
Global Mulai Longgarkan Lockdown, Harga Obligasi RI Melemah

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah Indonesia pada Rabu pagi pukul 10:00 WIB (29/4/2020) melemah di tengah kembalinya minat investor terhadap aset-aset berisiko (risk appetite).
Hal ini tercermin dari penguatan bursa saham nasional pada pembukaan perdagangan Rabu (29/4/2020). Pada pukul 09:00 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 19,78 poin atau 0,44% ke 4.549,335. Sebanyak 106 saham menguat, 29 melemah sedangkan 7 saham flat.
Di sisi lain, rencana pembukaan kembali aktivitas bisnis di sejumlah negara turut menopang pemulihan aset-aset berisiko seperti pasar saham global, sehingga investor sedikit menjauhi aset pendapatan tetap (fixed income) seperti obligasi dan bergegas masuk pasar saham yang lebih likuid dibanding obligasi.
Sementara terkait hasil lelang Selasa kemarin, BI sudah diperkenankan masuk ke pasar perdana alias lelang SBN sesuai dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) No 1/2020. Sebelumnya, BI hanya bisa membeli SBN di pasar sekunder.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, kesepakatan BI dengan Kemenkeu adalah MH Thamrin bisa membeli maksimal 25% dari target. Dengan target indikatif yang bisa mencapai Rp 40 triliun, berarti BI bisa membeli sampai Rp 10 triliun.
"Namun kami ingin mendahulukan pelaku pasar. Kami bid Rp 7,5 triliun. Jadi kemarin Rp 44,4 triliun itu Rp 7,5 triliun dari BI," kata Perry.
Dari lelang Selasa kemarin, pemerintah memutuskan untuk mengambil Rp 16,62 triliun atau di bawah target indikatif. Oleh karena itu, Perry mengungkapkan pemerintah membuka opsi lelang tambahan atau greenshoe option. Harga tidak berubah, sama seperti lelang perdana.
Penurunan dalam harga obligasi pemerintah hari ini tidak senada dengan penguatan yang terjadi di pasar surat utang negara maju dan berkembang lainnya, yang kesemuanya mencatatkan penurunan yield.
Data Refinitiv menunjukkan pelemahan harga surat utang negara (SUN) tercermin dari empat seri acuan (benchmark). Keempat seri tersebut adalah FR081 bertenor 5 tahun, FR0082 bertenor 10 tahun dan FR0080 bertenor 15 tahun dan FR0083 bertenor 20 tahun.
Seri acuan yang paling melemah hari ini adalah FR0081 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 19,3 basis poin (bps) menjadi 7,61%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang, sehingga ketika harga naik maka akan menekan yield turun, begitupun sebaliknya. Yield menjadi acuan keuntungan investor di pasar surat utang dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.
Yield Obligasi Negara Acuan 29 Apr'20 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 28 Apr'20 (%) | Yield 29 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar PHEI 29 Apr'20 (%) |
FR0081 | 5 tahun | 7.417 | 7.61 | 19.30 | 7.5290 |
FR0082 | 10 tahun | 7.993 | 8.095 | 10.20 | 8.0751 |
FR0080 | 15 tahun | 8.027 | 8.085 | 5.80 | 8.0472 |
FR0083 | 20 tahun | 8.044 | 8.068 | 2.40 | 8.0786 |
Sumber: Refinitiv
Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) juga turun. Indeks tersebut turun 0,41 poin (0,16%) menjadi 265,30 dari posisi kemarin 265,71.
Pelemahan di pasar surat utang hari ini senada dengan pelemahan rupiah di pasar valas. Pada hari Rabu ini (29/4/2020) pukul 10:00 WIB, Rupiah melemah 0,2% dari penutupan sebelumnya. Kini US$ 1 dibanderol Rp 15.350/US$ di pasar spot.
Obligasi RI Jadi Yang Terburuk
Penurunan harga SUN tidak senada dengan penguatan di pasar surat utang pemerintah negara maju dan berkembang lainnya. Di antara pasar obligasi negara yang dikompilasi Tim Riset CNBC Indonesia, SBN tenor 10 tahun menjadi yang terburuk.
Dari pasar surat utang negara maju dan berkembang terpantau menguat, yang kesemuanya mencatatkan penurunan tingkat yield. Sementara surat utang negara yang paling menguat yaitu Brasil, yang mengalami penurunan tingkat yield 77 basis poin (bps).
Hal tersebut mencerminkan investor global menjauhi atau enggan masuk ke aset pendapatan tetap (fixed income) atau obligasi pemerintah Indonesia.
Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang | |||
Negara | Yield 28 Apr'20 (%) | Yield 29 Apr'20 (%) | Selisih (basis poin) |
Brasil (BB-) | 8.49 | 7.72 | -77.00 |
China (A+) | 2.518 | 2.507 | -1.10 |
Jerman (AAA) | -0.442 | -0.466 | -2.40 |
Prancis (AA) | 0.026 | 0.003 | -2.30 |
Inggris Raya (AA) | 0.308 | 0.291 | -1.70 |
India (BBB-) | 6.138 | 6.137 | -0.10 |
Jepang (A) | -0.043 | -0.045 | -0.20 |
Malaysia (A-) | 2.893 | 2.892 | -0.10 |
Filipina (BBB) | 3.442 | 3.442 | 0.00 |
Rusia (BBB) | 6.12 | 6.1 | -2.00 |
Singapura (AAA) | 1.005 | 0.971 | -3.40 |
Thailand (BBB+) | 1.26 | 1.24 | -2.00 |
Amerika Serikat (AAA) | 0.662 | 0.616 | -4.60 |
Afrika Selatan (BB+) | 10.915 | 10.78 | -13.50 |
Sumber: Refinitiv
TIM RISET CNBC INDONESIA
(har/har) Next Article Gubernur BI Yakin Dana Asing Akan Terus Masuk RI
