MSCI Indonesia di Bawah Emerging Market, Pantas Asing Kabur

Tirta Citradi, CNBC Indonesia
28 April 2020 13:55
The corporate logo of financial firm Morgan Stanley is pictured on the company's world headquarters in the Manhattan borough of New York City, January 20, 2015. REUTERS/Mike Segar
Foto: Morgan Stanley (REUTERS/Mike Segar)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham masih dibayangi dengan serentetan sentimen seputar pandemi COVID-19. Indeks MSCI Indonesia mencatatkan kinerja lebih buruk dibanding MSCI Emerging Market seiring dengan kaburnya investor asing dari bursa saham Tanah Air.

Indeks MSCI Indonesia adalah indeks yang berisikan 28 saham berkapitalisasi besar dan menengah di Tanah Air bentukan MSCI Inc. MSCI Inc adalah perusahaan yang memiliki spesialisasi dalam membuat indeks di pasar salah satunya indeks saham.

Oleh karena itu, saham-saham yang masuk ke dalam indeks buatannya akan masuk ke dalam radar investor global, begitu juga dengan saham-saham yang menjadi konstituen indeks MSCI Indonesia.

Namun sayangnya dengan adanya pandemi COVID-19 yang kini telah menginfeksi lebih dari 3 juta orang secara global, banyak saham-saham di dalam negeri yang dilego oleh investor terutama investor asing. Harga saham-saham blue chip pun diobral murah di pasar.


Padahal top 10 saham yang jadi konstituen indeks MSCI Indonesia adalah saham degan nilai kapitalisasi yang besar dan blue chip.

MSCI Indonesia IndexSource : MSCI Inc
MSCI Indonesia Index as of March 31st


Tekanan jual di pasar saham yang besar di Indonesia membuat kinerja berbagai indeks saham Tanah Air cenderung lebih buruk dibanding kinerja indeks saham negara berkembang lainnya. Hal ini juga tercermin dari kinerja indeks MSCI Indonesia yang lebih buruk dibanding MSCI Emerging Markets.





Mengacu pada data Bursa Efek Indonesia, sepanjang tahun 2020 investor asing terus mencatatkan aksi jual di bursa saham RI. Nilainya tak tanggung-tanggung, net sell asing secara year to date sudah menyentuh angka Rp 18 triliun.

Hal ini mengindikasikan bahwa di tengah pandemi investasi pada aset-aset berisiko seperti saham di Tanah Air menjadi kurang seksi, sehingga investor asing cenderung melepas kepemilikan sahamnya.



Salah satu alasan derasnya aliran dana asing keluar ini adalah terkait stimulus. Investor cenderung memarkirkan dananya ke aset-aset negara maju seperti saham-saham di Wall Street seiring dengan Paman Sam yang lebih berani memberikan stimulus fiskal dan moneter jor-joran untuk menyelamatkan perekonomian negaranya.

NegaraFiskalMoneter
IndonesiaMenggelontorkan 3 jilid paket stimulus ekonomi senilai > Rp 430 T atau setara dengan 2,6% PDBMemangkas suku bunga acuan sebesar 50 bps ke 4,5% dan QE > Rp 400 T, meningkatkan triple intervention di passer spot, DNDF dan SBN di passer sekunder
ASMenggelontorkan paket stimulus jumbo senilai ~ US$ 3 T (US$ 2,2 T + US$ 0,5 T) yang setara dengan > 10% PDB ASMemangkas suku bunga acuan ke level mendekati nol persen, QE tak terbatas dan membeli surat utang pemerintah dan obligasi korporasi berbagai rating bahkan junk bond

Sumber : CNBC Indonesia Research

Bahkan stimulus yang digelontorkan pemerintah Indonesia juga masih kalah banyak dengan negara-negara berkembang seperti Malaysia, Thailand, Brazil dan Arab Saudi.



Saat ini investor global cenderung mencari perlindungan ke aset-aset safe haven seperti emas dan obligasi pemerintah negara maju seperti AS. Hal ini terlihat dari kenaikan harga emas dan penurunan imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun.





Kejadian ini seolah mengindikasikan bahwa investor asing masih menyimpan keraguan terkait penanganan wabah COVID-19 di Tanah Air.


[Gambas:Video CNBC]





TIM RISET CNBC INDONESIA
(twg/twg) Next Article Saham GOTO Jeblok 21% Dalam 3 Hari, Pesta MSCI Usai?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular