di industri minyak, sehingga dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Di sisi lain, tingginya harga minyak mentah bisa meningkatkan biaya dunia usaha, sehingga dapat menggerus laba. Harga minyak mentah yang tinggi juga menyebabkan hara bahan bakar minyak melambung, itu artinya biaya yang ditanggung konsumen untuk transportasi akan lebih tinggi, sehingga daya belinya menurun.
Belum lagi melihat negara-negara konsumen ataupun net importir minyak mentah seperti Indonesia yang tentunya diuntungkan jika harga minyak rendah. Hal tersebut diungkapkan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo saat memaparkan Perkembangan Ekonomi Terkini pekan lalu.
"Bagi ekonomi, secara netto positif dari sisi ekonomi dan sisi moneter. Kalau moneter, ingat kita kan net importir dari minyak, dan mengurangi defisit neraca perdagangan minyak. Secara defisit transaksi berjalan dan perdagangan akan memperbaiki [ekonomi] Indonesia," kata Perry melalui video conference, Rabu (22/4/2020) pekan lalu.
Menurut Perry, jika harga minyak turun nantinya subsidi juga turun dan itu secara keseluruhan membuat neraca pembayaran akan positif.
Intinya, tinggi atau rendah harga minyak mentah ada yang diuntungkan dan dirugikan dari segi ekonomi maupun korporasi.
Sehingga harga minyak mentah sebenarnya tidak memiliki korelasi yang kuat terhadap bursa saham, meskipun jika dilihat dalam jangka pendek atau selama periode tertentu keduanya bergerak searah.
TIM RISET CNCB INDONESIA (pap/pap)
Pages
Most Popular