Wahai Investor, Jangan Minta Yield SBN Terlalu Tinggi!

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
29 April 2020 10:10
Indonesian rupiah banknotes are counted at a money changer in Jakarta, Indonesia, May 9, 2018. REUTERS/Willy Kurniawan
Ilustrasi Rupiah (REUTERS/Willy Kurniawan)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pembiayaan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) masih aman. Oleh karena itu, investor tidak perlu khawatir dan tidak perlu melakukan pemojokan (cornering) kepada pemerintah.

Perry Warjiyo, Gubernur BI, memperkirakan kebutuhan pembiayaan defisit APBN 2020 kurang lebih Rp 1.400 triliun. Sekitar Rp 500 triliun di antaranya berasal dari saldo kas pemerintah, dana Badan Layanan Umum (BLU). penjaman luar negeri, dan obligasi valas.

"Sisanya Rp 900 triliun, sudah dikeluarkan kurang lebih Rp 225 T. Masih ada Rp 675 triliun, itu di antaranya untuk Program Pemulihan Ekonomi Rp 150 triliun dan Rp 100 triliun dari kebijakan Giro Wajib Minimum (GWM) dari BI yang diturunkan dan bank-bank akan membeli SBN dari pasar perdana kurang lebih Ro 100 triliun," jelas Perry.

Sisanya, lanjut Perry, adalah Rp 425 triliun. Itulah jumlah kebutuhan lelang SBN, dan Perry menegaskan bisa diserap oleh pasar.


"Target-target lelang insya Allah cukup untuk pembiayaan fiskal. Di awal mungkin investor minta yield (imbal hasil) terlalu tinggi, karena mengira yang akan diterbitkan tinggi. Pemerintah akan nubuuk-nubruk, padahal tidak," tegas Perry.

Dalam waktu dekat, demikian Perry, pasar masih akan mencerna angka-angka ini. Ketika sudah bisa dicerna dengan baik, pasar akan berangsur normal.

"Minggu-minggu ini pasar masih mempelajari ini, makanya dari bid Rp 44,4 triliun yang dimenangkan Rp 16,6 kemarin. Mungkin pasar meminta yield terlalu tinggi. Lama-lama yield akan turun dan mendorong pemenang akan lebih banyak," papar Perry.


(aji/aji) Next Article Panin AM: Yield SBN 2021 Berpotensi Turun Ke 6%-6,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular